Malam ini malam dimana Julya akan mendatangi Prom night yang diadakan di kampusnya. Julya pergi dengan mengenakan gaun ketat berwarna hitam bermotif bunga, gaun yang membiarkan lehernya tertutup namun pundaknya terbuka penampilan itu sempurna dengan dihiasi kalung permata ruby. Rambut bergelombangnya dibiarkan terurai menambahkan kesan seksi sekaligus arogant.
Sesampainya di aula, ia disambut oleh beberapa pria yang mengajaknya untuk menjadi partnernya namun Julya menolak dan memilih mendekati pria yang menatapnya dengan tatapan tajam ia bernama Austin Ernest anak yang tidak populer dan bahkan bisa di bilang nerd, namun ia berpenampilan keren walaupun ia terlihat ambis.
"Hai.. mau kah kau menjadi partnerku malam ini?" Tanya Julya malu-malu. Ernest menatapnya dengan alis bertaut lalu ia menaruh gelas winenya.
"Sure" ucap Ernest dengan nada yang dingin wajahnya pun tampak terpaksa.
"Terimakasih telah menerimaku" ucap Julya tersenyum manis. "Kamu punya maps tidak?" Tanya Julya.
"Ada, untuk apa?" jawab Ernest lalu kembali bertanya.
"Karna aku tersesat dalam matamu yang seperti lautan" lanjut Julya, Ernest tampak tak bergeming ia malah mengambil 2 gelas untuknya dan Julya.
"Untukmu" ia memberikan segelas wine pada Julya.
"Aaa.. thanks" Julya tampak kebingungan karna setiap laki-laki akan terpana padanya namun Ernest tidak ia malah tak bergeming sama sekali. 'Apa dia lebih suka gadis imut?' Pikir Julya.
"Dan untuk malam ini kita akan mengumumkan pakaian terbaik pada prom night kali ini adalah!!" Seseorang yang menjadi mc malam ini kini dilirik oleh Julya. "Yaa.. Julya Feyna Gelina dari fakultas akuntansi, si juara bertahan dalam penampilan dan juga couple goals kampus kita!! Di persilahkan untuk Feyna menaiki panggung.." sorak sang mc Julya pun menaiki panggung dan mengucapkan pidatonya.
Selesai itu Julya langsung menghampiri Ernest yang masih di tempatnya dengan segelas wine.
"Ernest, lihatlah aku mendapatkannya lagi" ucap Julya senang.
Ernest hanya menoleh sebentar lalu menegug winenya. "Siapapun bisa melihatnya tidak perlu sampai kau perlihatkannya lagi" ucap Ernest ketus.
"Ohh.. begitu ya, aku senang karna ini piala ke 118 ku" ujar Julya mengabaikan sikap ketus Ernest. "Oh ya.. aku belum pernah melihat mu di fakultas akuntansi dan DKV kau fakultas mana? Tingkatan? Nama?" Julya menanyakan banyak pertanyaan karna ia penasaran.
"Fakultas akuntansi, semester akhir dan namaku Austin Ernest" jawab Ernest dengan singkat padat dan jelas.
"Aku tak pernah melihat mu, padahal kau tampan sekali.. masa sih, aku melewatkan berlian sepertimu?" Ujar Julya membuat Ernest terkekeh karenanya.
"Ya.. karna saya baru pertama kali mendatangi prom night dan tak ingin tampak menonjol" jawabnya.
"Begitukah? Apa kau sudah mempunyai kekasih?" Tanya Julya.
"Punya" ujar Ernest setelah berpikir panjang.
"Kalau begitu jadikan aku yang kedua juga tidak apa" ucap Julya dengan wajah nakalnya.
"Coba saja kalau bisa" ia salah berucap karna Julya suka tantangan. Ernest berdiri dan menatap Julya. "Saya pergi duluan" pamitnya pergi dari sana.
"Menarik" dengan wajah liciknya ia berucap.
