Chereads / The Godslayer's Legacy / Chapter 31 - Part 30 - The Challenging Training

Chapter 31 - Part 30 - The Challenging Training

After the tense meeting and the decisive decisions made, the atmosphere in the royal meeting room began to ease, though the tension still lingered. The advisors slowly filed out one by one, their faces filled with anxiety and responsibility. King Arthur remained standing in the middle of the room, his eyes focused on the heroes who still stood around the long table. In silence, they all knew that the next step was the most crucial in the kingdom's history.

Ethan, Lila, Rowan, Asha, and Kael exchanged glances. Although they had just made the important decision to train the troops in magic, there was still much to prepare. Time was not on their side—the threat of darkness was becoming more real, and they had to prepare carefully. This training was not only about teaching magic but also about strengthening the soldiers' mental fortitude, ensuring they could resist the dark temptations that might invade their minds.

"What's the first step we should take?" Lila asked, her voice softer than usual, yet still full of determination. She knew that this training would require a lot of preparation and coordination. "We need to make sure the magic we teach is targeted properly, so the soldiers won't fall victim to the dark forces."

Asha nodded. "We must start with the basics of magic. Defense and mind control should be the priority. However, we also need to teach them how to recognize the dark forces so they can avoid or face them properly."

Rowan, who was usually more pragmatic, spoke in a deep and serious voice. "I agree. But we have to remember that this army is made up of people who have never dealt with magic before. We need to start this training carefully, dividing them into smaller groups. We can't overwhelm them with too much power right away."

Kael looked at his friends, his face serious. "But we also don't have time for experiments. We need to move quickly, and this army has to be ready to face the darkness in the shortest time possible."

Ethan listened to all the opinions, pausing to reflect for a moment. "You're right. Our time is very limited. That's why we should divide our army into smaller groups, each led by one of us. We'll focus on specific teachings based on our own abilities. Sword magic, mind control, protective spells, and healing—everything must be taught with great care."

Ethan then lifted his gaze and looked at the king, who was still standing in the middle of the room, listening intently. "We will divide the army into five groups. Each group will be led by one of us, based on our expertise. We will focus on strong foundational training so they can master magic quickly."

King Arthur nodded in agreement. "We trust you with this. Start as soon as possible. However, we would like to hear more details about how you plan to organize this training."

Ethan answered with confidence. "We'll begin with separate groups. I will lead the group focused on sword magic. This magic requires strong physical skills, and the soldiers must learn to control their power with precision. Lila, you will lead the group focused on mind control and illusion magic. Asha, you will lead the group focused on healing and protective magic. Rowan, you will lead the group mastering fire magic and ranged attack powers. Kael, you will lead the group learning physical enhancement magic and speed."

Lila, listening carefully, spoke again. "We need to ensure that they not only master the magic but also control it well. Each group must be trained with high discipline so they can remain strong and focused even under great pressure."

"Exactly," added Asha. "Magic isn't just about attacking, but also about defending. We must teach them how to protect themselves and their comrades in battle."

Rowan, who was more strategy-oriented, thought for a moment before speaking. "Our training should also include battle tactics. Once they master basic magic, we must make sure they know how to use it in actual combat. How to combine magic with warfare tactics. This isn't just about magic—it's about how they fight as a team."

Ethan nodded, impressed by Rowan's insight. "That's what we need—a solid team. These soldiers won't just fight with their power, but with close teamwork. Every group must be part of one united force that supports each other."

King Arthur stood straight, his eyes filled with hope but also authority. "We give you full time to prepare this army. Make sure the training goes smoothly, and that all the troops are ready in a short time. We hope this will give us an advantage in the battle against the darkness."

With the meeting finally reaching a conclusion, the heroes began planning their concrete steps. They knew their task would not be easy. This training required full attention, patience, and high discipline. But they also knew that if they failed to prepare this army well, the kingdom—and the entire world—would fall into darkness.

After the meeting ended, they each began to organize their training strategies, which would start the following day. Ethan felt the heavy burden on his shoulders. However, his resolve grew stronger. They had no choice but to fight—and this time, they would fight with everything they had.

