Chereads / The Brood (By:Blackyy) / Chapter 2 - Chapter 2 : Ketidakjelasan

Chapter 2 - Chapter 2 : Ketidakjelasan

[Pov Penny]

Malam ini terasa berbeda, suasana dimeja makan terasa sangat kosong dan dingin padahal semua sedang duduk dan menikmati hidangan namun aku merasakan aura kekosongan disini atau mungkin hanya perasaanku saja. Jarum jam terus berdetak berusaha memecah keheningan ini, tidak biasanya aku merasakan ketakutan yang teramat sangat sperti ini.Aku pun memberanikan diri untuk memulai percakapan berniat mencairkan suasana. Namun sebelum aku membuka mulut, ayahku tiba-tiba melirik ke arahklu dan berkata.

"Aku rasa kau harus menenangkan dirimu untuk beberapa waktu kedepan" Sambil melihat ke arahku.

Sontak akupun terkejut dengan perkataan ayahku, apa yang dia maksud?

"Apa yang ayah katakan? Untuk apa aku menenangkan diri?"

Ayah menghela nafas panjang, dia terlihat sedih dan sedikit terkejut saat melihatku berbicara seperti itu.Mungkin bukan pertanyaan itu yang Ayah harapkan.

"Haaaa (Menghela nafas) Penny, aku mau kau pergi kesuatu tempat yang dapat membuatmu lebih tenang dari biasanya bersama Ibu juga Ayah"

"Aku akan dibawa kemana? Bagaimana dengan sekolahku nanti?"

"Soal itu, biar ayah urus lagi nanti"

"Huh? Tempat seperti apa yang akan kita kunjungi? Dan apa ayah menyuruhku begini karena hal yang terjadi disekolah?"

Ayah terlihat terkejut lagi saat mendengar pertanyaanku .

"Iya, karena itu" jawabnya pelan

Aku melontarkan banyak pertanyaan padanya dan Ibuku langsung menyuruhku pergi kekamar sambil menenangkan Ayah yang terlihat lelah seakan tengah memikul beban banyak sekali. Disaat aku kembali ke kamar dengan penuh tanya, Sam menatapku sambil berkata

"Apa kau tidak sadar juga dengan niat Ayahmu itu?" Sambil terkekeh dia menatapku sangat tajam "A-apasih!"

"Anak yang gagal"

"Apasih!? Kau selalu bicara setengah-setengah" Jawabku terbata.

"Mereka berpikir bahwa kau sudah GILA dan itulah pembicaraan mereka yang biasa aku dengar disaat kau tengah tertidur Penny"

"Hah? Aku Gila? Yang benar saja apa kau mencoba membohongiku dengan bicara seperti itu?! Mana mungkin mereka berpikir" belum selesai menjawab, Sam langsung memotong pembicaraanku.

"Apa kau tidak percaya padaku?"

"A-aku bukan, tidak perca-caya! Kau dengar sendiri kan, Ibu dan Ayah akan pergi denganku"

"APA KAU TIDAK PERCAYA PADAKU LAGI PENNY?!"

"Huh?A-apa sih Sam" Aku terkejut saat Sam dengan tiba-tiba menaikan nada bicaranya sambil menatap dingin kearahku.Aku terdiam dan tanpa disadari aku sudah berdiri dekat tangga mendengar langsung percakapan Ayah yang tengah menelpon Nenek dengan penuh keputusasaan, Melihat Ibuku menangis disebelahnya membuat hatiku hancur, marah, penuh tanya.

"Apa yang terjadi dengan keluarga ini?". Tidak lama setelahnya aku mendengar kata yang baru saja Sam ucapkan.

"Ibu, Apa sebaiknya aku bawa Penny besok untuk pemeriksaan awal?" Ucap ayahku dalam telpon dengan suara yang sayu.

"Apa yang ayah bicarakan? Pemeriksaan apa? Memangnya aku sakit?" Aku bertanya tanpa pikir panjang membuat ayahku terkejut dan langsung mematikan telponnya.

"A-apa yang kau lakukan malam hari begini?! Cepat kembali ke kamarmu!" bentaknya.

"Ayah sebenarnya kita mau kemana?"

"Penny, besok kau mulai masuk sekolah. Jangan tidur terlalu larut." tambah Ibu sambil menyeka bekas air mata yang sangat jelas aku lihat tadi bercucuran sangat banyak.