Di pagi yang indah ini Julya bangun di tengah sungai tepatnya di atas batu besar. Dresnya yang berwarna hijau ikut basah karna terkena air. Beberapa burung berterbangan dan hinggap di tubuh Julya. Julya kini berada di Aviary miliknya, Aviary sendiri merupakan sebuah kandang burung yang besar. Tak seperti kandang burung pada umumnya, tempat ini memungkinkan burung untuk memiliki ruang hidup yang lebih besar. Dimana mereka bisa terbang seperti di alam bebas. Aviary milik Julya juga dihiasi dengan sungai buatan dan air terjun. Aviary itu memiliki panjang 800 meter dan lebarnya 67 meter dengan tinggi 10 meter.
Aviary milik Julya memang tak terekpos karna Julya pikir akan sangat merepotkan kalau sampai orang luar tau. Di dalam nya ada 500 jenis burung dan total burungnya mencapai 800 ekor lebih, Julya juga memelihara ikan disana dengan 8 jenis ikan dan kolam itu berisi 600 ekor, ia juga mempunyai dua pasang leatherback turtle yang sedang melindungi 6 telurnya.
Julya terbangun karna telinganya di patuk salah satu burung. "Iya-iya lucy aku bangun" ucapnya ia pun duduk di atas batu dan melihat di meja sudah di siapkan sarapannya ia pun bangun pergi ke meja di samping sungai buatan itu untuk memakan makanannya.
"Hmm.. hmm.." seseorang bersuara dan orang itu adalah davin ayahnya Julya.
Julya pun menoleh ke sumber suara dan melihat sang ayah. "Ayah.." Julya terkejut karna sang ayah jarang sekali pulang dan menghampirinya. Davin duduk di depan putrinya yang sedang makan.
"Sudah berapa kali saya katakan jangan tidur di aviary apa lagi kau tertidur di atas batu, ayah juga sudah menyiapkan paviliun kecil di aviary ini untuk mu beristirahat, tapi kenapa kau masih saja memakai batu itu?? Tubuh mu bisa sakit kalau seperti itu" cercahnya mengomeli sang putri.
"Maaf ayah" ucap Julya menyesali perbuatannya. "Saya kira anda akan pulang bulan besok"
"Huft.. kalau kau masih tidur di atas batu itu saya akan membuangnya" ucap davin tegas.
"Ugh... ayah.. saya berjanji tidak akan tidur di atas batu lagi.." ucap Julya dengan cemberut.
"Bagus" Davin meminum kopinya menikmati pemandangan. "Seleramu sama seperti saya, yaa.. haha.." Davin berucap dengan wajah berseri-seri.
"Ya.. karna itu hanya ayahlah yang dekat dengan ku di keluarga ini.." ujar Julya dengan senyuman manisnya, ini pertama kalinya Julya dengan Davin mengobrol sambil bercanda tawa karna Davin yang sibuk dan Julya yang juga asik dengan dunianya.
"Ngomong-ngomong.. berapa usiamu sekarang nak? Sudah lama kita tidak bertemu" tanya Davin, ia bertanya setelah berulang kali merasa ragu karna ia tidak tau umur anaknya sendiri.
Julya tertegun karna pertanyaan sang ayah dan merasa sedikit kekecewaan namun ia tetap menampilnya senyumnya saat berucap. "24 tahun ayah.. saya pun terkejut ayah meluangkan waktu yang berharga untuk datang ke sini" jawab Julya, ucapannya di penuhi dengan rasa kekecewaan.
"Maaf nak.. karna akhir-akhir ini saya banyak menghabiskan waktu dengan kolega ku dan kaka tirimu" ucap Davin dengan lugas.
"Haaa.. pada akhirnya ayah memilih orang asing itu untuk penerus bisnis ya.." ucap Julya dengan senyum kecutnya.
"Bukan nak.. ayah mendekati Theo karna aku harap ia akan menjadi manajer yang siap membantumu saat saya sudah tidak ada" jawab Davin berharap kalau Julya tidak salah paham dengannya.
"Hmm.. ayah.. pada akhirnya kita mengobrolkan tentang bisnis ya.." Julya berucap dengan senyumannya.