---

Part 30 - Pelatihan yang Menantang (Bagian 2)

Pagi berikutnya, langit kerajaan masih diselimuti mendung tebal, dan angin kencang berhembus, membawa aroma tanah yang basah dari hujan semalam. Di luar, barisan pasukan sudah mulai berkumpul di lapangan luas, terpisah-pisah menurut kelompok masing-masing. Ethan, Lila, Rowan, Asha, dan Kael sudah siap di hadapan mereka, berdiri tegak di bawah langit yang masih muram, siap untuk memulai pelatihan yang akan mengubah nasib kerajaan ini.

Ethan menarik napas panjang dan menatap pasukan yang telah dikumpulkan. Masing-masing dari mereka mengenakan pakaian pelatihan yang serba sederhana, dengan ekspresi wajah yang menunjukkan campuran rasa takut dan harapan. Mereka semua tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk bertahan hidup. Pelatihan yang akan mereka jalani adalah ujian yang jauh lebih berat daripada apa pun yang pernah mereka alami.

"Kelompok Sihir Pedang, berkumpul di sini!" suara Ethan menggelegar di lapangan, membuat para prajurit yang ada di sana langsung bergerak cepat, membentuk barisan dengan rapi.

Dengan gerakan sigap, pasukan yang akan dilatih oleh Ethan bergerak, mengikuti instruksi tanpa banyak bicara. Mereka adalah prajurit yang memiliki kekuatan fisik yang cukup, namun kini harus mempelajari seni menggabungkan sihir dengan keahlian bertarung mereka. Ethan melihat mereka dengan seksama. "Kalian tidak hanya akan belajar mengendalikan sihir, tetapi juga menggunakannya dalam pertarungan yang nyata. Siap atau tidak, kalian harus siap bertarung dengan apa pun yang ada di depan kalian."

Lila, yang memimpin kelompok pengendalian pikiran dan sihir ilusi, berdiri dengan tenang di sisi lain lapangan. Wajahnya tampak fokus, matanya mengamati pasukan yang berkumpul di depannya. "Kelompok Sihir Pengendalian Pikiran, sini!" Suaranya lembut namun penuh kekuatan, memerintahkan para prajurit untuk berkumpul. Kelompok ini, meski tak banyak, adalah yang paling sulit untuk dilatih. Mereka harus belajar untuk menembus pertahanan mental musuh dan mengendalikan pikiran dengan ketepatan yang sangat tinggi.

Lila mengangkat tangannya, menunjukkan serangkaian gerakan sederhana di udara. "Sihir pengendalian pikiran bukanlah alat untuk menyakiti, tapi untuk memahami dan mengendalikan. Kalian harus belajar untuk mengenali kekuatan ini dalam diri kalian dan menggunakannya untuk melindungi bukan hanya diri sendiri, tetapi juga teman-teman kalian."

Asha berdiri di sebelah Lila, wajahnya serius. Kelompok penyembuhan dan perlindungan berada di depan mereka, mata mereka berfokus pada instruksi yang akan diberikan. "Kelompok Penyembuhan, dengarkan dengan baik!" Asha memanggil. Pasukan ini tidak hanya perlu menguasai sihir penyembuhan, tetapi mereka juga harus mempelajari bagaimana cara melindungi diri mereka dengan sihir perlindungan yang akan menjaga mereka dari ancaman luar.

Asha mengangkat kedua tangannya, menciptakan pelindung kecil dari cahaya hijau di sekitar dirinya, memamerkan contoh sihir perlindungan. "Kalian akan belajar untuk melindungi diri dan teman kalian. Setiap luka yang kalian sembuhkan bisa menjadi nyawa yang diselamatkan. Tetapi pelatihan ini akan lebih dari sekadar menyembuhkan. Kalian harus memahami bagaimana menjaga pertahanan dalam diri kalian, bagaimana menahan serangan dari luar, dan tetap bertahan di tengah pertempuran."