Sungguh semakin aneh perlakuan mereka terhadapku, aku merasa dilakukan tidak adil meskipun banyak membuat keributan disekolah dan dirumah tapi tidak seharusnya mereka berlaku keras seperti itu aku rasa. Bahkan Leo si licik itu lebih sering membuat keributan dirumah pada malam hari, membuatku tidak nyaman berada dirumah saja.

Kegilaan

Keesokan harinya aku kembali bersekolah setelah masa skorsku berakhir. Semalaman aku tidak bisa tertidur memikirkan apa yang Sam katakan, juga apa yang aku dengarkan saat Ayah sedang berbicara dalam telepon.Sekarang sudah masuk musim dingin, salju tipis mulai turun menutupi jalanan yang ramai. Ayah dan Ibu mengantarkan ku ke sekolah tak seperti biasanya, bahkan mereka tidak membawa Leo?! Itu membuatku sedikit senang karena pada akhirnya kami hanya bertiga lagi setelah sekian lama, bahkan aku melupakan apa yang terjadi semalam saat aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka. Ibu mulai membuka dengan obrolan ringan, menanyakan perasaanku saat mulai bersekolah lagi setelah masa skors berakhir dengan nada yang sangat lembut seperti dulu lagi. Ya, itulah masa yang ku rindukan selama ini. Aku sangat menikmati perjalanan ini hingga tak terasa mobil yang Ayah kendarai sudah berhenti yang artinya kami telah sampai ditujuan. Namun aku terkejut mengapa kita berhenti disini?! Maksudku kenapa kita menuju bangunan suram ini?!.

"Kita sudah sampai" Ucapnya dingin

"Tempat apa ini Ayah?"

"Turun"

"Cepat Penny ikuti ibumu"

"Kenapa kita kesini ayah?" aku bertanya bingung.

"Ikuti saja Ibumu"

"Ta-tapi Ayah aku tid"

"Cepat turun!" bentaknya seperti biasa.

Aku terkejut dan airmata mulai turun membasahi pipiku.Ayah menarikku paksa sampai membuat keributan, Ibu bergegas pergi memanggil petugas yang ada ditempat tersebut. Aku terus meronta-ronta sambil berteriak sampai akhirnya pertugas itu datang dan menyuntikan obat penenang. Entah berapa lama aku tertidur, namun saat terbagun aku sudah berada disebuah ruangan yang sempit sampai rasanya tidak bisa bernafas. Dari luar ruangan aku bisa mendengar percakapan seseorang yang tidak ku kenali sedang membicarakan diriku dengan Ayah. Sontak aku menggedor pintu sambil berteriak. "Apa yang kau lakukan padaku! Aku tidak Gila! Ayah..Keluarkan aku dari sini!" bertetiak dengan putus asa, kenapa dia tega membuatku menjadi gila sungguhan demi menyingkirkanku? Bahkan aku masih terlalu kecil untuk berada ditempat ini. Tak lama, para petugas itu datang kembali dan memegangiku sambil menyuntikan lagi obat penenang itu.Aku semakin histeris, terus menerus menggedor pintu itu sampai obat biusnya mulai berkerja seperti yang seharusnya.Pandanganku mulai kabur, badanku tidak memiliki tenaga untuk terus melawan.

"Apa pasien disini sudah lebih tenang?"

"Ya,aku rasa begitu setelah menyuntikan obat penenang"

Pasien?dia bilang bahwa aku ini pasien dari tempat ini?. Samar-samar aku mendengar percakapan para dokter dan perawat dari balik dinding penjara ini.Sebelum aku mulai terbenam dalam pingsanku, aku tak pernah lagi melihat Sam dimana-mana dan itu membuatku sedikit kecewa. Karena tanpa ku sadari, aku sudah terlalu bergantung padanya selama ini.

"Hah, rasanya aku telah dikhianati semua orang" gumamku.

Bahkan setelah Sam berjanji akan terus menjadi temanku, dia langsung pergi begitu tau aku adalah anak yang gila, sungguh menyedihkan sekali kau Penny. Apa aku anak yang gagal sama seperti yang selalu dikatakan Sam? Pikiranku terus kearah sana, aku juga semakin membenci adikku. Mungkin jika dia tidak lahir aku akan terus bahagia seperti dulu. Dia membuatku nampak seperti tokoh jahat yang selalu dibenci oleh semua orang.Dadaku terasa sesak,nafasku tercekat, sepertinya aku mulai kehilangan kesadaranku untuk saat ini.

"Ugh..da-dasar SI*LAN".