Happy reading.
Part 4 :"Paman Shima "
Yuzuru Hazegawa berjalan menyusuri lorong rumah sakit ,melewati ruang resepsionis ,ruang pendaftaran ,poliklinik dan juga pintu belakang ruang gawat darurat dari rumah sakit tempat Yuzuru bekerja.
Kursi tunggu berderet dibeberapa sisi,sengaja disediakan oleh pihak rumah sakit.
Jam menunjukkan pukul 15.00
Dia sudah turun piket.
Manusia datang dan pergi,baik para perawat ,tenaga medis lain,para dokter ,petugas cleaning servis,juga para pasen dan juga keluarga pasen semua menjadi satu di Hall luas itu.
Benar-benar penuh manusia dan itu hal yang biasa Jika menjelang akhir tahun seperti ini.
Meski Yuzuru baru dua tahun bekerja di rumah sakit ini,tapi pola seperti ini,sudah sangat biasa dia rasakan.
Ketika dia masih menjadi siswa di akademi perawatan selama empat tahun,di dua tahun terkakhir,para calon perawat ini mulai diterjunkan di berbagai rumah sakit,untuk menempuh ujian praktek keperawatan.
Yuzuru kebetulan mendapatkan tempat praktek di rumah sakit ini.
Selama hampir dua tahun,wabah melanda melanda Negera ini.
Rumah sakit berubah menjadi pasar .
Ratusan manusia berjubel di seluruh ruangan bahkan rumah sakit terpaksa mendirikan beberapa tenda di halaman rumah sakit,karena pasen yang meluber.
Yuzuru bersama rekan-rekan sesama peserta pendidikan bekerja keras membantu,
Tidak ada lagi batasan antara yunior maupun senior atau peserta pendidikan yang sedang praktek.
Wabah terus berlangsung hingga berbulan-bulan.
Fisik mereka menjadi taruhannya.
Bahkan ada beberapa rekan perawat yang tumbang.
Mereka yang awalnya merawat akhirnya menjadi yang dirawat.
Meski tubuh Yuzuru agak kurus dibanding rekan laki-laki lain,anehnya Yuzuru mampu bertahan,termasuk yang selamat dari banyak tenaga medis yang tumbang.
Pada awalnya Yuzuru bekerja dibawah binaan perawat senior,tapi karena situasi berkembang menjadi keadaan yang luar biasa,akhirnya Yuzuru bekerja sendiri sesuai dengan ilmu yang dia pahami dan hanya sesekali melaporkan kepada seniornya jika ada hal yang tidak dia pahami.
Hingga suatu ketika bakatnya yang menonjol di bidang ilmu bedah mulai muncul.
Ketika itu ada kecelakaan yang melibatkan sebuah kendaraan umum,korbannya banyak sekali.
Pasen yang penuh luka terbuka dan luka tertutup berdatangan diantara pasen yang kena wabah.
Yuzuru diminta untuk membantu perawat yang ada di ruang Gawat Darurat.
Para dokter dan juga perawat senior memberinya arahan untuk mengatasi pasen yang terluka.
Yuzuru awalnya hanya melihat dan mendampingi ketika dokter dan perawat itu merawat luka pasen dan membantu semampu dia,tapi karena mereka semua kekurangan tenaga medis,akhirnya Yuzuru mau tidak mau langsung menangani pasen,
Dengan arahan senior atau dokter yang sedang menangani pasen lain,Yuzuru mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Pembawaannya yang tenang ,tidak banyak bicara dan juga bersuara lembut ,mampu menenangkan pasen yang panik.
Satu demi satu pasen korban kecelakaan itu akhirnya bisa ditangani dengan baik.
Team pertama yang menangani hal itu,memberi isyarat akan berhenti sebentar dan meminta team kedua untuk maju menggantikan mereka.
Akhirnya sekelompok team itu masuk ke ruang istirahat,mengambil nafas panjang dan menyandarkan punggung mereka ke dinding.
Termasuk Yuzuru dan rekan-rekannya satu akademik yang sedang praktek bersamanya.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang .
"Tadi ada junior laki-laki berkacamata bulat membantuku.siapa namanya ?
Apakah ada disini ?"
Yuzuru yang melepas kacamatanya dan sedang memejamkan matanya ,duduk dilantai menyandarkan punggungnya ,ditepuk bahunya oleh teman yang ada disebelahnya.
"Yuzuru !!"
Yuzuru sontak terkejut bangkit dari duduknya dan berkata :"ah.ah.ah..!aku.Yuzuru !ada disini ."
Kata Yuzuru sambil menunjuk dadanya sendiri,kemudian terburu-buru memakai kacamatanya.
Wajahnya yang terlihat lelah dan rambut kecoklatannya tampak berantakan,meski begitu dia masih terlihat manis.
