Chereads / Bisikan di Rumah Tua / Chapter 6 - Jejak Bayangan

Chapter 6 - Jejak Bayangan

Aria dan Leo memutuskan untuk membawa cermin itu ke tempat yang jauh dari kota. Mereka menyetir sepanjang malam, melewati jalan-jalan sepi yang membentang di antara hutan-hutan gelap. Pikiran mereka penuh dengan berbagai kemungkinan, tetapi yang paling menakutkan adalah gagasan bahwa bayangan itu mungkin bisa keluar kembali.

Setelah beberapa jam, mereka tiba di sebuah gudang tua yang terbengkalai, jauh dari peradaban. Gudang itu adalah tempat yang sempurna untuk menyembunyikan sesuatu yang berbahaya. Dengan hati-hati, mereka mengeluarkan cermin dari bagasi dan membawanya ke dalam gudang. Aria memastikan bahwa cermin itu diletakkan di sudut ruangan yang gelap, jauh dari pandangan.

"Kita harus memastikan tidak ada yang menemukannya," kata Aria, suaranya penuh ketegasan.

Leo mengangguk. "Kita bisa menguncinya di sini, tetapi bagaimana jika seseorang datang ke sini?"

Aria berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kita akan membuat peringatan di sekitar tempat ini, sesuatu yang akan membuat orang menjauh."

Mereka menghabiskan waktu berikutnya memasang tanda-tanda peringatan di sekitar gudang, memperingatkan tentang bahaya masuk ke dalam. Setelah selesai, mereka berdiri di depan gudang, merasakan beban yang sedikit terangkat dari bahu mereka.

"Apakah menurutmu ini cukup?" tanya Leo, melihat ke arah Aria.

Aria menghela napas. "Untuk saat ini, ya. Tapi kita harus terus memantau tempat ini. Kita tidak bisa membiarkan bayangan itu keluar lagi."

Mereka kembali ke kota dengan perasaan lega, meskipun bayangan ketakutan masih menyelimuti pikiran mereka. Keesokan harinya, Aria memutuskan untuk menelusuri lebih dalam tentang keluarga Collins dan ritual yang mereka lakukan. Dia ingin memastikan bahwa tidak ada lagi ancaman yang tersembunyi.

Aria mengunjungi arsip kota lagi, mencari dokumen yang mungkin dia lewatkan sebelumnya. Setelah beberapa jam mencari, dia menemukan sebuah surat tua yang ditulis oleh Nathaniel Collins kepada seorang teman dekatnya. Surat itu berbicara tentang penyesalan Nathaniel atas ritual yang dia lakukan dan peringatan tentang bahaya yang telah dia lepaskan.

*"Aku tidak tahu bagaimana cara memperbaiki kesalahan ini,"* tulis Nathaniel dalam surat itu. *"Bayangan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan, dan aku takut pada apa yang akan terjadi selanjutnya."*

Aria merasa simpati terhadap Nathaniel. Dia bukan orang jahat; dia hanya seseorang yang melakukan kesalahan besar. Namun, kesalahan itu membawa bencana yang tidak terbayangkan.

Saat Aria membaca lebih lanjut, dia menemukan referensi tentang seorang ahli okultisme yang mungkin bisa membantu mereka memahami lebih banyak tentang bayangan itu. Namanya Dr. Evelyn Sinclair, seorang profesor di universitas setempat yang memiliki keahlian dalam hal-hal supranatural.

Aria memutuskan untuk menghubungi Dr. Sinclair. Setelah menjelaskan situasinya, Dr. Sinclair setuju untuk bertemu dengannya di kampus. Pertemuan mereka diatur untuk malam berikutnya, di ruang kerja Dr. Sinclair yang penuh dengan buku-buku tua dan artefak-artefak aneh.

Dr. Sinclair, seorang wanita berusia lima puluhan dengan rambut perak dan mata tajam, mendengarkan cerita Aria dengan seksama. Setelah Aria selesai, Dr. Sinclair menatapnya dengan serius. "Apa yang kamu hadapi adalah entitas yang sangat berbahaya," katanya. "Bayangan seperti itu tidak hanya kuat, tetapi juga cerdas. Ia bisa mencari cara untuk kembali, meskipun kamu telah mengurungnya."

Aria merasakan ketakutan yang kembali menggelayut di dadanya. "Apa yang harus kami lakukan?" tanyanya.

Dr. Sinclair mengangguk perlahan. "Ada ritual yang bisa membantu memperkuat penjara itu, tetapi itu membutuhkan persiapan yang hati-hati. Dan kita harus melakukannya secepat mungkin."

Aria setuju, dan mereka mulai merencanakan ritual itu. Leo juga bergabung, meskipun dengan sedikit ketakutan. Mereka tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan bayangan itu tidak bisa keluar lagi.

Malam ritual tiba, dan mereka kembali ke gudang dengan semua persiapan yang diperlukan. Dr. Sinclair memimpin ritual itu, melantunkan mantra-mantra kuno yang membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Aria dan Leo membantu dengan menyalakan lilin-lilin dan membuat lingkaran perlindungan di sekitar cermin.

Saat ritual berlangsung, cermin itu mulai bergetar, dan bayangan di dalamnya tampak mencoba melawan. Suara gemuruh memenuhi ruangan, tetapi mereka terus melanjutkan ritual itu, tidak membiarkan ketakutan menguasai mereka.

Akhirnya, cermin itu berhenti bergetar, dan suara gemuruh itu mereda. Dr. Sinclair menyelesaikan mantra terakhirnya, dan keheningan yang aneh menyelimuti ruangan.

"Kita berhasil," kata Dr. Sinclair dengan suara lega. "Bayangan itu sekarang benar-benar terkurung."

Aria dan Leo saling berpandangan, merasa lega tetapi juga lelah. Mereka tahu bahwa ini bukan akhir dari perjalanan mereka, tetapi untuk saat ini, mereka telah memenangkan pertarungan.

Saat mereka meninggalkan gudang, Aria merasa ada beban yang terangkat dari bahunya. Namun, dia juga tahu bahwa mereka harus terus waspada. Bayangan mungkin terkurung, tetapi ancaman dari dunia supranatural selalu ada.

"Kita harus tetap berhati-hati," kata Aria kepada Leo saat mereka berjalan kembali ke mobil. "Dunia ini penuh dengan hal-hal yang kita tidak mengerti, dan kita harus siap menghadapi apa pun."

Leo mengangguk, setuju. "Aku akan selalu siap. Kita telah menghadapi bayangan itu bersama, dan kita bisa menghadapi apa pun yang datang selanjutnya."

Mereka kembali ke kota, merasa lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi dunia yang penuh misteri ini. Namun, di suatu tempat di dalam gudang itu, cermin dengan bayangan gelapnya tetap menjadi pengingat akan kegelapan yang selalu mengintai di balik cahaya.

---