Malam itu, tenda utama kerajaan kecil yang baru dibangun berubah menjadi tempat diskusi penting. KingKoboy, dengan mantelnya yang sederhana tetapi menunjukkan kewibawaan, duduk di kursi kayu. Di sekelilingnya, tiga sosok yang telah menjadi tulang punggung bagi kerajaannya: Lira, Kael, dan Galdor.
Di atas meja, sebuah peta besar terbentang, menampilkan detail wilayah Sylphoria yang semakin mereka pahami. Tanda merah menunjukkan lokasi perkemahan mereka, dikelilingi oleh wilayah kosong di barat dan hutan di timur. Namun, ancaman nyata datang dari utara—kerajaan besar yang telah memandang kerajaan baru ini sebagai ancaman terhadap status quo.
"Kita tidak punya waktu banyak," kata Kael dengan nada tegas. Wajahnya yang keras tampak lebih suram dari biasanya. "Jika laporan tentang mata-mata itu benar, mereka mungkin sudah menyusun rencana untuk menyerang kita."
Galdor mengangguk setuju. "Kita tidak akan bertahan dalam perang terbuka. Pasukan kita kecil, dan perlengkapan kita bahkan tidak sebanding dengan apa yang mereka miliki."
KingKoboy menatap peta dengan mata penuh tekad. "Aku tahu kita lemah secara militer, tetapi kita memiliki kekuatan lain: persatuan dan semangat rakyat kita. Kita tidak bisa hanya berpikir tentang bertahan; kita harus memikirkan cara untuk mencegah perang itu sendiri."
Lira, yang selama ini diam sambil memperhatikan diskusi, akhirnya berbicara. "Aku punya ide. Jika kita tidak bisa melawan mereka dengan kekuatan fisik, kita harus mengalahkan mereka melalui strategi dan diplomasi."
Kael mengangkat alis. "Diplomasi? Dengan kerajaan utara? Mereka tidak akan mau mendengarkan."
"Aku tidak bilang itu akan mudah," balas Lira. "Tapi kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa menyerang kita bukanlah pilihan yang menguntungkan. Kita harus membuat mereka melihat kita sebagai sekutu potensial, bukan musuh."
"Bagaimana caranya?" tanya Galdor, nada suaranya menunjukkan skeptisisme.
Lira berdiri dan menunjuk bagian tengah peta, tempat perkemahan mereka berada. "Kita berada di titik strategis. Wilayah kita memiliki akses ke sungai besar yang dapat digunakan untuk perdagangan. Jika kita menawarkan jalur perdagangan yang menguntungkan, mungkin kita bisa menunda rencana perang mereka, atau bahkan mengubah niat mereka sepenuhnya."
KingKoboy tersenyum tipis. "Itu rencana yang berani, Lira. Tetapi apakah kita cukup kuat untuk membuat tawaran seperti itu? Apa yang bisa kita berikan kepada mereka yang tidak mereka miliki?"
"Kita mungkin kecil," jawab Lira, "tetapi kita adalah pintu gerbang ke wilayah barat yang belum mereka kuasai. Dengan kerja sama yang tepat, kita bisa menjadi mitra yang berharga."
Kael menghela napas panjang. "Aku tetap skeptis, tetapi jika kau yakin ini bisa berhasil, aku akan mendukungmu."
Keesokan harinya, KingKoboy mengadakan pertemuan besar di lapangan utama perkemahan. Penduduk yang terdiri dari berbagai elemen berkumpul, wajah mereka penuh harapan dan kecemasan.
KingKoboy naik ke atas podium sederhana, memandang rakyatnya dengan mata penuh keyakinan. "Rakyatku, kita menghadapi ancaman besar. Kerajaan utara melihat kita sebagai ancaman, dan mereka mungkin akan menyerang. Tetapi aku percaya pada kalian, pada tekad kita bersama. Kita tidak akan membiarkan ancaman ini menghancurkan impian kita."
Sorakan kecil mulai terdengar di antara kerumunan.
"Kita akan bekerja sama untuk membangun pertahanan, tetapi kita juga akan mencari jalan damai. Diplomasi mungkin menjadi harapan terbaik kita untuk mencegah perang yang tidak perlu."
