Hari-hari berikutnya di akademi berlalu dengan cepat. Ardyn terus menjalani latihan bersama Lyra, meskipun rasa canggung di antara mereka masih terasa. Lyra tetap bersikap profesional, memberikan arahan dengan tegas, sementara Ardyn, meskipun cenderung pendiam, mulai menunjukkan perkembangan yang nyata.
Namun, ketenangan ini tak berlangsung lama. Sebuah kejadian tak terduga mengguncang akademi.
Pagi itu, Ardyn sedang berjalan menuju lapangan latihan ketika suara bel darurat menggema di seluruh area. Para murid segera berhamburan keluar, saling bertanya-tanya apa yang terjadi.
Di tengah kekacauan itu, Profesor Kael muncul di aula utama. Wajahnya terlihat tegang, dan suaranya menggema saat ia berbicara.
"Semua murid, dengarkan baik-baik! Sebuah portal kutukan telah terbuka di dekat akademi. Kami membutuhkan bantuan untuk menutupnya sebelum makhluk kutukan berhasil masuk."
Kabar itu membuat suasana semakin mencekam. Sebagian besar murid tampak ketakutan, tetapi beberapa dari mereka, terutama yang berada di kelas elit, terlihat siap menghadapi tantangan.
"Semua murid tingkat lanjut akan dibagi ke dalam tim untuk menangani ancaman ini," lanjut Kael. "Tidak ada pilihan lain. Ini adalah ujian nyata bagi kalian."
Ardyn merasa jantungnya berdegup kencang. Ia bukan murid tingkat lanjut, tetapi kemungkinan besar ia akan terlibat, mengingat keadaan darurat ini.
Beberapa saat kemudian, daftar tim diumumkan. Seperti yang sudah diduga, Ardyn ditempatkan dalam tim bersama Lyra. Mereka juga bergabung dengan dua murid lain: Garreth, seorang pengguna pedang besar yang tampak percaya diri, dan Mia, seorang penyihir penyembuh muda dengan sikap ceria.
"Kita punya tim yang cukup seimbang," komentar Lyra saat mereka berkumpul di dekat gerbang akademi. "Tapi kita harus tetap berhati-hati. Portal kutukan bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh."
Garreth tertawa kecil. "Aku tidak tahu kenapa kita perlu khawatir. Selama aku di sini, semuanya akan baik-baik saja."
Lyra meliriknya tajam. "Kesombongan seperti itu hanya akan membuat kita terbunuh. Jangan anggap remeh kutukan."
Mia mencoba mencairkan suasana dengan senyumnya. "Ayo kita bekerja sama. Kalau kita saling membantu, semuanya akan baik-baik saja."
Ardyn hanya diam, mengamati rekan-rekannya tanpa banyak berkata. Ia tahu bahwa ini adalah misi yang berbahaya, tetapi ia juga merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan dirinya.
Di Lokasi Portal
Tim mereka tiba di sebuah lembah gelap yang diselimuti kabut tebal. Di tengah lembah, sebuah portal hitam melayang di udara, mengeluarkan energi gelap yang terasa seperti racun. Makhluk kutukan kecil mulai bermunculan dari portal, menyerang tanpa henti.
"Bersiaplah!" seru Lyra sambil mengangkat tongkat sihirnya.
Pertarungan pun dimulai. Garreth maju dengan pedangnya, menebas makhluk-makhluk kecil itu dengan mudah. Mia berada di belakang, memberikan dukungan penyembuhan untuk Garreth. Sementara itu, Lyra meluncurkan serangan sihir yang menghancurkan gelombang makhluk dalam sekejap.
Ardyn, di sisi lain, hanya bisa bertahan dan menyerang dengan kekuatan fisiknya yang masih terbatas. Ia merasa kesulitan melawan makhluk-makhluk itu, tetapi setiap kali ia hampir terjatuh, Lyra atau Mia selalu membantunya.
Namun, situasi berubah menjadi lebih buruk ketika sebuah makhluk kutukan besar muncul dari portal. Tubuhnya seperti bayangan yang bergerak, dengan mata merah menyala dan cakar tajam yang mampu merobek tanah.
"Fokus pada makhluk besar itu!" teriak Lyra.
Garreth mencoba menyerangnya dengan pedangnya, tetapi serangannya tidak memberikan dampak berarti. Makhluk itu melawan dengan ganas, melukai Garreth dan hampir membuatnya tidak bisa bertarung.
"Apa yang kita lakukan sekarang?" seru Mia dengan panik.
Lyra menggertakkan giginya. "Aku akan menggunakan sihir tingkat tinggi. Tapi aku butuh waktu untuk mengumpulkan energi."
Mendengar itu, Ardyn maju tanpa ragu, meskipun ia tahu bahwa ia mungkin tidak akan bertahan lama.
"Aku akan mengalihkan perhatiannya," kata Ardyn sambil menatap makhluk itu. "Gunakan waktumu."
Ardyn menyerang makhluk itu dengan semua yang ia miliki. Ia melompat, menghindari cakar makhluk itu, dan mencoba menyerang titik lemah di tubuhnya. Meskipun serangannya tidak terlalu efektif, ia berhasil membuat makhluk itu fokus padanya.
"Sistem, bantu aku!" teriak Ardyn dalam pikirannya.
"Misi Baru Tersedia: Bertahan selama 2 menit melawan makhluk kutukan. Hadiah: Peningkatan Ketahanan Lv. 2."
Mendengar itu, Ardyn menggertakkan giginya dan terus bertarung. Waktunya terasa seperti berjalan lambat, tetapi ia tidak menyerah. Setiap kali ia hampir jatuh, ia bangkit lagi.
