Chapter 4 - Harapan

Leon berjalan keluar dari kelasnya saat Bell berbunyi.

Dia duduk di kursi depan kelas nya saat dia bermain dengan ponsel genggam.

"Hei, Ayo ke kantin, Yang lainnya sudah menunggu". Kata Alan sambil memberi isyarat tangan ke samping.

Saat Leon ingin menjawab, sebuah suara familiar memanggilnya.

"Kakak!"

Leon berbalik dan melihat Rinia yang tersenyum manis memanggil nya.

"Ah, Hei Rinia". Sapa Alan dengan semangat.

Rinia hanya mengangguk ke arah Alan sebelum memegang Leon dan menariknya pergi.

"Ayo pergi ke taman, Kakak. Sebelum ada yang mengambil tempat ku.".

Leon hanya bisa membiarkan Rinia menyeretnya dan melambai pada Alan.

"Maaf, seperti nya aku tidak bisa bersama kalian, Sampai jumpa!".

Alan hanya bisa melihat Rinia pergi dan meninggalkan kekecewaan baginya.

"Sudahlah, Aku akan mengajaknya makan lain kali jika ada kesempatan.."

Dengan kecewa, Alan pergi ke kantin.

•••••

Leon dan Rinia duduk di bawah pohon lebat saat mereka duduk di platform batu dengan kain di atasnya.

Leon memakan daging dengan saus tomat dan Cabai di atasnya.

"Bagaimana kakak? Apa itu enak?". Tanya Rinia dengan penuh harap.

Leon mengangguk dan tersenyum. "Ini Enak, seperti buatan ibu, Apa ini benar-benar buatan mu?".

Rinia sedikit tersipu. "Itu...Aku yang membuat sausnya, Sebenarnya aku hanya sedikit membantu".

Leon hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

Dia dapat melihat Rinia sangat berusaha membuat sarapan baginya, hal ini dapat di lihat dari jari nya yang di balut perban kecil bermotif bunga.

Paginya saat dia secara tidak sengaja melihat dia dan ibunya memasak di dapur untuk bekal mereka, Dia melihat Rinia mengacaukan Daging yang dia panggang dan Secara tidak sengaja memegang Panggangan yang panas yang membuat tangan nya melepuh.

Tapi hal itu tidak membuat semangat nya dalam memasak berkurang bahkan saat ibunya memintanya berhenti.

Bahkan Leon sedikit terharu melihat perjuangan Rinia untuknya, tetapi sayangnya Mereka benar-benar tidak bisa bersama...

Leon menyipitkan matanya saat sinar matahari menembus dedaunan dan menerpa wajah tampan nya. saat dia bersiap berdiri untuk membeli minuman, Rinia menawarkan Botol minuman kepada nya.

"Ah, Terimakasih." Leon menerimanya dan meminumnya.

"Hehe~Apakah kita masih perlu kesopanan?". Rinia terkikik.

Leon hanya tersenyum masam dan meminum lebih banyak lagi.

Karena kondisi mutasinya Hormonnya, Leon memerlukan Air lebih banyak untuk menghindari Dehidrasi, Biasanya dia akan membawa beberapa botol minuman jika ingin bepergian.

Dia juga tidak tahan terhadap pancaran sinar matahari yang berkepanjangan, jika dia berdiri di bawa sinar matahari lebih dari 3 menit, hal ini akan membuat nya menderita sakit tenggorokan akibat kekurangan cairan dan bahkan demam.

Keluarganya telah berusaha menyembuhkan kelainan nya, tetapi Para ahli kedokteran mengatakan bahwa itu tidak dapat di sembuhkan karena akibat kekurangan Rantai Chromosoms dari Gen nya.

Leon berfikir sejenak

"...Kau tau, Sebenarnya Alan orang cukup yang baik..".Kata Leon sambil melihat Rinia dari sudut matanya.

Wajah Rinia langsung berubah, Dia menundukkan kepala.

Setelah beberapa saat, dia bergumam.

"Apa ketulusan ku tidak begitu penting bagimu?".

Melihat Jawabannya, Leon tahu bahwa Rinia benar-benar tidak mempedulikan perkataan nya kemarin.

Leon meletakkan botol air minum dan berdiri. "Maaf, Ketulusan mu tidak begitu penting bagiku, sebaiknya kamu menyerah. Tidak ada yang bisa melampaui batas Saudara kandung".

