"Tidak... jangan sentuh di situ..."
"Berhenti, ah..."
Dia berteriak protes, tapi respon tubuhnya sangat jujur; dia tidak mendorongku menjauh.
Saat jari-jariku terus bergerak, seperti bendungan yang jebol di bawahnya, tak terkendali dan tanpa henti.
Wah, kelembapan wanita ini, sungguh luar biasa.
Katanya wanita yang lebih basah punya keinginan yang lebih kuat.
Sepertinya Wu Lili juga wanita yang kesepian.
"Tolong, tolong berhenti, aku tidak tahan lagi, aku... ah ah..."
Tapi tepat saat itu, tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat sebelum rileks sepenuhnya.
Melihat kebasahan di tanganku, aku tahu, aku telah membawanya ke puncak.
Saat aku hendak melangkah lebih jauh, dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan menampar wajahku dengan keras.
"Clep!"
Suara tamparan yang tajam membuatku terkejut.
"Nyonya Wu, kenapa kamu menampar saya?" Aku menutupi wajah, tampak teraniaya.
Wajah Wu Lili merona, air mata mengalir di matanya, "Kamu... kamu memang bajingan!"
