Malam terasa semakin dingin ketika Ardyn, Lyra, Garreth, dan Eira menyusuri jalan setapak di belakang akademi, menuju tempat yang tidak mereka kenal. Eira memimpin dengan langkah percaya diri, sementara yang lain mengikuti dalam keheningan. Ardyn tidak bisa menghilangkan kegelisahan yang menyelimuti dirinya.
"Ke mana kita sebenarnya?" tanya Lyra akhirnya, memecah keheningan.
Eira menoleh sedikit, tetapi tidak menghentikan langkahnya. "Ke tempat di mana semua ini bermula. Kalau kau ingin tahu kebenaran tentang kutukan dan sistem, kau harus melihatnya sendiri."
Ardyn bertukar pandang dengan Lyra. Dia ingin percaya pada gadis misterius itu, tetapi setiap kata yang keluar dari mulut Eira terasa seperti teka-teki.
Garreth, yang biasanya ceria, juga tampak lebih waspada. Ia mencengkeram tongkat sihirnya erat-erat, siap untuk segala kemungkinan. "Kau benar-benar tahu banyak tentang ini semua, ya? Tapi kenapa kau mau membantu kami?"
Eira tersenyum tipis. "Mungkin aku bosan melihat dunia ini perlahan-lahan hancur. Atau mungkin aku hanya ingin memastikan kalian tidak membuat kekacauan lebih besar."
Ucapan itu membuat Ardyn semakin waspada, tetapi ia memilih untuk diam.
Setelah berjalan selama hampir setengah jam, mereka tiba di sebuah pintu batu besar yang tertanam di dinding tebing. Di atas pintu itu, ada ukiran simbol-simbol aneh yang memancarkan cahaya redup.
Eira berhenti dan menoleh ke mereka. "Ini adalah pintu menuju reruntuhan kutukan pertama. Hanya mereka yang dipilih oleh sistem yang bisa membukanya."
"Jadi, aku?" Ardyn bertanya, meskipun ia sudah tahu jawabannya.
Eira mengangguk. "Coba letakkan tanganmu di sana."
Ardyn melangkah maju, ragu-ragu, dan menatap simbol-simbol itu dengan hati-hati. Ada sesuatu yang familiar tentang mereka, meskipun ia tidak pernah melihatnya sebelumnya. Perlahan, ia meletakkan tangannya di tengah simbol utama.
Cahaya terang meledak dari ukiran itu, membuat semua orang mundur selangkah. Pintu batu itu bergeser dengan suara gemuruh, memperlihatkan lorong gelap di baliknya.
Eira tersenyum puas. "Bagus. Sekarang, kita masuk."
---
Lorong itu panjang dan sempit, diterangi oleh obor-obor kecil yang tampaknya menyala dengan sihir. Suasana semakin mencekam saat mereka melangkah lebih dalam.
"Jadi, apa sebenarnya yang ada di sini?" tanya Garreth, suaranya menggema di sepanjang lorong.
Eira tidak menjawab langsung. Ia berhenti di depan sebuah ruangan besar dengan lantai bercahaya. Di tengah ruangan itu, ada sebuah altar dengan kristal hitam besar di atasnya.
"Itu," kata Eira, menunjuk kristal itu. "Adalah inti dari kutukan pertama. Semua portal yang kalian lihat berasal dari energi ini."
Lyra mendekat, tetapi berhenti beberapa langkah dari altar. "Bagaimana ini bisa terjadi? Apa ada yang menciptakannya?"
Eira menatap kristal itu dengan tatapan tajam. "Bukan sesuatu, tapi seseorang. Dalang di balik semua ini adalah seorang penyihir yang pernah mencoba menguasai dunia, tetapi gagal. Sebelum dia dikalahkan, dia menciptakan kutukan ini sebagai warisan terakhirnya."
"Dan dia menggunakannya untuk menghancurkan dunia secara perlahan?" tanya Ardyn.
Eira mengangguk. "Ya. Kutukan ini tidak hanya merusak tempat-tempat tertentu, tetapi juga melemahkan batas antara dunia ini dan dunia kegelapan. Kalau dibiarkan, seluruh dunia akan jatuh ke dalam kehancuran."
Ardyn menatap kristal itu dengan perasaan campur aduk. "Jadi, apa yang harus kita lakukan?"
"Untuk saat ini, hanya ada satu hal yang bisa kalian lakukan," jawab Eira sambil tersenyum tipis. "Kalian harus menghancurkannya."
"Bagaimana caranya?" tanya Lyra.
Sebelum Eira bisa menjawab, suara gemuruh tiba-tiba terdengar dari balik lorong. Getaran yang kuat mengguncang tanah, membuat mereka semua kehilangan keseimbangan.
"Apa itu?" seru Garreth, matanya melebar.
Eira menoleh ke arah lorong. "Sepertinya kita kedatangan tamu tak diundang."
Dari kegelapan lorong, makhluk besar dengan tubuh hitam pekat dan mata merah menyala muncul. Ia mengaum dengan suara yang mengguncang ruangan.
