Bebola kuning keemasan mula menampakkan diri di ufuk timur, di balik siluet gunung-ganang yang gah berdiri, menjadi saksi kepada perubahan peradaban dunia dari zaman ke zaman. Puncaknya menusuki langit, dilitupi kabut tebal, seolah menyembunyikan rahsia yang tak terungkap.
Di sudut yang lain, Clara dan teman-temannya, iaitu Liorin dan Riveria, sedang melalui sebuah perkampungan kecil, tidak jauh dari gunung tersebut. Rumah-rumah kayu sederhana berjajar di sepanjang jalan berbatu, dengan atap jerami yang sudah dimakan usia. Asap-asap yang keluar cerobong melihatkan betapa damainya kampung ini meskipun terpencil. Namun, suasana yang menyambut mereka jauh dari rasa nyaman.
Kehadiran Clara dan lain-lain menimbulkan rasa curiga dan hairan dari penduduk setempat, ada yang tutup pintu, ada yang melirik dengan was-was. Tetapi Clara buat tidak endah.
Dengan sifst beraninya, Clara mendekati seorang lelaki yang sedang membina pondok di hadapan rumahnya. " Err, maaf mengganggu, apakah ada kota terdekat? " tanya Clara dengan sopan.
Lelaki itu berhenti sejenak pekerjaannya, melihat Clara dan teman-temannya dengan teliti, seolah mempertimbangkan rasional dan keraguan terhadap mereka. Akhirnya, dia menghela nafas panjang dan mengelap peluh pada dahinya dengan tangan, lalu berbisik dengan suara garau.
" Apakah kalian pengembara? " soal lelaki itu. Clara hanya mengangguk.
Mendapat respon tersebut, lelaki itu tersenyum kecil, " Seperti yang dijangkakan." Dia kemudian menunding jarinya ke arah siluet gunung yang terletak di timur. " Di balik gunung tersebut, terdapat sebuah kota, sangat beruntung jika kalian ke sana " kata lelaki itu.
Mendengar itu, Clara tersenyum bahagia, " Terima kasih! " ucap Clara.
" Sama-sama "
Setelah itu, Clara dan teman-temannya meneruskan perjalanan, meninggalkan kampung tersebut.
" Kenapa penduduk kat sana macam takut je tengok kita? " soal Riveria kehairanan, telinganya bergoyang-goyang, kepala dicondongkan sedikit.
Clara melihat Riveria seketika, mencari jawapan untuk persoalan tersebut, " sepertinya ada lah sebab tu. Kita tidak boleh menyimpulkan sesuatu yang tak pasti. Jadi, soalan kamu, No Answer. "
Clara senyum kepada Riveria, menunjukkan peduli dia terhadap soalan Riveria. Liorin hanya melihat saja.
" Oh, ya kita baru saja berkenalan, dan kamu belum beritahu apa-apa lagi tentang kamu lagi " ucap Clara kepada Riveria. Dia jugak melirik telinga panjang Riveria dengan perasaan ingin tahu.
Riveria melihat Clara dengan wajah yang sedikit terganggu, namun disembunyikan dengan senyuman.
" Seperti yang kamu lihat, aku seorang Leonin— " Riveria mengusap telinganya dengan perlahan. " — ras kami sangat disanjungi oleh banyak masyarakat dunia. Kampung kami terletak di tengah-tengah Utara-Barat, di antara Sempadan Benua Kinex dan Empayar Kaze "
" Sejak dahulu lagi ras kami sering menjadi ketua pemimpin Demi-human. Dari mulanya perang Manusia-Iblis pertama sehinggalah sekarang, ras kami masih memimpin. " ucap Riveria, perlahan.
" Wah, itu kedengaran hebat! Apakah kita boleh ke sana? " kata Clara.
Mendengar itu, Riveria menundukkan kepalanya, " mungkin ada masanya nanti kita pergi " kata Riveria dengan nada perlahan. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Clara sambil tersenyum, " Ayuh, kita fokus dengan perjalanan kita. Oh ya, aku tak tanya kamu lagi kenapa kamu ingin mengembara, kan? " ucap Riveria, cuba mengubah suasana dirinya.
Clara sedikit terkejut dengan tindakan Riveria tersebut, dia juga merasakan kata-kata yang tersirat dari cara Riveria menjawab dan mengubah topik. " Ya juga aku belum beritahu kamu " balas Clara, tidak ingin mendesak Riveria meneruskan penjelasannya.
" Saya sebenarnya ingin mencari cara untuk menyegel Gerbang 1000 Dunia. " ucap Clara, dia melihat Riveria untuk seketika, ingin mengetahui reaksi Riveria seterusnya.
" Hah? Nak segel Gerbang 1000 Dunia? " Riveria terkejut dan hairan. Mulutnya ternganga kecil. " Ya, saya tak tipu— " Clara menghela nafas panjang lalu menyambung "— saya tidak sengaja membuka Gerbang tersebut. "
" Serius lah!? " Riveria masih kebingungan, tidak dapat memastikan reaksinya terhadap pernyataan Clara. Clara tidak menjawab, tetapi dia mengangguk dengan serius, menandakan bahawa dia tidak main-main dengan ucapannya.
