Episode 1: Kebangkitan WiraCandraTirtha
---
Latar Dunia Nusantara Kuno
Pada era Nusantara kuno, tanah ini adalah surga yang dipenuhi keanekaragaman alam dan kekayaan budaya. Gunung-gunung yang menjulang, lautan biru yang luas, dan hutan lebat menyimpan misteri yang hanya diketahui oleh mereka yang hidup dalam keharmonisan dengan alam. Namun, di balik keindahan ini terdapat perebutan kekuasaan dan pertempuran antara kebaikan dan kehancuran.
Salah satu tempat yang paling dihormati adalah Sekte Wicaksana, yang terletak di sebuah lembah hijau di kaki Gunung Mahendra. Sekte ini telah berdiri selama berabad-abad, melatih para muridnya untuk menjadi penjaga keseimbangan alam dan pelindung rakyat dari kekuatan gelap.
Di dalam sekte ini, seorang pemuda bernama WiraCandraTirtha tumbuh menjadi sosok yang luar biasa. Wira adalah seorang yatim piatu yang ditemukan oleh Empu Tirta, pemimpin sekte, ketika dia masih bayi.
---
Kehidupan di Sekte Wicaksana
Wira menghabiskan harinya dengan berlatih seni bela diri, pengobatan, dan meditasi spiritual. Kehidupan di sekte penuh keharmonisan. Para murid sering berkumpul di lapangan utama, tempat mereka berlatih teknik bertarung sambil mendengarkan kebijaksanaan dari guru-guru mereka.
Suatu hari, saat sedang menyiapkan obat, Wira berbincang dengan Arya, sahabat dekatnya. Arya adalah sosok ceria yang sering membawa tawa di tengah latihan yang berat.
Arya: "Wira, kamu terlalu serius. Cobalah menikmati hidup sesekali! Aku rasa aku belum pernah melihatmu tersenyum." Wira: (tersenyum samar) "Aku hanya ingin menjadi lebih kuat, Arya. Dunia di luar penuh dengan bahaya. Jika kita tidak siap, siapa yang akan melindungi mereka yang lemah?"
Dialog ini menggambarkan Wira sebagai individu yang berdedikasi, meskipun terbebani oleh tanggung jawab.
---
Rahasia Relik Kuno
Sekte Wicaksana menjaga sebuah relik kuno yang disimpan di ruang bawah tanah suci. Artefak ini diyakini sebagai warisan dari leluhur mereka, yang memiliki kekuatan luar biasa. Namun, hanya Empu Tirta yang mengetahui rahasia sejati dari relik tersebut.
Suatu malam, Wira secara tidak sengaja melihat Empu Tirta di dalam ruang relik. Dengan mantra kuno, sang guru membuka pelindung di sekitar artefak. Relik itu bersinar lembut, memancarkan aura mistis.
Empu Tirta: "Wira, kamu di sini?" (Wira, terkejut, segera membungkuk dengan hormat.) Wira: "Maafkan saya, Guru. Saya tidak bermaksud mengganggu." Empu Tirta: (tersenyum lembut) "Kamu penasaran, bukan? Suatu hari, kamu akan mengerti makna dari relik ini. Tapi untuk sekarang, fokuslah pada latihannya."
Adegan ini memicu rasa ingin tahu pembaca tentang relik tersebut.
---
Serangan dari Sekte Langit Jagat
Malam itu, di bawah sinar bulan purnama, kedamaian Sekte Wicaksana dihancurkan oleh serangan mendadak dari Sekte Langit Jagat. Para praktisi ilmu hitam, yang bertujuan untuk merebut relik kuno, datang dengan kekuatan yang mengerikan.
Wira terbangun oleh suara ledakan. Ia berlari keluar dan melihat aula utama yang dilalap api. Para murid dan guru bertempur melawan para penyerang, namun kekuatan gelap dari Sekte Langit Jagat terlalu kuat.
Di tengah kekacauan, Arya terluka parah. Arya: (terengah-engah) "Wira, jangan khawatirkan aku. Selamatkan reliknya!" Wira: "Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu!" Empu Tirta muncul, menahan Wira. Empu Tirta: "Wira, dengarkan aku! Ini bukan waktunya untuk emosi. Kamu harus pergi sekarang. Dunia membutuhkanmu!"
Dengan hati yang berat, Wira meninggalkan sekte bersama relik tersebut, air matanya bercampur dengan suara pertempuran di belakangnya.
---
Pelarian yang Berbahaya
Selama pelariannya, Wira menghadapi berbagai rintangan. Pasukan Sekte Langit Jagat terus mengejarnya. Di dalam hutan, ia menggunakan tanaman obat untuk membuat jebakan bagi pengejarnya.
Contoh adegan: "Wira memetik daun berbentuk bintang dan mencampurnya dengan air sungai. Cairan itu dituangkan ke dalam tabung bambu yang diletakkan di sepanjang jalan. Ketika musuh melintas, cairan itu meledak, membuat mereka pingsan."
Pelarian ini menunjukkan kecerdikan Wira dan keahliannya dalam memanfaatkan alam.
---
Akhir yang Memiliki Cliffhanger
Episode ini berakhir dengan Wira berdiri di puncak bukit, menyaksikan asap yang membumbung dari sekte yang hancur. Ia memegang erat relik tersebut sambil mendengar suara gurunya yang terngiang di benaknya: Empu Tirta: "Kamu adalah harapan terakhir kami, Wira. Jalanmu akan dipenuhi ujian, namun hanya melalui keseimbangan kamu akan menemukan kekuatan sejati."
Dari kejauhan, sebuah sosok bayangan muncul di bawah cahaya bulan, mengamati Wira. Siapakah dia?
