Chereads / Afterlife in Different World. [ Indonesia ] / Chapter 4 - Masa lalu yang kelam.

Chapter 4 - Masa lalu yang kelam.

Sia melangkah semakin jauh dari kesatria tersebut. Meninggalkan sisa keributan yang ada. Semakin Sia melangkah, ia semakin mendengar suara keramaian. Dan ternyata benar, Sia telah sampai di sebuah pemukiman. Namun, kabar keributan di tempat Sia berada sebelumnya sudah dengan cepat tersebar. Beruntungnya mereka belum tau siapa yang melakukan itu.

"Aku merasa lapar..." ucap Sia selagi memegangi perutnya yang keroncongan. Ia tidak menghiraukan dengan para warga yang membahas keributan tersebut.

"Mungkin toko roti disana tampak enak." gumam Sia.

"Sial, siapa yang membunuh mereka? Bukankah mereka prajurit dari kerajaan Phody? Ini sangat berbahaya...." ucap seorang pria memberi tahu rekannya seraya panik.

Rekannya pun ikut menjawab "Mungkin dia bukan orang asli disini, seharusnya dia tau apa yang terjadi 10 tahun lalu."

Sia yang sudah sampai ke toko roti tidak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Betul, orang bodoh mana yang mau digenosida kerajaan Phody lagi??!!?! Kita harus secepatnya untuk pergi dari kampung ini." Pria sebelumnya menyela dengan cepat.

Sia mulai menyadari dia malah membuat sebuah permukiman dibantai oleh kerajaan Phody. Tapi Sia juga tidak peduli dengan hal tersebut, Sia pun merencanakan untuk pergi dari tempat tersebut. Sia pun memakan roti yang ia beli dengan uang yang dia rampas dari Doom.

Tidak jauh dari tempat Sia berdiri. Ia mulai mendengar kerumunan yang mengumpul di sekeliling sekumpulan kelompok prajurit.

"Raja Phody Utama mengadakan sayembara bagi seseorang yang mampu menangkap pembunuh tadi pagi! Namun bagi yang salah menangkap akan dikenakan hukuman gantung untuk pelapor." Teriak pemimpin prajurit tersebut.

"Berapa imbalan untuk sayembaranya?" Salah satu warga bertanya.

"Sekantung koin Aryto dan dijanjikan tidur di kerajaan!" Jawab pemimpin kelompok tersebut.

"Wah, itu bayaran yang banyak sekali. Cukup untuk membangun sebuah rumah!" Seorang warga berbisik kepada temannya.

"Kau betul! Namun jika selama 2 hari tidak ada yang membalas sayembara ini, maka kami akan membumi-hanguskan pemukiman ini lagi." Lanjut pemimpin itu dengan memberi ancaman.

Sia yang mendengar hal tersebut malah merasa tertantang.

"Wah, tampaknya asik." Ucapnya dengan mulut penuh roti.

Ia merasa itu adalah sebuah tantangan, ia tidak akan pergi dari permukiman itu selama 2 hari.

"Mungkin uang-uang ini cukup untuk menginap dan makan selama 2 hari penuh." Ujarnya dengan memegangi sekantung uang.

Sia lalu beranjak dari tempatnya mencari sebuah tempat penginapan. Sesampainya ia di tempat penginapan, ternyata tempat penginapan tutup karena aksi Sia sebelumnya. Mereka melarang untuk memberikannya kepada orang yang ingin menginap.

"Tidak! Kami tidak diperbolehkan untuk menerima tamu lagi." Jawab penjaga penginapan.

Sebuah gelombang kembali terpancar dari Sia. Sia mulai memanipulasi gelombang otak penjaga. Lalu penjaga tersebut membiarkan dirinya memasuki penginapan.