" Saya ingin bertanggungjawab terhadap apa yang terjadi. Kerana itu saya ingin mengembara untuk mencari cara menyegel Gerbang 1000 Dunia tu semula. " jelas Clara.
Riveria mendengar itu seolah-olah sedang berada dalam dilema, namun mata Clara yang tajam menunjukkan bahawa dia tidak menipu. " Tak guna sihir ke? Mana tahu— " belum sempat Riveria meneruskan percakapannya, Liorin mencelah, " Gerbang 1000 Dunia merupakan artifak kuno yang dibina oleh Pertapa Bijak, sihir tidak akan mampu menyegel Gerbang tersebut " jelas Liorin, dia dari tadi mendengar percakapan antara Clara dan Riveria.
" Mana kamu tahu? Pernah cuba? " soal Riveria, janggal dengan penjelasan Liorin.
" Saya tidak pernah mencuba, namun terdapat beberapa orang pernah mencuba menyegel Gerbang tersebut dengan sihir, namun tidak berjaya, bahkan Penyihir Legendaris juga tidak mampu " Liorin melirik Riveria dengan serius.
Riveria membuat muka polos apabila mendengar jawapan dan tindakan Liorin terhadapnya. Dia kemudian menatap Liorin dengan perasaan tidak puas hati, " Kita tanya je kan? "
" Soalan yang tak terkait dengan fakta harus diberikan jawapan yang jelas, kecuali ia tidak diketahui " ucap Liorin.
Riveria mengecilkan matanya, kemudian berpaling ke arah hutan, " Apa-apa jelah " kata Riveria sambil membuat wajah cemberut.
" Hihi— " Clara tersenyum kecil, " — Mari kita fokus dengan perjalanan kita. "
" Sepertinya saya tertarik dengan pengembaraan kamu, jadi saya ingin setia dalam perjalanan ni " kata Riveria. Dia masih cemberut.
" Oh, begitu. Saya sangat senang kalau kau pun ikut serta. Kita boleh jadi teman kan? " kata Clara sambil mempamerkan sebaris gigi.
Riveria terkedu seketika, begitu juga Liorin. " Ya, kita boleh jadi teman. " balas Riveria. Dia seolah-olah senang mendengar pengiktirafan tersebut.
Mereka pun meneruskan perjalanan dengan fokus.
Setelah seharian berjalan, akhirnya mereka tiba di kota yang disebut oleh lelaki di kampung yang mereka singgah.
" Wah, besarnya " kagum Riveria.
" Melalui pengetahuan saya, sepertinya ini ialah kota Aeloria, tempat di mana Penyihir Agung, Nyra tinggal. " kata Liorin sambil meletakkan jarinya di dagu.
" Tempat tinggal Nyra. Ni ke! " kata Clara berasa sangat teruja.
Liorin hanya mengangguk. Dia kemudian menunding jarinya ke arah sebuah menara yang ada dalam kota tersebut. " Itulah menara yang dibina daripada sihir Nyra, alias Menara Siren "
Clara hanya mengangguk kecil dan membuat bunyi 'o' sebagai respon.
Dari jarak sedekat ini, dia dapat melihat dengan jelas detail penghalang sihir yang melindungi kota. Cahaya biru keperakan yang memancar dari runa kuno di permukaan penghalang itu bergerak seperti riak air, memancarkan kehangatan aneh meskipun kota itu tampak sunyi.
Gerbang utama Aeloria tidak seperti gerbang kota biasa. Ia terbuat dari kayu gelap yang dihiasi dengan ukiran rumit, menggambarkan burung mitos dan makhluk sihir yang seolah-olah bergerak halus di bawah sorotan matahari. Di kedua sisi gerbang, dua patung penjaga berbentuk singa berkepak berdiri gagah, mata mereka seperti hidup, memantau setiap pergerakan Clara dan teman-temannya.
Clara melangkah mendekat, memperhatikan ukiran di kayu gerbang itu. Ada tulisan kuno yang berkelip samar, tetapi dia tidak dapat memahaminya. "Ini... tempat ini benar-benar luar biasa," bisiknya sambil melirik ke arah Liorin dan Riveria.
Liorin, yang berdiri di sampingnya, tersenyum kecil. "Aeloria memang terkenal dengan keindahannya. Ini adalah pusat sihir yang terbesar di benua ini, Clara. Kau akan melihat banyak hal luar biasa di dalam nanti."
Liorin, dengan tangan bersilang di dada, menambahkan, "Dan jangan lupa, ini juga rumah bagi Penyihir Agung Nyra. Kalau kau merasa kagum dengan luarannya, tunggu sampai kau melihat keajaiban yang tersembunyi di dalam."
Clara mengangguk perlahan, matanya masih menyapu setiap detail kota di depannya. Di luar gerbang, ada jalan setapak yang dilapisi batu-batu halus, dikelilingi oleh tanaman berbunga dengan warna-warna cerah yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Burung-burung kecil bercahaya beterbangan di sekitar, mengeluarkan suara kicauan lembut yang berpadu dengan deru angin.
" Aku sangat teruja nak masuk ni! " kata Riveria, menunjukkan reaksi tidak sabar.
" Ya, aku juga sama " Clara menyokong Riveria.
" Sepertinya ini akan menjadi sangat menarik! "