Chereads / The Deviant Circle / Chapter 4 - Bab 4 : Kalah?

Chapter 4 - Bab 4 : Kalah?

"Nangkep gua? Kayaknya itu nggak bakal terjadi!" Apollo melontarkan bola api ke arah makhluk itu.

Namun sebelum serangan itu mencapai sasarannya, sebuah suara menggema.

"Lilith!"

Seorang wanita berbalut pakaian biarawati hitam berdiri di depan makhluk itu, tangannya terangkat. Dalam sekejap, sebuah black hole muncul dan melahap api Apollo, menelannya seolah tidak pernah ada.

Apollo menegang.

makhluk itu tersenyum puas sebelum menoleh ke arah Lilith, yang masih berdiri angkuh di tempatnya. "How?"

"Not bad," ujar Lilith santai.

Senyum makhluk itu melebar. Tanpa peringatan, dia melesat ke arah Apollo, cakar tajamnya siap merobek. Apollo nyaris tak punya waktu untuk bereaksi, tetapi refleksnya terlatih dengan baik. Kedua tangannya yang telah dilapisi api menahan serangan itu dengan keras.

"Lum—"

Belum sempat makhluk itu menyelesaikan ucapannya, tubuhnya tiba-tiba terpental ke samping dengan kekuatan besar.

Apollo menatap ke depan dengan waspada. Seorang wanita bersayap kupu-kupu berwarna merah muda cerah berdiri membelakanginya.

Makhluk itu, meski baru saja dihantam, justru tertawa senang. "Nay!"

Wanita itu menoleh dengan dahi berkerut. "Lu tau darimana nama gua?"

Makhluk itu diam sejenak sebelum kembali tertawa. "Yes! Who doesn't know you? Deviant is ranked in the top 100 at a young age."

Nay mendengus. "Bahasa Inggris lu ngaco! Keliatan banget kayak pake Google Translate," ucap Nay dengan sorot mata kesal.

Zoop!

Sebuah black hole tiba-tiba muncul di samping Nay dan Apollo, berputar dengan kecepatan mengerikan, mencoba menyedot mereka masuk. Apollo dan Nay langsung melompat menjauh, tetapi rambut Nay sempat tertarik ke dalam, terpotong ketika black hole itu menghilang.

"Anying! Rambut gua putus! Badan gua pasti bernasib sama kalo lengah dikit," pikir Nay.

Apollo dan Nay bertatapan, lalu tanpa aba-aba, Nay menerjang makhluk itu, menyerangnya tanpa ampun. Makhluk itu hanya bisa menahan serangannya dengan kesulitan.

"Belphegor! You're so stupid!" Lilith mencaci makhluk itu dengan nada marah.

"Shut up, Lilith!"

Zoop!

Black hole lain muncul di belakang Nay, menghisap dengan ganas.

"NGGAK BISA!"

Sayap Nay mengepak kuat, dalam sekejap dia sudah berada jauh dari black hole itu, ia pun kembali menyerang Belphegor dengan kecepatan yang sangat cepat untuk menghindari black hole.

Lilith pun sibuk menciptakan black hole di sekeliling Nay untuk membunuhnya dalam satu kali kesalahan, membuat medan pertempuran menjadi penuh lubang.

Namun, tiba-tiba—

"Jangan pernah alihin konsentrasi dari musuh, lonte!"

Apollo melompat dari belakang Lilith, memeluknya erat sebelum meledakkan api dari tubuhnya.

"AAAAARGH!!"

Lilith berteriak kesakitan, tubuhnya terbakar hebat. Dia terhuyung dengan tubuh gosong, hampir tak bisa berdiri.

Apollo menyeringai puas. "Fuck you, bitches!" Dengan satu gerakan kuat, dia menendang tubuh Lilith hingga terlempar jauh.

Belphegor langsung menghampiri Lilith yang sekarat. Dengan cepat, dia mengeluarkan cairan hijau dari kedua tangannya dan menumpahkannya ke tubuh Lilith.

Tubuh Lilith yang sebelumnya gosong mulai beregenerasi dengan cepat, kulitnya kembali halus, tetapi pakaiannya telah musnah oleh api yang membuat tubuhnya terpampang jelas.

Apollo menelan ludah. "Wow, Mama Sita."

Lilith merah padam dan buru-buru menutupi tubuhnya dengan satu tangan. "Shut up!!"

Dengan tangan satunya, dia menciptakan black hole tepat di tubuh Apollo.

Tiba-tiba—

Dor!

Sebuah peluru melayang dan menembus tangan Lilith, membuatnya menjerit dan kehilangan kendali atas black hole yang hampir membunuh Apollo.

Lilith menatap sumber tembakan.

Seorang pria berdiri di kejauhan.

Dia memiliki luka jahitan di pipi kanan dan kirinya, membentuk senyuman mengerikan. Di kedua tangannya, dia menggenggam senjata api.

"Lazlo!" Lilith dan Belphegor memanggilnya dengan nada penuh kekesalan.

Lazlo tetap diam, tetapi senyum lebar terpatri di wajahnya. "What? You know, he is mine!"

Tiba-tiba, dia menembak membabi buta.

Peluru berhamburan ke segala arah. Salah satu peluru hampir mengenai Apollo, tetapi dia berhasil menghindar, meskipun bahunya terbeset.

Nay menarik tangan Apollo. "Apollo, kita harus pergi!"

"Lu siapa?" tanya Apollo sambil berlari bersamanya.

"Nanti, bahaya kalo gua cerita disini—"

Namun sebelum Nay bisa menyelesaikan kalimatnya, Belphegor sudah berdiri tepat di samping mereka, tubuhnya penuh luka, tetapi tetap tersenyum.

"Bye bye!"

Dia melayangkan tinju kerasnya, membuat Apollo dan Nay terpental keras ke arah hutan.

---

Seorang anak laki-laki berambut hitam acak-acakan berdiri di sudut kelas TK.

Wajahnya kosong, tak menunjukkan emosi, seperti boneka tak bernyawa.

Di tengah kelas, sekelompok anak-anak duduk melingkar di sekitar kue ulang tahun yang dihiasi lilin kecil. Mereka bernyanyi dengan ceria.

"Hari ini, hari yang kau tunggu! Bertambah satu tahun, usiamu, bahagialah kamu!"

"Selamat ulang tahun, Tara!"

Di sisi lain ruangan, seorang guru melirik Apollo yang masih berdiri sendirian. "Apollo, kamu ngapain disitu? Ayo sini."

Namun, beberapa anak langsung mencegahnya.

"Nggak boleh!"

Guru itu mengernyit. "Loh, kenapa? Kalian semua kan teman."

Seorang anak perempuan menjawab, "Kulit Apollo beda dari kita, dia putih kayak albino. Namanya aneh, Apollo. Dan yang lebih aneh, selama ini dia nggak pernah rayain ulang tahun."

Anak perempuan lain menyahut, "Hush! Jangan gitu! Apollo kan anak yatim piatu di panti asuhan. Lagian nggak ada yang tahu dia lahir kapan."

Apollo tetap diam, tetapi tangannya mengepal erat.

Sebuah suara berbisik di kepalanya.

Apollo, ayo... tunggu apalagi? Kita bakar mereka yang menganggap kita berbeda.

Dalam sekejap—

Api berkobar memenuhi ruang kelas.

Sang guru berteriak panik. "Apollo! Tolong ibu, nak!!"

Namun Apollo hanya menatapnya datar, sementara setengah tubuh guru itu terbakar.

---

Bersambung...