Semua orang yang hadir disitu tersenyum lebar melihat Yuzuru yang gugup.
Perawat senior yang mencarinya tadi menganggukkan kepalanya.
"Siapa namamu ?"
Yuzuru membungkukkan badannya memberi hormat ."saya Yuzuru Hazegawa !siswa pendidikan akademik perawat .tingkat tiga."
Semua orang yang hadir disitu menoleh ke arah Yuzuru.
"Hazegawa ?"
Siapa yang tidak mengenal keluarga Hazegawa ,keluarga Taipan kaya raya di kota mereka.
Melihat reaksi itu,Yuzuru mengangkat telapak tangannya sambil nyengir.
"Bukan Hazegawa Taipan.bukan.bukan.bukan."
"Ooo..." Suara O serentak terdengar.
Perawat senior yang ada di pojok ruangan bertanya.
"Yuzuru.apa hubunganmu dengan dokter bedah pindahan itu ?dokter Shima Hazegawa ?"
Yuzuru membungkuk dengan rikuh ,
"Itu..itu paman saya."
Suara oo serentak kembali terdengar,sedangkan sebagian hanya menganggukkan kepalanya.
Seorang dokter yang ikut beristirahat di ruang itu berkata :"Yuzuru kamu sangat bagus.sepertinya kamu ada bakat di ilmu bedah.
Nanti kamu jadi asistenku ya."
"Mungkin itu bakat alami dari keluarga hazegawa nya Yuzuru." Kata senior yang lain.
"Benar-benar karena dia keponakan dokter Bedah Shima Hazegawa ,wajar dia pun memiliki bakat disitu."
Ada perawat lain yang menimpali.
"Mengapa tidak jadi dokter saja ?!"
Yang lainnya bertanya.
Yuzuru merasa kebingungan menjawab semua pertanyaan dari banyak perawat yang sedang ada disitu ,memutuskan untuk membungkukkan badannya :"ya.mohon bimbingannya."
Sejak saat itu,Yuzuru ,seorang siswa akademik tingkat tiga menjadi terkenal di kalangan perawat dan dokter di rumah sakit itu,terutama untuk perawat dan dokter bagian bedah.
Dan sejak saat itu pula,kegemarannya mengantongi pisau bedah dan membuatnya permainan semakin menjadi-jadi.
Pisau yang dia sering dia mainkan bukanlah pisau bedah biasa,selain tajam pisau itu juga dilapisi emas.
Ketika ada yang menanyakan tentang hal itu ,dia menjawab bahwa itu adalah hadiah dari pamannya ketika dia berusia sebelas tahun.
"Coba lihat ,pisau ini diukir dengan nama paman."
Ketika orang yang menanyakan itu melihat huruf yang digrafir "Shima Hazegawa "
Mereka percaya dengan kata-kata Yuzuru.
Jika mereka melihat isi dalam tas ransel hitamnya Yuzuru itupun hanya pisau bedah dengan berbagai ukuran.
Yuzuru melewati ruang yang luas itu,mendengar namanya dipanggil :"Yuzuru !"
Yuzuru menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara.
Tiga perempuan temannya satu bangsal itu berlari -lari mendekatinya.
"Ayo pulang sama-sama." Kata Michio.
Yuzuru mengangguk.
Madoka :"Yuzuru ayo kita minum kopi sebentar."
Yuzuru mengangguk :"emgh."
Momoru bertanya :"apakah kamu akan berlibur atau pergi berkencan ?"
Yuzuru tersenyum masam :"aku tidak punya pacar."
Momoru :"carilah pacar,supaya hidupmu tidak sepi."
Michio :"ya.ayolah,orang seperti apakah yang menjadi idamanmu ?"
Yuzuru terdiam,sambil berjalan bersama teman-temannya itu,melewati pintu besar rumah sakit, Yuzuru tampak berpikir .
"Mengapa aku tidak memiliki kriteria khusus ya.
Perempuan yang seperti apa ?
Mungkin yang mungil berambut pendek?
Yang tinggi berambut panjang ?
Atau yang memiliki payudara besar ,sehingga aku bisa merasa hangat dibawahnya ?
Atau berpantat besar sehingga aku tidak membutuhkan ranjang tempat tidur ?
Hiii..."
Yuzuru bergidik karena pikirannya sendiri.
Menggelengkan kepalanya :"aku tidak punya kriteria khusus."
Madoka :"apakah..kamu suka laki-laki ?"
Sontak Michio dan Momoru mengucapkan kata "sttt..! Kita masih ada di halaman rumah sakit."
Madoka tertawa renyah merasa tidak bersalah dengan pertanyaannya.
Sedang Yuzuru tampak tertegun mendengar pertanyaan Madoka.
Berjalan lagi bersama teman-temannya itu.