Rowan berdiri di ujung lapangan, memperhatikan pasukannya yang akan mempelajari sihir api dan serangan jarak jauh. Kelompok ini terdiri dari mereka yang lebih berorientasi pada kekuatan serangan, dan dengan kekuatan api yang dimiliki oleh beberapa dari mereka, latihan mereka akan sangat menentukan. "Kelompok Api dan Serangan Jarak Jauh, bersiaplah!" seru Rowan dengan penuh semangat, suaranya membahana di udara.

Saat para prajurit berkumpul di hadapannya, Rowan mulai mengarahkan perhatian mereka pada serangkaian pohon besar di sekitar lapangan. "Sihir api adalah kekuatan destruktif, dan kalian akan belajar untuk mengendalikannya. Tidak ada ruang untuk emosi yang tidak terkontrol di sini. Api adalah teman yang berbahaya, dan kalian harus tahu cara berteman dengannya—untuk menghancurkan musuh, bukan membakar diri sendiri."

Kael, yang sudah berdiri di sisi lain lapangan, menatap dengan hati-hati para prajurit yang akan belajar sihir penguatan fisik dan kecepatan. Pasukan ini akan memanfaatkan sihir untuk memperkuat tubuh mereka, meningkatkan kelincahan dan kekuatan dalam pertarungan. "Kelompok Penguatan Fisik, bergabung di sini!" seru Kael, suaranya tenang namun penuh otoritas.

Pasukan penguatan fisik ini, kebanyakan adalah mereka yang memiliki fisik kuat, namun Kael tahu bahwa tanpa sihir yang tepat, mereka tidak akan bisa mengatasi ancaman yang lebih besar. "Sihir penguatan adalah tentang menguasai tubuh kalian, bukan hanya memperkuatnya. Kalian harus bisa mengendalikan setiap gerakan, setiap serangan, dan menyesuaikannya dengan kecepatan yang lebih tinggi. Ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tapi bagaimana cara kalian menggunakan tubuh kalian sebagai senjata yang sempurna."

Setelah para pahlawan memberikan instruksi pertama mereka, mereka masing-masing bergerak ke arah kelompok mereka untuk mulai melatih para prajurit. Ethan dengan ketegasan mulai mengajarkan sihir pedang kepada kelompoknya. Dia memperlihatkan gerakan dasar, bagaimana menggabungkan sihir dengan pedang untuk menciptakan serangan yang lebih kuat dan presisi. Sementara itu, Lila mengajarkan bagaimana cara menggunakan ilusi untuk menyesatkan musuh dan melindungi diri dari serangan mental.

Asha bergerak ke tengah-tengah kelompok penyembuhan, memperlihatkan bagaimana sihir penyembuhan dapat menyelamatkan nyawa dalam waktu singkat. Dia mengajarkan mereka tentang pengobatan, tentang kekuatan perlindungan mental, dan bagaimana melawan sihir gelap yang bisa merasuki tubuh dan pikiran mereka.

Rowan memimpin kelompok api, menunjukkan kepada mereka bagaimana cara memanipulasi api tanpa kehilangan kontrol. Dia mengajari mereka teknik-teknik serangan jarak jauh yang bisa menghancurkan musuh dalam sekejap.

Sementara itu, Kael mengajarkan para prajurit penguatan fisik bagaimana cara menggunakan sihir untuk meningkatkan kecepatan dan kelincahan mereka. Dia mengajarkan gerakan-gerakan cepat yang memungkinkan mereka untuk bertarung dengan kekuatan penuh dan menghindari serangan lawan.

Pelatihan itu berlangsung keras, penuh ketegangan dan tantangan. Setiap pasukan mulai merasakan betapa sulitnya menguasai sihir dalam waktu yang singkat. Namun, mereka juga tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup dalam pertempuran yang semakin mendekat.

Para pahlawan terus memimpin pelatihan dengan penuh tekad. Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, mereka tahu bahwa hanya dengan mempersiapkan pasukan ini sebaik mungkin mereka bisa menghadapi kegelapan yang semakin mendekat.