Sistem langsung memberikan pemberitahuan baru di kepala Ardyn:
"Misi Baru: Pertahankan altar dari penjaga kutukan. Tujuan: Hancurkan makhluk penjaga sebelum melanjutkan. Hadiah: Skill 'Burst Strike' dan peningkatan kekuatan fisik."
Ardyn menatap makhluk itu dengan tekad yang membara. "Kalau begitu, mari kita mulai."
Dengan tongkat sihirnya, Lyra mengirimkan serangan pertama, sementara Garreth mencoba melindungi Eira yang tetap tenang di dekat altar. Ardyn, meskipun tanpa senjata, merasakan kekuatan baru yang mengalir di tubuhnya. Ia tahu ini adalah saatnya membuktikan bahwa ia memang layak dipilih oleh sistem.
Lorong itu dipenuhi dengan suara dentuman sihir dan raungan makhluk besar yang terus menyerang tanpa henti. Ardyn menghindari cakar besar yang hampir mengenai wajahnya, sementara Lyra dan Garreth sibuk mencoba menyerang dari jarak jauh.
Eira berdiri di dekat altar dengan tenang, memandangi kristal hitam yang berkilauan dengan cahaya gelap. Dia tampak tidak peduli dengan pertempuran yang sedang berlangsung, tetapi matanya terus mengamati Ardyn.
"Ardyn, hati-hati!" teriak Lyra saat makhluk itu melompat ke arah Ardyn dengan kecepatan yang mengejutkan.
Refleks Ardyn meningkat drastis, memungkinkan dia berguling ke samping dan menghindari serangan itu. Namun, dĩa tahu bahwa menghindar saja tidak akan cukup. Di dalam pikirannya, sistem memberikan perintah barus
"Gunakan kesempatan ini untuk menyerang bagian kepala penjaga. Serangan kritis akan melemahkannya."
Ardyn mengepalkan tinjunya, merasa kekuatan baru yang mengalir di tubuhnya semakin kuat. Dengan keberanian yang tiba-tiba, dia berlari ke arah makhluk itu, melompat ke udara, dan menghantam kepala makhluk tersebut dengan tinju yang diperkuat energi.
Makhluk itu meraung kesakitan, tubuhnya sedikit goyah, tetapi tidak jatuh.
"Ardyn, jangan terlalu dekat! Dia bisa membunuhmu dalam satu serangan!" seru Garreth sambil melemparkan bola api ke tubuh makhluk itu, mencoba mengalihkan perhatiannya.
Ardyn menatap makhluk itu dengan tatapan tajam, mendengar instruksi dari dalam pikirannya
"Misi tambahang Berikan pukulan terakhir. Hadiahs Skill 'Burst Strike' tingkat lanjut."
Ardyn menarik napas dalam-dalam dan memutuskan untuk mengambil risiko.
Makhluk itu berbalik ke arahnya, mata merahnya memancarkan kebencian yang membara Ardyn merentangkan tangannya, mencoba merasakan energi yang sistem janjikan. Dalam sekejap, tangannya mulai bercahaya dengan cahaya biru yang intens.
Lyra memandangnya dengan kebingungan. "Apa yang terjadi pada Ardyn?"
Garreth melangkah mundur, melindungi Lyra. "Aku tidak tahu, tapi dia tidak seperti biasanya."
Eira hanya tersenyum samar tanpa mengatakan apa-apa, tatapannya tetap tertuju pada Ardyn.
Ardyn berlari ke arah makhluk itu sekali lagi. Cahaya biru di tangannya semakin kuat. Ketika dia cukup dekat, dia melompat tinggi dan menghantam kepala makhluk itu dengan kekuatan penuh.
Suara gemuruh terdengar saat cahaya biru itu meledak, menghancurkan kepala makhluk itu menjadi serpihan. Tubuh besar makhluk itu terhuyung-huyung, sebelum akhirnya jatuh dengan suara keras, menciptakan debu yang menyelimuti ruangan.
Ardyn mendarat dengan lutut gemetar, napasnya terengah-engah. Namun, dĩa merasakan sesuatu yang baru di dalam dirinya sebuah kekuatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Misi Selesai. Hadiah Skill 'Burst Strike' telah diaktifkan. Peningkatan kekuatan fisik sebesar 20%"
Lyra dan Garreth segera mendekatinya. "Ardyn, kau baik-baik saja?" tanya Lyra dengan nada khawatir.
"Aku baik-baik saja," jawab Ardyn, meskipun tubuhnya masih gemetar. "Tapi... apa yang baru saja terjadi? Rasanya kekuatanku meningkat secara tiba-tiba."
Eira melangkah mendekat, senyum tipisnya tak hilang. "Kau punya potensi besar, Ardyn. Mungkin ini hanyalah permulaan."
Garreth melipat tangan. "Tunggu dulu, bagaimana dia tiba-tiba mendapatkan kekuatan sebesar itu?"
Eira mengangkat bahu santai. "Mungkin dia hanya benar-benar istimewa. Dunia ini butuh pahlawan, bukan?" Dia mengalihkan pandangannya ke kristal hitam di altar.
"Dan sekarang, kita punya tugas berikutnya."
Ardyn tidak mengatakan apa apa tetapi dalam hati, dia tau bahwa Eira menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang dia tunjukkan.