Leon Menghela nafas. "Juga, Aku tidak akan jatuh cinta pada Adik ku sendiri...Tidak Pernah!".

Bahu Rinia terkulai, Matanya memerah saat dia menahan diri untuk tidak menangis.

Leon berjalan menjauh saat dia melihat Rinia dari balik bahunya yang tampak tak berdaya.

'Jika aku tidak cukup kejam, dia akan tetap terjerumus pada Lingkaran ini..'. Pikir Leon.

'Sepertinya Aku akan memajukan rencana ku'.

••••

Leon berjalan masuk ke dalam kelas untuk menghabiskan waktunya dengan memikirkan Beberapa rencananya.

Tapi dia terkejut saat dia melihat Alan sudah duduk di bangkunya.

"Hei, Apa kamu tidak ke kantin?".

Alan berbalik dan menatapnya sebelum bermain kembali dengan Handphone nya.

"Yah, Entah kenapa Rasa masakan bibi kantin hari ini terasa hambar..". kata Alan dengan setengah hati.

Leon hanya mengangkat bahu melihat jawaban nya. 

Dia duduk dan bertanya. "Apa kamu berencana untuk ikut Pariwisata?".

Sekolah mereka akan mengadakan Pariwisata setiap tahun untuk siswa yang akan lulus, yang juga menjadi acara perpisahan terakhir bagi mereka.

"Ha? Tentu tidak, bukankah kita sudah sepakat untuk tidak pergi?".

"Yah, Sebenarnya aku berubah pikiran, karena ini juga pesta terakhir untuk kita, sebaiknya kita nikmati saja sebelum semua orang berpisah, setidaknya itu akan meninggalkan sedikit kenangan". Leon tersenyum.

Alan memandangnya seolah melihat orang gila.

"Apa kamu sakit? Kamu biasanya tidak menyukai acara seperti itu, Apa kamu kerasukan hantu jahat?". Goda Alan.

Dia paling tahu dengan karakter Leon, seperti yang dia katakan, Leon tidak terlalu menyukai acara Sosialisasi luar ruangan seperti itu, baik itu karena kondisi fisiknya atau bahkan karena tidak menarik baginya.

"Yah, Sejujurnya Aku cukup penasaran dengan Gunung itu, Orang-orang itu mengatakan bahwa pernah ada seorang Penyihir yang mendiami pegunungan dan pernah menampakkan diri, aku cukup penasaran, Jadi kenapa tidak?". Leon membuat alasan.

Sejujurnya Leon tidak terlalu tertarik dengan Acara seperti itu, Tapi karena Hal yang terjadi kemarin, dia memutuskan untuk pergi sekaligus menghindari Adiknya dan juga melakukan rencana nya.

"Apa? Kamu juga mendengar Rumor itu? Seperti nya Rumor itu tidak mendasar. Kalau begitu ayo pergi, Aku juga akan mengajak yang lain, Kita akan pergi dengan Mobil ku, Aku juga mempersiapkan Alat pemburu Penyihir." Kata Alan dengan Semangat.

Dia cukup tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan misteri dan legenda-legenda.

"Oh ya, Ajak Ruby dan yang lainnya juga jika mereka ingin..." kata Leon.

Alan yang mengoceh tentang cara memburu penyihir dan kelemahannya langsung terdiam saat mendengar perkataan Leon.

"Apa kamu serius?". Alan Skeptis.

Setelah melihat Leon mengangguk, dia langsung merasa cukup bahagia. "Kalau begitu 1 mobil tidak cukup, kita juga akan menggunakan mobil Van nya, Frick.".

"Baiklah, Hubungi Aku jika ada sesuatu yang terjadi!".

•••••• 

Sore Hari, Sekolah berakhir. Leon dan Rinia Di jemput Oleh Supir mereka dan kembali ke rumah.

Sepanjang jalan, Leon hanya diam dan menutup matanya, sedangkan Rinia hanya melihat pemandangan di balik kaca mobil dengan pandangan Kosong.

Pengemudi merasa ada yang tidak beres dengan Tuan Muda dan Nona mudanya, tetapi memilih untuk tetap Diam.

Rumah mereka terletak di sekitar Pegunungan yang puncaknya terus tertutupi salju, Dengan letaknya Yang cukup tinggi untuk melihat pemandangan Telaga Hijau dan Jernih serta hutan yang terawat di dekatnya, membuat Rumah mereka seperti berada Di Dunia Fantasy.