Berpikir ;"jangan-jangan aku suka laki-laki ? Hah ?! Laki -laki yang seperti apa ?
Bagaimana sih rasa suka itu ?"
Yuzuru bertanya kepada ketiga temannya itu "kalian punya pacar ?"
Michio ,Momoru dan Madoka menjawab bersamaan .
"Punya dong."
Momoru :"nanti malam kita akan pergi ke taman kota,membawa pacar kita.
Yuzuru boleh kok datang.
Kita nanti berkumpul dekat dengan kolam dan air mancur ya teman-teman ."
Moduka,Michio :"okee.."
Momoru :"Yuzuru datang saja..tidak punya pacar tidak apa-apa.siapa tahu nanti disana mendapatkan pacar.
Ya kan teman-teman ."
Moduka dan Michio mengangguk bersamaan.
"Ya.ya.ya."
Mereka terus berjalan sambil bercakap-cakap.
Ketika sampai di gerbang rumah sakit,ada seseorang yang memanggil nama Yuzuru.
"Yuzuru !"
Sontak Yuzuru berkata :"ya.a..a..aku ada disini ."
Kata Yuzuru sambil menunjuk dadanya.
Ketiga temannya menghentikan langkah mereka sambil memandang Yuzuru.
"Kami tidak memanggilmu.siapa yang memanggilmu ?"
Terdengar lagi suara panggilan dari seorang laki-laki.
"Yuzuru !"
Mereka menoleh bersamaan.
Terlibat laki-laki berumur hampir limapuluh tahun.
Memakai mantel tebal berwarna hitam,panjang hingga mencapai lutut.
Syal berwarna gelap melilit lehernya .
Kepalanya tertutup penutup kepala dari bahan rajut.
Mereka sontak membungkukkan badannya dan menyapa laki-laki itu.
"Selamat sore dokter Shima ."
Dokter Shima mendekat dan membalas sapaan mereka :"selamat sore."
"Yuzuru akan pulang ?"
Tanya dokter Shima Hazegawa kepada keponakannya itu.
Yuzuru :"ya.tapi mau minum kopi dulu bersama teman-teman."
Shima Hazegawa menyerahkan dua kotak yang dia bawa di tangannya.
"Bawalah ini.dari ayah dan ibumu.
Dan ini tas bedah.kamu bawa.
Hadiah dariku.
Selamat Natal dan Tahun Baru."
Yuzuru tertegun.
Tersadar ketika merasakan tarikan di lengan mantelnya dan bisikan dari Michio yang berdiri disebelahnya.
"Yuzuru,cepat diterima."
Yuzuru maju dengan kikuk kearah pamannya,menerima bungkusan itu.
Kotak peralatan bedah itu terasa berat ditangannya.
Sedang bungkus yang satunya berbentuk panjang ,kurang lebih dari satu meter.
Lumayan berat,tapi tidak seberat tas peralatan bedah itu.
"Terimakasih." Kata Yuzuru pelan.
Dokter Shima Hazegawa hanya berdehem singkat :"hm."
Lalu membalikkan badannya meninggalkan kelompok perawat yang baru pulang dinas.
Michio :"wahh..manis juga paman kamu Yuzuru.memberimu hadiah tas peralatan bedah.
Pasti mahal kan ?"
Momoru :"ayah ibumu juga mengirim hadiah untukmu.
Apa itu Yuzuru ?kotak itu panjang sekali dan tampaknya agak berat juga."
Yuzuru berdehem:"hm.tidak tahu."
"Papa mama mengirim aku hadiah.
Mereka tidak melupakanku.
Hanya,mengapa mereka tidak segera datang ?
Apakah mereka tidak ingin bertemu denganku? Pekerjaan apa yang meninggalkan anaknya hingga sepuluh tahun ?" Bisik hati Yuzuru.
Yuzuru ingin menangis.
Dia bahagia karena papa mamanya tidak lupa mengiriminya hadiah Natal dan Tahun Baru.
Tapi alangkah bahagianya dia jika mereka datang.
Setidaknya Yuzuru tahu bahwa papa mamanya masih hidup dan dia juga masih hidup.
Sebenarnya semua baik-baik saja,
Tapi Yuzuru merasa sangat kesepian.
Tepat tiga hari kemudian,Tampa setahu Yuzuru,rumah sakit tempat Yuzuru bekerja kedatangan pasen pindahan dari rumah sakit besar di ibu kota dengan penyakit vegetatif.
Pasen tidak sadar selama bertahun-tahun.
Ditemani istrinya yang cantik dan juga putra mereka yang baru berusia 9 tahun.
Imut,manis,wajahnya mirip Yuzuru,bedanya hanya,anak itu tidak memakai kacamata bulat seperti Yuzuru.
End.