Langit sore mulai berubah warna menjadi jingga kemerahan ketika Wang Liu melangkah keluar dari gerbang Akademi Huaxia. Hari pertama sekolah yang penuh kejutan telah usai. Udara sore yang sejuk menemani langkahnya menuju rumah. Wang Liu berjalan dengan tenang, sesekali mengamati jalan-jalan kota Beijing yang ramai, tetapi pikirannya melayang jauh, memikirkan kejadian di akademi tadi.
Tiba di depan pintu rumah, Wang Liu mendorong pintu dan masuk. "Aku pulang," ucapnya singkat.
Ibunya, yang sedang berada di dapur, langsung menyambutnya dengan senyum hangat. "Selamat datang, Liu. Bagaimana hari pertamamu di akademi?" tanyanya lembut sambil membawa sepiring makanan ke meja makan.
"Baik, Bu," jawab Wang Liu sambil duduk. Ia tidak banyak bicara tentang apa yang terjadi di akademi. Baginya, tidak perlu ada yang tahu tentang kekuatan aslinya, bahkan orang tuanya sekalipun.
Ayahnya, yang baru saja pulang dari pekerjaannya, duduk di meja makan dan mengamati Wang Liu dengan pandangan tajam namun penuh perhatian. "Kau kelihatan tenang. Semoga kau bisa menjaga dirimu di akademi itu. Ingat apa yang sudah kita bicarakan."
Wang Liu mengangguk. "Aku tahu, Ayah. Aku akan tetap berhati-hati."
Mereka pun makan bersama dalam suasana yang hangat. Ibunya terus bertanya tentang teman-teman baru, guru, dan kehidupan di akademi, tetapi Wang Liu menjawab semuanya dengan singkat. Setelah makan malam selesai, Wang Liu kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, pikirannya masih gelisah.
Di tengah malam, ketika seluruh rumah sudah sunyi, Wang Liu melangkah keluar menuju halaman belakang rumahnya. Cahaya bulan menerangi tempat itu dengan lembut, menciptakan suasana yang tenang. Wang Liu berdiri di tengah halaman, menatap langit malam yang dipenuhi bintang.
"Kekuatan spiritual dan supernatural yang aku miliki terlalu tinggi," gumamnya pelan. "Jika aku tidak mengendalikannya, aku bisa membuat kerusakan besar. Aku harus menyegel sebagian kekuatanku."
Keputusan ini bukan hal yang mudah. Sejak kecil, ia tahu bahwa kekuatannya jauh melampaui orang biasa, bahkan para jenius di dunia spiritual sekalipun. Namun, kekuatan itu juga membawa tanggung jawab besar. Ia tidak ingin menjadi ancaman bagi orang-orang di sekitarnya.
Wang Liu menarik napas dalam, mempersiapkan diri untuk ritual penyegelan. Langkah pertama adalah memusatkan pikirannya. Ia duduk bersila di tengah halaman, menutup matanya, dan mulai memanggil kekuatan spiritual serta supernatural yang ada di dalam dirinya.
Aura Jin Guang, cahaya emas yang menjadi ciri khas kekuatannya, mulai memancar dari tubuhnya. Cahaya itu berpendar lembut, tetapi semakin lama semakin terang hingga menyelimuti seluruh tubuh Wang Liu. Suara lembut seperti alunan energi bergema di sekitarnya.
Langkah kedua, Wang Liu mulai menciptakan simbol spiritual. Dengan gerakan tangan yang halus namun penuh kekuatan, ia menggambar simbol kompleks di udara menggunakan auranya. Simbol itu berbentuk lingkaran besar dengan pola rumit di dalamnya, penuh dengan energi yang berkilauan.
"Simbol ini akan menjadi wadah untuk kekuatan yang aku segel," ucap Wang Liu pelan, matanya tetap tertutup.
Setelah simbol selesai, ia menempatkan simbol itu di telapak tangan kanannya. Cahaya emas yang memancar dari simbol itu mulai menyatu dengan tubuhnya, memberikan sensasi panas yang menjalar ke seluruh tubuh. Wang Liu menahan rasa sakit yang timbul, tetap memfokuskan pikirannya pada tujuan utamanya: menyegel sebagian kekuatannya.
Langkah terakhir adalah memusatkan energi spiritualnya pada segel tersebut. Wang Liu mengarahkan semua pikirannya, emosi, dan kekuatannya ke dalam simbol di tangannya. Cahaya emas mulai meredup, tetapi intensitas energinya semakin terasa. Dalam sekejap, simbol itu menyatu dengan telapak tangannya, meninggalkan bekas seperti tanda bercahaya yang hanya terlihat ketika ia mengaktifkan auranya.
Wang Liu membuka matanya perlahan. Ia merasakan perubahan besar dalam tubuhnya. Kekuatan spiritual dan supernaturalnya terasa jauh lebih tenang, seolah-olah sebagian besar energinya telah dikunci.
"Segel sudah jadi," gumam Wang Liu sambil memandangi telapak tangan kanannya. "Dengan ini, aku bisa memastikan tidak ada kerusakan besar yang terjadi di akademi."
Ia berdiri, menghela napas panjang. Beban di pundaknya terasa sedikit berkurang. Dengan segel ini, ia tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya.
Namun, Wang Liu tahu bahwa segel ini hanyalah sementara. Ada batasan sejauh mana ia bisa menahan kekuatannya. Jika suatu saat ia harus bertarung dengan serius, segel ini mungkin akan rusak, dan kekuatannya yang sebenarnya akan terungkap.
"Untuk saat ini, ini cukup," katanya pada dirinya sendiri.
Ia kembali masuk ke rumah, meninggalkan halaman belakang yang kini tampak tenang di bawah cahaya bulan. Wang Liu tahu bahwa hari-hari di akademi akan semakin menantang, tetapi dengan segel ini, ia merasa lebih siap untuk menghadapi apapun yang akan datang.