Keesokan harinya, Su Yiyi terbangun untuk menemukan bahwa Li Yifei tidak ada di sisinya; sebaliknya, suara datang dari dapur, yang membuat hatinya terasa manis sekali. Li Yifei tidak memanggilnya namun malah membuat sarapan—apakah ini sarapan penuh cinta yang legendaris itu?
Namun, Su Yiyi bukan tipe gadis yang hanya menunggu untuk dimanja atau disayangi oleh seorang pria. Di dalam hatinya, ia percaya bahwa seharusnya ia yang melayani Li Yifei. Lagi pula, dia adalah pria yang ditakdirkan untuk hal-hal besar—bagaimana mungkin dia yang melayani dia?
Ia dengan cepat duduk tapi tak bisa menahan meringis sambil memegang perutnya. Walaupun Li Yifei telah bersikap lembut semalam, dia masih merasakan nyeri samar saat bergerak.
Setelah terbiasa sedikit, Su Yiyi merasa jauh lebih baik. Dia bangun dari tempat tidur, mengambil baju dari lemari untuk berpakaian, dan hendak melipat selimut ketika ia melihat sebintik darah merah pekat di seprai.