Hubungan mereka yang semakin dekat harus terhenti dengan tiba-tiba karena sebuah kesalahpahaman. Pada suatu acara organisasi, saat Nayla bercanda tentang Raka yang selalu terlalu serius, Raka merasa tersinggung. Bagi Raka, kata-kata itu terlalu pedas, seperti sindiran yang menyakitkan. Tanpa bisa menjelaskan lebih lanjut, Raka menarik diri, tidak tahu bagaimana menyampaikan perasaan kecewanya. Nayla, yang merasa tidak ada yang salah dengan candaan tersebut, mulai melihat Raka menjauh. Mereka tidak berbicara lagi seperti sebelumnya, dan sebuah jarak perlahan terbentuk antara mereka. Nayla merasa bingung dengan sikap Raka yang tiba-tiba berubah, sedangkan Raka merasa terabaikan dan terluka.
Meski Raka merasa kesal dengan dirinya sendiri, ia tidak bisa menemukan cara untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi. Setiap kali mereka bertemu, ada rasa canggung yang menguar di antara mereka. Raka mencoba menghubungi Nayla untuk meminta maaf atau menjelaskan apa yang terjadi, tetapi Nayla mulai menjaga jarak. Perasaan cemas semakin menghantui Raka. Ia menatap bulan yang sama setiap malam, berharap bisa mendapatkan jawaban dari bulan yang selalu menemani kesendiriannya. Namun, seperti biasa, bulan itu hanya diam, memberikan ketenangan tanpa memberi solusi.
Waktu berlalu, dan kedekatan mereka semakin memudar. Raka merasa kehilangan, tapi ia tidak tahu bagaimana harus memperbaiki semuanya. Selama berbulan-bulan, Raka mencoba untuk melupakan Nayla, meyakinkan dirinya bahwa mungkin ini adalah cara terbaik. Ia mulai menjauh dari Nayla, meski perasaannya tetap ada, tertanam dalam hati yang sulit untuk dilupakan. Setiap kali ia melihat Nayla, hatinya terasa seperti tersentak. Namun, Raka menahan diri, menghindari interaksi apapun dengan Nayla, berharap waktu akan menyembuhkan luka yang ada.