Pagi di akademi terasa lebih tenang, seolah memberi jeda setelah kekacauan yang terjadi kemarin. Namun, bagi Ardyn, ketenangan ini terasa seperti ketenangan sebelum badai. Ia belum sepenuhnya memahami apa yang baru saja ia lalui, dan sistem terus menjadi misteri baginya.
Sambil duduk di taman belakang akademi, Ardyn memeriksa pemberitahuan baru dari sistem.
"Selamat! Anda telah menyelesaikan misi utama pertama. Misi selanjutnya akan segera tersedia. Persiapkan diri Anda."
Ardyn mengernyit. Sistem ini seperti terus memaksanya untuk bergerak maju, meskipun ia belum yakin apakah dirinya benar-benar siap.
"Ardyn."
Suara Lyra membuatnya tersentak. Ia menoleh dan melihat gadis itu berdiri di belakangnya, membawa beberapa gulungan kertas.
"Aku mencarimu," katanya. "Ada sesuatu yang harus kita bicarakan."
Di Ruang Arsip Akademi
Lyra membawa Ardyn ke ruang arsip, tempat yang jarang dikunjungi oleh murid biasa. Ruangan itu dipenuhi dengan rak-rak berisi buku dan dokumen tua.
"Apa ini?" tanya Ardyn, bingung dengan tujuan mereka di sini.
Lyra mengeluarkan salah satu gulungan kertas dan membukanya di atas meja. "Aku menemukan sesuatu tentang portal kutukan yang muncul kemarin. Ini bukan pertama kalinya terjadi, Ardyn. Dan ada sesuatu yang aneh."
Ia menunjuk sebuah diagram pada kertas itu. "Portal seperti itu biasanya hanya muncul di tempat-tempat tertentu tempat yang terhubung dengan energi gelap kuno. Tapi lembah tempat portal itu muncul tidak seharusnya menjadi salah satu dari tempat itu."
Ardyn mengerutkan kening. "Jadi, maksudmu apa?"
Lyra menatapnya dengan serius. "Ada kemungkinan seseorang sengaja membuka portal itu. Dan kalau itu benar, maka kita menghadapi ancaman yang jauh lebih besar daripada yang kita duga."
Ardyn merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Ia belum sepenuhnya memahami dunia sihir dan kutukan ini, tetapi ide bahwa ada seseorang yang dengan sengaja memicu bencana membuatnya merasa tidak nyaman.
"Aku ingin kau membantuku menyelidiki ini," kata Lyra.
Ardyn terdiam sejenak sebelum mengangguk. "Apa yang harus kita lakukan?"
Misi Baru dari Sistem
Saat Lyra mulai menjelaskan rencananya, sistem memberikan pemberitahuan baru:
"Misi Baru: Selidiki Jejak Portal. Tujuan: Temukan bukti keberadaan dalang di balik portal kutukan. Hadiah: Magic Lv. 3 dan Skill 'Intuisi Kutukan.'"
Ardyn membaca pemberitahuan itu dengan perasaan campur aduk. Seolah-olah sistem ini tahu persis apa yang sedang terjadi dan memanfaatkan situasi untuk mendorongnya lebih jauh.
"Baik," katanya akhirnya. "Aku akan membantumu."
Malam Penyelidikan
Lyra dan Ardyn menunggu hingga malam tiba sebelum memulai penyelidikan mereka. Mereka menyelinap keluar dari akademi, menuju lembah tempat portal kutukan sebelumnya muncul.
Kabut tipis menyelimuti lembah itu, memberikan suasana mencekam. Namun, Lyra tampak tenang, memimpin jalan dengan tongkat sihirnya yang bersinar lembut.
"Berhati-hatilah," bisiknya. "Energi kutukan mungkin masih tersisa di sini."
Ardyn mengangguk, mengikuti di belakangnya dengan waspada.
Ketika mereka mencapai pusat lembah, Lyra berhenti. "Aku bisa merasakan sesuatu," katanya. "Energi ini… tidak normal."
Ia mulai menggambar sebuah lingkaran sihir di tanah, menggunakan tongkatnya untuk melacak sumber energi. Tidak lama kemudian, sebuah bayangan muncul dari balik kabut.
Ardyn langsung bersiaga. "Apa itu?"
Bayangan itu bergerak mendekat, memperlihatkan sosok seorang pria dengan jubah hitam. Wajahnya tertutup oleh tudung, tetapi auranya yang gelap tidak bisa disangkal.
"Siapa kalian?" suara pria itu terdengar dingin dan menusuk.
Lyra berdiri tegak. "Kami yang seharusnya bertanya. Apa yang kau lakukan di sini?"
Pria itu tertawa kecil. "Aku hanya pengamat. Tapi kalian, anak-anak kecil, seharusnya tidak berada di tempat ini. Ini bukan urusan kalian."
Sebelum mereka sempat merespons, pria itu mengangkat tangannya, dan bayangan gelap mulai meluncur ke arah mereka.
"Ardyn, hati-hati!" teriak Lyra, meluncurkan sihir pelindung.
Ardyn merasakan adrenalinnya naik. Sistem langsung memberikan notifikasi baru:
"Misi Tambahan: Bertahan melawan serangan bayangan selama 3 menit. Hadiah: Skill 'Refleks Cepat.'"
Tanpa berpikir dua kali, Ardyn melangkah maju, mencoba melindungi Lyra sambil bertahan dari serangan bayangan. Tubuhnya bergerak lebih cepat dari sebelumnya, seolah-olah kekuatan baru yang ia dapatkan mulai bekerja.
Mereka berhasil bertahan cukup lama hingga pria berjubah hitam itu mundur.