Mobil Memasuki pekarangan Rumah dan berhenti di depan pintu masuk. 

Rinia membuka pintu dan masuk kedalam rumah dengan kepala tertunduk.

"Ada apa dengan Adikmu?". Suara ibunya terdengar.

Leon berbalik dan melihat ibunya sedang Menyirami Tanaman di taman mini dekat pintu.

"Yah, kami sedikit bertengkar...". Leon tersenyum sedih dan tidak menjelaskan lebih jauh.

••••

Rinia Masuk kedalam kamarnya, dia membuang tasnya ke Sofa dan berbaring di kasur dengan kepala terkubur di bantalnya.

Dia menutup dan membuka matanya dengan lelah.

"Apakah begitu sulit untuk di Cintai?..". Dia Bergumam.

Dia menenangkan diri selama beberapa menit sebelum membuka internet.

Dia memasuki Website "Ovilia" Dengan Aplikasi pencarian.

Web Ovilia Merupakan Sub-Forum Dari Forum Terkenal, Switzerland Fantasy Word. yang merupakan Forum pemerintah yang memperkenalkan keindahan Swiss ke seluruh Dunia.

"Ovilia" Merupakan Situs Web Yang dapat Berbagi Cerita, Kenangan, dan Topik terkenal Antar Pengguna Wanita di seluruh Negara. yah yang semua Anggota nya Tentu saja adalah Wanita.

Rinia Merupakan Anggota Lama dan memiliki beberapa Ribu Pengikut. Dia cukup terkenal karena sering Membagikan Cerita, Kenangan Manis, dan Foto-foto nya di Forum.

Walaupun dia Mengedit Foto, memakai penyamaran, Dan Mem-Blur Sebelum memposting nya, Popularitas nya Cukup tinggi.

Rinia berfikir cukup lama. Tangannya gemetar karena gelisah. Dia menarik nafas dalam-dalam sebelum mengetik..

[ Lebih dari 10 Tahun. Aku sudah memendam perasaan ku padanya, Dia sangat Baik, Dia akan selalu memberiku apa yang ku minta. Terkadang aku berfikir apakah ada seseorang yang lebih sempurna darinya di luar sana karena dia akan menuruti kemauan ku, Saat aku berbuat salah padanya, dia tidak pernah marah padaku, Bahkan akan memanjakan ku.

[ Tapi aku Tahu dia hanya menganggap ku sebagai Adik perempuan nya dan Tidak lebih, Terkadang aku gugup apakah dia akan mengetahui perasaan ku, karena itu mungkin akan membuat ku dijauhi olehnya dan hubungan kami akan sangat canggung. Tapi aku sudah tidak tahan dengan ini. Aku ingin dia mengetahui bahwa aku mencintai nya.

[ Kemarin. Aku memberanikan diriku untuk mengutarakan perasaan ku padanya, Aku sangat gugup dan juga penuh harap. Aku bertanya dalam hatiku Apakah dia juga memiliki perasaan yang sama padaku walau hanya sedikit? Aku harap itu mungkin. Aku sudah memikirkan nya Ratusan kali sebelum melakukan nya. Aku bersedia melakukan apapun untuk nya jika dia bisa menerimaku.

[ Tapi yang kudapat hanya penolakan dan pandangan dingin darinya, walaupun aku sudah menduga nya. Aku tetap berharap dia juga menyukaiku, Atau hanya Aku yang terlalu berharap? Setelah itu, Aku pergi, hatiku sangat kacau dan tidak tahu harus berbuat apa.Tetapi Aku tidak menyerah padanya, jadi aku berusaha untuk membuktikan diriku bahwa aku layak untuknya.

[ Tapi sekali lagi dia menolak ku dan menyuruh ku menyerah karena kami tidak mungkin menjalin hubungan. Aku sama sekali tidak mengerti. Apakah salah jika aku Mencintai nya? Apakah salah mencintai seseorang yang kamu sukai?..]

Mata Rinia Memerah saat mengingat Pandangan dingin Leon dan perkataan nya.

[ Aku hanya berharap dia memberiku sedikit kesempatan ].

Pandangan Rinia mulai meredup, dia berbalik dan menatap dirinya di cermin, Ada jejak air mata di sudut matanya.

"Aku harap besok menjadi lebih baik.."