Saat waktu hampir habis, Lyra akhirnya siap dengan sihirnya. Ia meluncurkan serangan besar yang langsung menghantam makhluk itu, menghancurkannya dalam sekali serang.
Ardyn terjatuh ke tanah, kelelahan tetapi lega. Sistem segera memberikan pemberitahuan:
"Misi Selesai. Ketahanan Lv. 5."
Setelah portal berhasil ditutup, tim mereka kembali ke akademi dengan selamat. Meskipun banyak yang terluka, mereka berhasil menyelesaikan tugas dengan baik.
Saat berjalan kembali, Lyra melirik Ardyn. "Kau tadi… luar biasa. Tanpa keberanianmu, kita mungkin tidak akan berhasil."
Ardyn hanya mengangguk, merasa sedikit canggung dengan pujian itu. Tapi di dalam hatinya, ia merasa bahwa ini adalah langkah pertama menuju kepercayaan yang lebih dalam.
Malam tiba ketika mereka kembali ke akademi, tubuh mereka penuh luka dan energi hampir habis. Para instruktur dan staf segera menyambut mereka dengan perhatian, membawa mereka ke ruang perawatan untuk memulihkan kondisi.
Ardyn berbaring di salah satu ranjang di sudut ruangan, memandangi langit-langit dengan pikiran yang melayang-layang. Sistem baru saja mengirimkan pemberitahuan lagi:
"Misi utama belum selesai. Bangun hubungan lebih dalam dengan Lyra untuk menyelesaikan misi 'Temukan Sekutu.' Hadiah menunggu."
Ia menghela napas panjang. Bagaimana caranya membangun hubungan lebih dalam dengan seseorang seperti Lyra, yang tampaknya jauh berbeda darinya?
Di sisi lain ruangan, Lyra tampak berdiri di dekat jendela, menatap ke luar dengan wajah yang terlihat serius. Ia tidak bergabung dengan murid-murid lain yang sibuk menceritakan keberanian mereka saat bertarung.
Rasa penasaran mulai muncul di hati Ardyn. Ada sesuatu yang mengganjal tentang Lyra tentang bagaimana ia selalu tampak tenang, kuat, tetapi juga seolah menyimpan beban yang tidak terlihat.
Keesokan paginya, saat Ardyn sedang duduk di sudut ruang makan, Lyra tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Kau kelihatan lebih baik," katanya, menaruh nampan makanannya di meja.
"Begitu juga denganmu," jawab Ardyn singkat, meskipun ia sebenarnya tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Lyra duduk dan memulai makanannya dengan tenang. Namun, setelah beberapa saat, ia menatap Ardyn dengan tatapan yang lebih serius.
"Aku ingin berterima kasih," katanya akhirnya. "Karena keberanianmu, kita semua bisa selamat."
Ardyn terkejut mendengar kata-kata itu. Ia tidak pernah menyangka bahwa seseorang seperti Lyra akan mengucapkan terima kasih padanya.
"Tidak perlu," jawabnya. "Kau yang melakukan sebagian besar pekerjaan. Aku hanya mencoba bertahan."
"Itu tidak benar," balas Lyra. "Apa yang kau lakukan lebih sulit daripada menyerang. Kau melawan ketakutanmu sendiri, dan itu hal yang tidak semua orang bisa lakukan."
Ardyn terdiam, mencoba mencerna kata-kata itu. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa mungkin ada seseorang yang benar-benar mengerti perjuangannya.
Setelah makan, Lyra mengajak Ardyn berjalan-jalan di sekitar taman akademi. Suasana pagi yang tenang memberikan mereka kesempatan untuk berbicara lebih bebas.
"Kenapa kau bergabung dengan akademi ini?" tanya Lyra tiba-tiba.
Ardyn ragu sejenak sebelum menjawab. "Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi lebih dari apa yang orang lain pikirkan. Semua orang selalu melihatku sebagai yang paling lemah, jadi aku ingin mengubah itu."
Lyra tersenyum tipis. "Itu alasan yang bagus. Tapi kau tahu, kekuatan sejati tidak hanya datang dari sihir atau kemampuan bertarung."
Ardyn menoleh padanya. "Lalu dari mana?"
Lyra berhenti berjalan dan menatapnya. "Dari keyakinan pada diri sendiri. Dari keberanian untuk terus maju, bahkan ketika semua orang meremehkanmu. Dan kau sudah membuktikan itu."
Kata-katanya membuat Ardyn merasa sedikit lebih ringan. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, ia benar-benar bisa mempercayai Lyra.
Malam Itu
Sistem akhirnya memberikan pemberitahuan baru:
"Misi utama selesai: Temukan Sekutu. Hadiah: Kekuatan Fisik Lv. 5 dan Magic Lv. 1."
Ardyn merasakan energi baru mengalir di dalam tubuhnya. Otot-ototnya terasa lebih kuat, dan ada sensasi hangat di dadanya, seolah-olah sebuah kekuatan baru sedang bangkit.
Tapi lebih dari itu, ia merasa bahwa ia telah menemukan sesuatu yang lebih penting: seorang sekutu sejati.
Lyra, yang juga berada di ruang perawatan, menatapnya dari jauh. Tatapan itu penuh dengan rasa hormat dan keyakinan, sebuah tanda bahwa hubungan mereka telah berkembang menjadi lebih dari sekadar rekan tim.
Ardyn menggenggam tangannya sendiri, bertekad untuk terus maju dan melindungi sekutunya, apa pun yang terjadi.