---
Episode 2: Pelarian dan Pertemuan Tak Terduga
Hutan Kuno
Hutan-hutan kuno Nusantara berdiri sebagai penjaga rahasia yang belum terungkap. Pohon-pohon yang menjulang, semak belukar yang rapat, dan kegaduhan satwa menciptakan labirin berbahaya tempat WiraCandraTirtha melarikan diri dari kehancuran Sekte Wicaksana. Relik suci, yang tersembunyi di dalam kain di pinggangnya, terasa semakin berat dengan setiap langkah—sebuah pengingat sunyi akan beban besar yang kini ia bawa.
Setiap desiran daun dan ranting yang patah menggema dengan bahaya. Sosok bayangan dari Sekte Langit Jagat, yang dipimpin oleh Renggala, terus mengejarnya tanpa henti.
Di tepi jurang berkabut, Wira berhenti sejenak untuk mengatur napas. Insting tajamnya menyadari suara suara yang semakin mendekat:
"Dia dekat. Jangan biarkan dia lolos!"
Wira bergerak cepat, memanfaatkan lingkungan sekitar. Dahan yang jatuh, batu longgar, dan medan alam menjadi senjatanya, menjadikan pengejarannya sebagai perangkap maut bagi para pemburunya. Saat ia bergerak lebih jauh ke dalam hutan, Wira berhasil menghindari penangkapan, meskipun kecemasan tetap menyelimuti hatinya.
---
Seorang Stranger yang Terluka
Di bawah sinar bulan yang pucat, Wira menemukan seorang wanita muda terbaring di tanah hutan. Lengan wanita itu dipenuhi darah, dan napasnya terengah-engah. Meski ia tidak percaya pada orang asing, instingnya sebagai seorang penyembuh mengalahkan kewaspadaannya.
"Hei, kamu bisa mendengarku?" tanya Wira, mengguncang bahunya dengan lembut.
Mata wanita itu terbuka perlahan, suaranya hampir tidak terdengar. "Tolong… jangan tinggalkan aku…"
Tanpa ragu, Wira mengumpulkan tanaman obat dan merawat lukanya dengan tangan yang terlatih. Beberapa jam kemudian, napasnya mulai stabil, dan dia berbicara dengan kekuatan yang baru.
"Namaku Niswara," katanya. "Aku seorang penyembuh dari desa kecil di barat sini. Dan kamu siapa?"
"Wira," jawabnya singkat, menghindari rincian yang bisa membahayakan dirinya.
---
Sebuah Pengungkapan
Keesokan paginya, saat mereka duduk di bawah perlindungan pohon beringin besar, Niswara mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan.
"Aku tahu apa yang kamu bawa," katanya, tatapannya menembus.
Wira terkejut, tangannya secara naluriah bergerak ke arah kantong di pinggangnya. "Apa maksudmu?"
"Relik itu," jawab Niswara dengan tenang. "Aku tidak tahu sepenuhnya kekuatannya, tapi aku pernah mendengar cerita. Banyak yang mencarikannya, terutama Sekte Langit Jagat. Tapi ada seseorang yang mungkin bisa membantumu—seorang pertapa yang tinggal di Gunung Agni."
Wira merenungkan kata-katanya, namun sebelum dia bisa menjawab, suara langkah kaki yang mendekat menghancurkan kedamaian.
"Renggala," bisik Wira, menekan tangannya dengan keras.
---
Pertempuran yang Ganas
Saat malam turun, Renggala dan anak buahnya semakin mendekat. Pertempuran yang terjadi sangat brutal. Keterampilan bela diri Wira bertemu dengan ilmu hitam dari para prajurit Sekte Langit Jagat. Sementara itu, Niswara menggunakan pengetahuannya tentang tanaman beracun untuk membuat jebakan yang melumpuhkan beberapa musuh.
Namun, Renggala bukanlah lawan biasa. Dengan penguasaan ilusi, ia menciptakan bayangan diri yang membingungkan Wira dan hampir membuatnya kewalahan.
Di tengah kekacauan, Wira teringat kata-kata gurunya yang telah meninggal, Empu Tirta:
"Jangan biarkan ketakutan mengaburkan pikiranmu. Seimbangkan pikiran, tubuh, dan jiwamu."
Dengan memanggil kekuatan batinnya, Wira menemukan celah dalam teknik Renggala dan menyerang balik, memaksa pemimpin musuh itu mundur. Sebelum menghilang ke dalam bayangan, Renggala meninggalkan ancaman yang mengerikan:
"Aku akan kembali, Wira. Kamu tidak bisa menghindari takdirmu."
---
Sahabat Baru
Pertempuran selesai, Wira ragu-ragu sebelum mengulurkan tangan perdamaian kepada Niswara. Meskipun belum sepenuhnya yakin dengan motifnya, ia tahu bahwa ia tidak bisa menghadapi tantangan yang akan datang seorang diri.
Bersama-sama, mereka melanjutkan perjalanan menuju Gunung Agni, gunung suci yang tampak gelap di cakrawala.
Episode ini berakhir dengan Wira dan Niswara berdiri di puncak bukit, mata mereka terpaku pada tujuan mereka yang jauh. Meski jalan mereka akan penuh dengan bahaya, Wira merasakan secercah harapan—karena memahami rahasia relik adalah langkah pertama untuk memenuhi takdirnya.
---
Bab berikutnya akan dikirim besok. Untuk saat ini, nikmati episode 1 dan 2. Terima kasih, dan semoga kamu menyukainya. Jangan lupa untuk terus mengikuti perjalanan WiraCandraTirtha di episode berikutnya!