Cahaya pagi menembus dedaunan, menciptakan pola-pola indah di tanah. Di perkemahan KingKoboy, ketegangan memuncak saat sekelompok kecil mendekati dari arah hutan barat. Di barisan terdepan, Kael berjalan dengan langkah mantap. Matanya tajam memandang ke arah bendera kerajaan baru yang berkibar di angkasa.
KingKoboy sudah menunggu di tengah perkemahan, ditemani oleh Galdor dan Lira. Para penjaga mengamati kedatangan kelompok Kael dengan penuh waspada, tangan mereka siaga di gagang pedang. Namun, KingKoboy mengangkat tangannya, memberi isyarat agar tidak ada yang bertindak gegabah.
"Kael, pemimpin pemberontak dari hutan barat," ujar KingKoboy dengan suara tenang namun penuh wibawa, saat Kael dan rombongannya berhenti beberapa meter darinya. "Aku mengucapkan terima kasih atas kesediaanmu datang ke sini. Aku menghormati keberanianmu."
Kael menyipitkan matanya, mencoba membaca niat di balik kata-kata itu. "Aku tidak datang untuk mendengar janji kosong, KingKoboy. Buktikan bahwa tawaranmu berbeda dari penguasa lainnya."
KingKoboy mengangguk pelan, seolah sudah menduga respons itu. "Aku tidak akan memberikan janji kosong. Sebagai bukti kesungguhan, aku mengundangmu untuk melihat sendiri apa yang kami bangun di sini. Sebuah awal sederhana, tetapi kami bekerja untuk masa depan yang adil bagi semua elemen."
Kael melirik ke sekeliling. Para pekerja tampak sibuk, membangun pondasi rumah, menggali saluran air, dan menyiapkan lahan pertanian. Tidak ada kemewahan atau tanda-tanda kekuasaan tirani yang biasa ia kenal.
Namun, skeptisismenya masih tebal. "Bagaimana aku tahu ini bukan sekadar tipu muslihat? Bagaimana jika, setelah kerajaanmu berdiri, kau menjadi seperti mereka yang lain?"
KingKoboy tersenyum tipis. "Pertanyaan yang adil. Tetapi untuk menjawabnya, kau perlu melihat tindakan kami, bukan hanya mendengar kata-kataku. Kami membuka pintu bagi semua orang, bahkan bagi mereka yang mungkin dianggap musuh."
Kael termenung sejenak sebelum menjawab. "Aku akan memberikan kesempatan. Tapi jangan salah paham, aku tidak akan mudah percaya."
Di sisi lain, Galdor menggeram pelan, tidak menyukai nada bicara Kael. Namun, ia tetap diam karena tahu KingKoboy memegang kendali.
Pertemuan itu berakhir dengan kesepakatan awal. Kael setuju untuk mengirim beberapa orangnya membantu pembangunan, dengan syarat bahwa KingKoboy harus memberikan bukti nyata bahwa kerajaan baru ini benar-benar berbeda.
Hari-hari berikutnya dipenuhi kerja keras. Orang-orang Kael mulai berbaur dengan rakyat KingKoboy, meskipun rasa saling curiga masih terlihat jelas. Di tengah semua itu, Lira mengambil inisiatif untuk mengadakan pertemuan rutin, di mana perwakilan dari kedua belah pihak dapat mendiskusikan kebutuhan dan kekhawatiran mereka.
Salah satu masalah utama yang muncul adalah sumber daya. Kayu dari hutan barat, yang dikuasai oleh kelompok Kael, menjadi bahan penting untuk pembangunan. Namun, menebang pohon tanpa perencanaan akan merusak lingkungan, sesuatu yang tidak diinginkan oleh Kael.
"Kita bisa membuat perjanjian," usul Lira suatu malam dalam rapat. "Kita akan menanam pohon baru setiap kali kita menebang satu pohon. Dengan cara ini, kita tidak hanya membangun untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang."
Kael mengangguk setuju, meskipun ia tetap waspada. "Ide yang bagus, tetapi aku ingin memastikan ini benar-benar dilaksanakan. Orang-orangku akan memantau setiap penebangan."
Perlahan, suasana di perkemahan berubah. Kepercayaan mulai tumbuh, meskipun masih rapuh. Bahkan, beberapa dari kelompok Kael mulai berbicara tentang masa depan yang lebih baik di bawah kepemimpinan KingKoboy.
Namun, di tengah optimisme itu, ancaman baru mulai muncul. Pesan-pesan rahasia dari kerajaan besar di utara menyebutkan bahwa mereka tidak senang dengan keberadaan kerajaan baru ini. Mata-mata mereka sudah mulai menyusup, mencari celah untuk melemahkan persatuan yang baru terjalin.
KingKoboy, yang kini menjadi lebih bijak dalam memahami dinamika kekuasaan, memanggil para pemimpin utamanya. "Kita harus bersiap menghadapi apa pun. Musuh kita tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari dalam. Jika kita kehilangan kepercayaan satu sama lain, semua ini akan runtuh."
Lira, dengan kecerdasannya yang tajam, mengambil langkah untuk membentuk unit intelijen kecil. Ia merekrut orang-orang terbaik dari kedua belah pihak untuk mengawasi pergerakan yang mencurigakan, baik dari luar maupun dalam perkemahan.
Malam itu, di bawah langit berbintang, KingKoboy berdiri di depan rakyatnya sekali lagi. Kali ini, dengan suara yang lebih kuat dan penuh keyakinan, ia berkata, "Kita bukan hanya membangun sebuah kerajaan. Kita sedang menciptakan sebuah harapan. Tapi harapan itu harus dijaga dengan kerja keras, kejujuran, dan persatuan."
Sorakan gemuruh menjawab pidatonya, tetapi di sudut gelap, ancaman tetap mengintai. Apakah persatuan ini akan cukup kuat untuk menghadapi badai yang akan datang? Hanya waktu yang bisa menjawab.