"Kalian cukup kuat untuk anak-anak," katanya sebelum menghilang ke dalam kabut. "Tapi peringatanku tetap sama: Jangan campur tangan."
Kembali ke Akademi
Setelah pria itu pergi, Lyra dan Ardyn kembali ke akademi dengan banyak pertanyaan di pikiran mereka.
"Siapa dia?" tanya Ardyn.
Lyra menggenggam tongkatnya erat. "Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti, dia bukan sekadar pengamat. Dia mungkin salah satu dari mereka yang membuka portal itu."
Ardyn menggertakkan giginya. "Kalau begitu, kita harus menghentikannya."
Lyra menatapnya dengan senyuman tipis. "Dan kali ini, kau tidak akan melakukannya sendirian."
mereka langsung menuju ruang perawatan untuk melaporkan apa yang mereka temukan kepada Profesor Kael. Namun, ruangan itu kosong, hanya meninggalkan aroma herbal yang samar.
"Mungkin dia sudah kembali ke kamarnya," kata Lyra, meletakkan tongkat sihirnya di meja.
Ardyn mengangguk, meskipun ia merasa sedikit cemas. "Apa kita harus menunggu dia, atau…"
"Kita tidak bisa menunggu," potong Lyra tegas. "Apa yang terjadi tadi terlalu penting untuk ditunda. Kita harus mencari Profesor Kael sekarang juga."
Mereka meninggalkan ruang perawatan dan menyusuri lorong-lorong akademi yang gelap. Lilin-lilin di dinding memberikan cahaya redup, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak seperti makhluk hidup.
Namun, langkah mereka terhenti ketika seorang murid tiba-tiba muncul dari sudut lorong.
"Hei, kalian sedang apa di sini?" suara itu berasal dari Garreth, teman satu tim mereka saat misi portal kemarin.
"Kami sedang mencari Profesor Kael," jawab Lyra singkat.
Garreth mengerutkan kening. "Kenapa? Apa ada masalah?"
"Ada sesuatu yang harus dia ketahui," kata Lyra, mencoba menghindari penjelasan terlalu panjang.
Namun, Garreth tidak menyerah begitu saja. "Aku bisa membantu kalau kalian mau. Lagi pula, aku juga terlibat dalam misi kemarin, bukan?"
Ardyn menatap Lyra, mencari tanda persetujuan. Setelah beberapa detik ragu, Lyra akhirnya mengangguk.
"Baiklah, tapi jangan terlalu banyak bertanya," katanya.
Dengan tambahan Garreth, mereka melanjutkan pencarian Profesor Kael. Saat melewati ruang perpustakaan yang gelap, Ardyn merasa ada sesuatu yang aneh. Ia berhenti sejenak, memandangi rak-rak buku yang menjulang tinggi.
"Ada apa?" tanya Garreth, menoleh ke arahnya.
"Aku… aku merasa ada sesuatu di sini," jawab Ardyn pelan.
Lyra memandangnya dengan serius. "Apa maksudmu? Kau merasakan sesuatu?"
Ardyn mengangguk, meskipun ia sendiri tidak yakin apa yang ia rasakan. "Seperti… ada yang mengawasi."
Garreth tertawa kecil. "Kau terlalu paranoid. Ini hanya perpustakaan kosong."
Namun, sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, suara langkah kaki bergema dari ujung ruangan. Semua orang langsung berjaga-jaga, mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.
Sosok bayangan muncul dari balik rak buku, membuat mereka semua menahan napas.
"Siapa di sana?" tanya Lyra dengan nada tajam.
Bayangan itu melangkah keluar, memperlihatkan seorang gadis berambut hitam panjang dengan mata yang tampak dingin namun penuh rasa ingin tahu.
"Kalian membuat keributan di tempat yang seharusnya tenang," kata gadis itu, suaranya lembut namun menusuk.
"Siapa kau?" tanya Garreth, menatapnya dengan curiga.
"Aku Eira," jawab gadis itu tanpa basa-basi. "Dan aku bisa membantu kalian, kalau kalian berhenti terlihat seperti anak-anak bodoh yang tersesat."
Lyra mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"
Eira melangkah mendekat, auranya yang dingin membuat suasana semakin mencekam. "Aku tahu apa yang kalian cari. Profesor Kael tidak ada di sini karena dia sedang menyelidiki sesuatu yang lebih besar. Dan kalian… hanya berjalan ke arah bahaya tanpa mengetahui apa yang kalian hadapi."
"Kau tahu tentang pria berjubah hitam itu?" tanya Ardyn, tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Eira tersenyum tipis. "Lebih dari yang kalian bayangkan. Kalau kalian benar-benar ingin tahu, ikutlah denganku. Tapi aku tidak menjamin kalian akan menyukai apa yang akan kalian temukan."
Lyra dan Garreth saling bertukar pandang, ragu apakah mereka bisa mempercayai gadis misterius ini. Namun, Ardyn merasa bahwa mereka tidak punya pilihan lain.
"Aku akan ikut," katanya, membuat Lyra menatapnya tajam.
"Ardyn, ini bisa jadi jebakan," kata Lyra.
"Mungkin," jawab Ardyn. "Tapi kita butuh jawaban. Dan dia tampaknya tahu lebih banyak daripada kita."
Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Lyra akhirnya mengangguk. "Baiklah. Tapi kalau ini jebakan, aku tidak akan memaafkanmu, Eira."
Eira hanya tertawa kecil, lalu memutar tubuhnya dan melangkah keluar dari perpustakaan. "Ikuti aku. Aku akan menunjukkan sesuatu yang tidak akan kalian lupakan."
Dengan perasaan cemas namun penuh tekad, Ardyn, Lyra, dan Garreth mengikuti gadis itu menuju rahasia yang mungkin mengubah segalanya.