Kerumunan itu mulai bersorak lebih keras, meskipun ada ketegangan di wajah beberapa orang.
Setelah pidato itu, persiapan dimulai. Lira ditugaskan untuk memimpin misi diplomasi ke kerajaan utara, didampingi oleh beberapa utusan yang terpercaya. Sementara itu, Galdor dan Kael memimpin pembangunan sistem pertahanan sederhana di sekitar perkemahan.
Di Kerajaan Utara
Kerajaan utara adalah salah satu kerajaan terbesar di Sylphoria, dengan benteng megah yang berdiri di atas bukit berbatu. Raja Alden, penguasa yang dikenal karena ambisinya, duduk di singgasana emas di aula besar istananya. Di hadapannya, seorang mata-mata melaporkan perkembangan tentang kerajaan kecil yang baru muncul di selatan.
"Mereka hanya sekelompok kecil," kata mata-mata itu. "Tetapi pemimpinnya, KingKoboy, tampaknya memiliki karisma yang mampu menyatukan rakyatnya."
Raja Alden mengerutkan kening. "Sebuah kerajaan baru tidak boleh diabaikan. Jika mereka tumbuh terlalu kuat, mereka bisa menjadi ancaman nyata."
Seorang penasihat tua melangkah maju. "Yang Mulia, mereka tampaknya ingin menawarkan kerja sama perdagangan. Mungkin ada manfaat dalam mendengarkan tawaran mereka."
Raja Alden berpikir sejenak. "Kirim pesan kepada mereka. Katakan bahwa aku bersedia bertemu, tetapi hanya jika mereka datang ke sini. Aku ingin melihat keberanian mereka."
Di Perkemahan KingKoboy
Pesan dari kerajaan utara tiba dua hari kemudian. Ketika Lira membacakan isi pesan itu di depan KingKoboy dan para pemimpinnya, ruangan itu dipenuhi oleh keheningan.
"Ini bisa menjadi jebakan," kata Kael. "Mereka mungkin hanya ingin memancing kita keluar untuk membunuh kita."
"Tetapi ini juga kesempatan untuk menunjukkan niat baik kita," balas Lira.
KingKoboy mengangguk. "Kita akan mengambil risiko ini. Aku sendiri yang akan pergi."
Galdor segera menentang. "Yang Mulia, ini terlalu berbahaya! Jika sesuatu terjadi padamu, kerajaan ini akan runtuh."
"Justru karena itu aku harus pergi," jawab KingKoboy. "Aku adalah pemimpin kalian, dan tanggung jawabku adalah menghadapi bahaya untuk melindungi kalian. Jika aku tidak bersedia mengambil risiko ini, bagaimana aku bisa meminta kalian untuk mempercayai kepemimpinanku?"
Keputusan itu diterima dengan berat hati. Dalam beberapa hari berikutnya, persiapan untuk perjalanan dilakukan. KingKoboy akan ditemani oleh Lira, Kael, dan beberapa pengawal terbaik mereka.
Perjalanan ke kerajaan utara memakan waktu tiga hari penuh. Sepanjang perjalanan, rombongan itu menghadapi berbagai tantangan, mulai dari cuaca buruk hingga serangan binatang buas. Namun, tekad mereka tetap kuat.
Akhirnya, mereka tiba di gerbang besar kerajaan utara. Pasukan penjaga bersenjata lengkap menyambut mereka dengan tatapan dingin, tetapi membiarkan mereka masuk setelah melakukan pemeriksaan ketat.
KingKoboy berdiri tegak saat ia memasuki aula besar istana. Raja Alden, dengan mahkotanya yang berat dan jubah merah yang megah, menatapnya dari singgasana emasnya.
"Jadi, kau adalah raja dari kerajaan kecil di selatan," kata Alden dengan nada merendahkan. "Apa yang membuatmu berpikir aku akan mendengarkan tawaranmu?"
KingKoboy membalas tatapan itu tanpa gentar. "Karena tawaranku adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan bahkan oleh raja sebesar dirimu."
Alden tersenyum tipis. "Kita lihat saja apakah itu benar."
Percakapan yang akan menentukan nasib kerajaan baru dimulai. Apakah KingKoboy berhasil meyakinkan Raja Alden, ataukah diplomasi ini akan menjadi awal dari konflik besar?