Di tahun kedua, Raka berusaha untuk melupakan Nayla dengan membuka hatinya untuk orang lain. Citra, teman sekelas yang ceria dan perhatian, mulai dekat dengannya. Mereka mulai berbicara lebih sering, menghabiskan waktu berdua, dan Raka merasa bahwa mungkin Citra bisa menjadi pengganti Nayla. Namun, meskipun Citra sangat baik dan memahami dirinya, hatinya tetap kembali kepada Nayla. Setiap senyuman Citra selalu terasa lebih pudar dibandingkan dengan senyuman Nayla. Setiap obrolan yang ia lakukan dengan Citra selalu membawa ingatannya pada momen-momen yang pernah ia lalui bersama Nayla.
Raka merasa bersalah, seperti telah mengkhianati dirinya sendiri. Namun, ia mencoba untuk terus membuka hati, mencoba memberi kesempatan pada Citra. Tetapi kenyataan pahit itu datang perlahan. Citra akhirnya menyadari bahwa hati Raka tidak pernah sepenuhnya terbuka untuknya. Dengan lembut, Citra mengakhiri hubungan mereka, berkata bahwa ia tidak ingin menjadi seseorang yang hanya menjadi pelarian bagi Raka. "Aku tahu kamu belum bisa melupakan dia," kata Citra dengan lembut.
Malam itu, Raka kembali menatap bulan, kali ini dengan rasa kesepian yang lebih dalam. *"Aku mencoba, Bulan,"* katanya, *"tapi aku tidak bisa berpura-pura. Hatiku selalu kembali padanya, Nayla."* Dalam keheningan malam, ia menyadari bahwa tidak ada yang bisa menggantikan Nayla. Hanya Nayla yang berhasil mengisi ruang kosong di hatinya.