Chereads / Soul of the Three Worlds [ Fantasi Indonesia ] / Chapter 2 - Bab 1: Awal yang Baru

Chapter 2 - Bab 1: Awal yang Baru

Shin memasuki ruang kelas 1-A dengan langkah ragu. Ruangan itu luas, dengan meja-meja yang disusun rapi, teknologi hologram terpasang di setiap meja, dan dinding bercahaya yang menampilkan panorama virtual langit. Sebuah pemandangan yang membuat para siswa baru terkesima, namun Shin hanya fokus mencari tempat duduk.

Dia melangkah ke barisan belakang, memilih kursi paling ujung. Posisi itu memberinya ruang untuk mengamati tanpa menarik perhatian.

Siswa mulai berdatangan, wajah mereka menyiratkan berbagai emosi: ada yang antusias, gugup, bahkan arogan. Di antara mereka, satu sosok menarik perhatian semua orang. Chiharu, Assassin peringkat S, masuk dengan langkah anggun. Setiap gerakannya terasa memancarkan aura dominasi.

Mata Shin mengikuti gadis itu yang berjalan ke barisan tengah. Chiharu duduk dengan santai, sementara bisikan kekaguman terdengar di sekitarnya. Namun, Chiharu tampaknya tidak peduli. Ia hanya memandang ke depan dengan ekspresi tenang, seolah dunia di sekitarnya tidak ada.

"Dia benar-benar berbeda," pikir Shin, sambil menatap ke meja hologramnya yang mulai aktif.

Di depan kelas, seorang pria tinggi dengan jas modern memasuki ruangan. Guru itu memiliki rambut abu-abu pendek dan tatapan tajam yang langsung membuat suasana menjadi serius.

"Selamat datang di Akademi Kosei. Saya adalah Profesor Ryo, wali kelas kalian sekaligus pelatih utama untuk kelas Assassin," katanya dengan suara tegas.

Para siswa langsung diam, menanti penjelasan berikutnya.

"Di kelas ini, kalian akan dilatih untuk menjadi pelindung Universe. Tapi, ingatlah, hanya mereka yang mampu melewati ujian dan membuktikan kemampuan yang akan bertahan di akademi ini. Setiap peringkat kalian adalah hasil dari evaluasi ketat, dan peringkat itu akan menentukan posisi kalian di misi nyata nanti."

Mata Shin menangkap beberapa siswa yang tersenyum percaya diri. Sebaliknya, dia hanya menunduk, sadar bahwa peringkat E miliknya tidak akan membuat siapa pun terkesan.

"Tapi..." Profesor Ryo melanjutkan, "peringkat bukanlah segalanya. Akademi ini percaya bahwa potensi sejati terletak pada kerja keras, kecerdasan, dan kemampuan adaptasi. Jadi, jangan biarkan angka menentukan siapa kalian."

Kata-kata itu, meski terdengar klise, memberi sedikit dorongan semangat pada Shin.

"Sekarang, kita mulai dengan evaluasi awal." Profesor Ryo mengetuk layar hologram di mejanya. "Di depan kalian ada tes strategi dan analisis. Gunakan otak kalian. Waktu kalian hanya 30 menit."

Layar hologram di meja Shin menyala, menampilkan serangkaian soal taktis. Ada diagram pertempuran, skenario misi, dan teka-teki kompleks yang membutuhkan pemikiran mendalam.

Shin mulai bekerja, jemarinya bergerak cepat di layar. Meski soal-soalnya sulit, Shin justru merasa tantangan ini sesuai dengan keahliannya. Strategi adalah kekuatannya. Ia dengan cepat menganalisis pola, menemukan celah, dan memberikan solusi terbaik.

Sementara itu, di tengah kelas, Chiharu melirik layar hologramnya. Dia menyelesaikan soal dengan tenang, namun sesekali matanya melirik ke arah Shin yang duduk di belakang.

Waktu 30 menit berlalu dengan cepat. Ketika waktu habis, Profesor Ryo kembali berbicara.

"Baiklah, mari kita lihat hasilnya." Layar besar di depan kelas menampilkan peringkat siswa berdasarkan skor tes.

Mata Shin membulat ketika melihat namanya di posisi pertama.

1. Shin – 98%

2. Chiharu – 94%

3. Takeshi – 87%

Bisikan langsung memenuhi ruangan.

"Siapa itu Shin?"

"Dia hanya peringkat E, bagaimana bisa?"

"Bukankah Chiharu yang selalu di puncak?"

Shin menunduk, mencoba menghindari tatapan heran dari teman-temannya. Namun, Profesor Ryo tampak terkesan.

"Shin, hasil yang luar biasa," katanya. "Sepertinya peringkatmu tidak mencerminkan potensimu yang sebenarnya."

Shin hanya mengangguk pelan, tidak tahu harus merespons bagaimana. Tapi, saat ia mengangkat kepala, ia mendapati Chiharu menatapnya. Bukan dengan tatapan marah atau iri, melainkan rasa ingin tahu.

Setelah evaluasi selesai, pelatihan fisik dimulai. Ini adalah saat di mana Shin tahu dirinya akan kesulitan. Para siswa diperintahkan untuk menyelesaikan serangkaian latihan ketahanan, kecepatan, dan kekuatan.

Shin melakukan yang terbaik, tetapi tubuhnya tidak bisa bersaing dengan siswa lain. Ia kelelahan lebih cepat, napasnya tersengal, dan hasilnya jauh dari kata memuaskan.

Ketika sesi berakhir, Profesor Ryo mencatat hasil setiap siswa dan memberikan evaluasi. "Shin, kau perlu meningkatkan fisikmu. Jika tidak, kecerdasanmu tidak akan ada gunanya di medan pertempuran nyata."

Shin hanya mengangguk, meski kata-kata itu membuatnya sedikit tertekan.

Saat keluar dari aula latihan, ia mendengar suara langkah mendekat. Ia menoleh dan mendapati Chiharu berdiri di belakangnya.

"Kau pintar," kata Chiharu singkat.

"Eh?" Shin bingung dengan pujian yang tiba-tiba.

"Tes tadi. Kau satu-satunya yang bisa mengalahkanku," lanjutnya, tatapan matanya tetap tajam. "Aku ingin tahu... bagaimana kau berpikir secepat itu?"

Shin terdiam sejenak, tidak menyangka Chiharu akan berbicara padanya. "Aku hanya... terbiasa berpikir seperti itu. Aku suka menganalisis pola."

Chiharu tersenyum tipis. "Menarik. Aku ingin belajar darimu."

Shin terkejut. Seorang Assassin peringkat S ingin belajar darinya? Tapi sebelum ia sempat menjawab, Chiharu sudah berjalan pergi, meninggalkannya dengan pikiran yang berputar.

Hari itu, Shin menyadari bahwa meskipun ia hanya peringkat E, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya berbeda. Dan meski jalan di depannya penuh rintangan, ia bertekad untuk terus maju.