"Aaa.. kalau begitu aku ingin bertanya satu hal lagi padamu, dan setelah itu aku akan pergi" Davin berucap tanpa sadar menyakiti perasaan anaknya.
"Yaa.. ayah ingin menanyakan apa?" Tanya Julya pada Davin.
"Apa kau sudah memiliki kekasih baru, nak? Sebagai ayah, saya sangat kecewa padamu yang dirumorkan bergonta-ganti pasangan, kalau kau tidak bisa mengubah kebiasaanmu itu.. saya dengan terpaksa akan menjodohkan mu dengan anak kolegaku.." ucap Davin sambil memberi makan burung-burung lewat tangannya, ia begitu santai, namun juga elegan.
"Pada akhirnya ayah juga akan memberikan pengekang ya pada leherku.. seperti knight pada permainan catur" ucap Julya sedikit sedih karena sang ayah.
"Bukan begitu nak.." Julya berdiri dari duduknya dan berucap.
"Yaa.. saya harap anda bisa lebih lama disini, tapi pasti anda sangat sibuk kaan.. bagaimana lagi, kalau begitu sampai jumpa lagi.." ucap Julya penuh kekecewaan ia pergi dari sana karna merasa sangat kecewa pada sang ayah, sudah lama ia tidak pulang namun sekalinya mereka mengobrol dengan tenang ia malah mengomongi tentang bisnis.
Lagi dan lagi keluarga yang ia punya mengecewakannya Julya hanya bisa meluapkan kekesalannya pada dunia malam dan mencari cinta dari pria lain itu juga membuatnya dalam lingkungan toxic dan banyak lagi rumor yang beredar.
Kini Julya berada di kampus mengikuti bimbingan skipsinya, setelah itu ia pergi kekantin untuk makan. Saat di kantin ia melihat Ernest di sana sedang sendirian.
"Ernest!" Panggil Julya. Ernest yang mengetahui Julya yang memanggilnya pun buru-buru menghabiskan makanannya. "Eii.. kenapa sih buru-buru? Santai ajah kali.. minum-minum ntar kamu tersedak" ucap Julya menyodorkan minuman.
"Saya buru-buru karna gak mau ketemu kamu" ucap Ernest dengan jujur.
"Iii.. tega banget sii.. aku kan mau jadi temen kamu.." ucap manja Julya.
"Ngapain sih kamu disini? Mau gangguin saya lagi?" Tanya Ernest.
"Hahaha.. kamu ini lucu ya.. aku kan udah bilang cintaaa.. kalau aku mau temenin kamu.." ucapan manisnya membuat Ernest merinding.
"Saya gak butuh ditemenin" Ernest mengambil sampah yang ada dimeja lalu pergi dari sana.
"Lah.. kok pergi siii.. Ernest!" Julya berlari menghampiri Ernest, ia terus mengejar Ernest sampai ia bisa menyamakan langkahnya dengan Ernest walau pun ia kerap akan tertinggal.
"Ernest.. kamu mau kemana hari ini??" Tanya Julya.
"Bukan urusanmu" jawab Ernest dengan tegas.
"Tega sih kamu.. makin cinta deeh" Julya berucap dengan berusaha menyamakan langkahnya dengan Ernest. "Ernest.. kamu pelan-pelan dong jalannya.."
Ernest tidak memelankan jalannya dan bahkan menambahkan kecepatannya, sampai akhirnya Ernest berbelok, Julya mengikuti langkahnya namun ia berhenti setelah melihat kalau itu adalah toilet pria. Julya berpikir akan menunggu sampai Ernest keluar.
Namun sudah 2 jam dia berdiri di sana namun Ernest belum juga keluar dan akhirnya ia pun menyerah. Di lain sisi Ernest dengan cerdiknya memakai jaket dan topi untuk menutupi dirinya dan keluar dari sana tanpa sepengetahuan Julya.
Cegil (cewe gila) adalah title sesungguhnya seorang Julya.
.
.
.
.
.
Julya Feyna Gelina perempuan yang easy going namun di balik topengnya itu ada sosok yang gampang tersentuh.