Chereads / THE TREE OF KALPATARU / Chapter 15 - PENOLONG TAK TERDUGA II

Chapter 15 - PENOLONG TAK TERDUGA II

Act 1: Innerjionix

Di ruang kerja yang tenang, Profesor Kavindra duduk dengan tenang, menyimak setiap detail riset terbarunya. Tiba-tiba, ketukan lembut terdengar dari pintu. "Masuk!" seru Kavindra.

Profesor Wulan masuk dengan wajah bersemangat. "Profesor Kavindra, saya menemukan sesuatu yang luar biasa!"

Kavindra menoleh dengan rasa ingin tahu. "Apa itu, Wulan?"

Wulan menarik napas dalam-dalam. "Mesin Innerjionix telah menangkap sinyal Innerji sebesar 9,5 pikowatt! Ini berarti ke 12 Mishmar telah berkumpul di negara ini!"

Mata Kavindra bersinar dengan antusiasme. "Apa kau yakin?"

Profesor Kavindra menatap Wulan dengan mata yang berbinar ekspektasi. "Bawa aku ke tempat mesin Innerjionix itu sekarang juga. Aku harus melihatnya sendiri."

Wulan mengangguk, senyumnya tersembunyi di balik keraguan. "Baik, Profesor. Mari ikuti saya."

Mereka berjalan melalui koridor gelap, lampu-lampu rendah memancarkan cahaya misterius. Udara terasa tegang, penuh antisipasi. Wulan berhenti di depan pintu baja tebal tanpa tanda, hanya sebuah scanner kecil menandai keberadaannya.

"Sebenarnya mesin itu sudah menangkap sinyal Innerji sejak dua hari yang lalu," kata Wulan, suaranya pelan. "Tapi saya ingin memastikan keakuratan data sebelum melaporkannya kepada Anda."

Profesor Kavindra mengangguk, matanya terpaku pada pintu. "Iya aku percaya padamu, sekarang buka pintu itu."

Wulan memasukkan kartu akses, dan pintu terbuka dengan suara mekanis.

Profesor Kavindra langsung menuju ke mesin itu dan menatap layar mesin Innerjionix dengan mata tajam, analisisnya mendalam. "Benar, dua sinyal dari Mojokerto dan dua dari Bali. Ditambah dengan kami, berarti ke-12 Mishmar sudah berkumpul di negara ini."

Wajahnya terkesan serius, matanya memancarkan kekhawatiran. "Ternyata ramalan itu semakin dekat... dengan semua bukti yang kita peroleh ." Suaranya pelan, namun penuh tekad.

Suasana hening, hanya suara mesin yang berderak. Wulan menunggu perintah, napasnya terhenti.

Profesor Kavindra berpaling, mata tajamnya menembus kegelapan. "Segera panggil Ethan!" perintahnya tegas. "Suruh dia menyelidiki koordinasi di Mojokerto. Aku akan langsung ke Bali! Kita harus segera memastikannya."

Wulan mengangguk cepat, segera berlari keluar dari tempat itu. "Saya akan menghubungi Ethan sekarang, Profesor."

Act 2 : Kebangkitan.

Kembali ke hari dimana Thompson dan Nila pergi menuju ke desa nelayan di sebelah utara Lovina.

Di Villa tempat Sebastian, Emma, dan Olivia berada, mereka sedang sibuk mengemasi barang-barang ke dalam mobil, siap untuk perjalanan panjang. Matahari pagi memancarkan cahaya hangat di atas villa yang indah.

"Apa sudah semua?" Emma bertanya, matanya memindai setiap sudut mobil.

Olivia berpikir sejenak, mengingat barang-barang penting. "Sepertinya sudah semua," jawabnya dengan percaya diri.

Saat itu, Sebastian turun dari tangga villa dengan tabung Elysium di tangannya. Ia mendekati mobil dengan langkah santai, namun tiba-tiba berhenti. Matanya terbelalak, bibirnya mulai mengeluarkan darah merah yang mengalir deras.

Dada Sebastian berlubang, sebuah tangan muncul dari dalam tubuhnya seperti pisau tajam. Lubang besar tercipta, darah muncrat ke segala arah. Emma dan Olivia menjerit, terkejut dan tak percaya.

"Ahh! Sebastian!" Emma berteriak, berlari mendekat dengan wajah penuh ketakutan.

Olivia gemetar, tidak bisa berbicara. Suara jeritannya terdengar di udara pagi yang seharusnya damai.

Sebastian jatuh ke tanah, matanya masih terbelalak. Tabung Elysium terlempar dari tangannya, berdebu di tanah.

Emma dan Olivia sedikit terkejut, setelah melihat orang yang melubangi tubuh Sebastian ternyata adalah Nila,

Dengan tangan yang masih basah oleh darah Sebastian, Nila mulai berbicara dengan senyum kejam. "Akhirnya kami menemukan kalian," ucapnya dengan nada dingin, dan darah merah masih menetes dari jari-jarinya.

Belum selesai, suara benturan keras menggetarkan udara. Thompson, dengan senyum licik, mendarat di atas mobil seperti sebuah bongkahan batu yang besar. Mobil bergetar, kaca retak.

"Mau kemana kalian?" tanya Thompson dengan nada santai, mata tajam menembus jiwa. Suara napasnya berat, penuh ancaman.

Emma dan Olivia terpaku, ketakutan. Wajah mereka pucat, mata terbelalak. Mereka terjebak dalam cengkeraman ancaman Thompson dan Nila.

Dengan memberanikan diri, Olivia berdiri, melindungi Emma dengan tubuhnya yang gemetar. Aura merah menyala di sekitarnya, memancarkan kekuatan misterius. Matanya berkilauan dengan tekad.

"Hoo, jadi benar, adik dari Dr. Emma adalah salah satu dari 12 Mishmar," ucap Thompson sambil meloncat turun dari atas mobil dengan mengerikan.

Nila melihat ke arah Thompson dan berkata. "Hei!!, apa tidak apa-apa jika aku bunuh Dokter ini?" tanyanya dengan suara santai.

Emma berpikir dengan cepat dia mengambil tabung Elysium yang terjatuh, matanya basah oleh air mata. Dengan tangan gemetar, dia menekan tombol itu. "Maaf, Sebastian, seharusnya kau yang menekan tombol ini..." Suaranya terputus oleh isak tangis. "Aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja!"

Tabung Elysium bergetar, cahaya putih terang menyala, memancarkan energi maha kuat. Cahaya itu meliputi tubuh Sebastian, menggetarkan udara. Thompson dan Nila menutup mata, terkejut oleh kekuatan misterius yang meledak dari tabung itu.

Tubuh Sebastian yang terluka parah mulai terliputi cahaya putih Elysium. Sel-sel tubuhnya mulai beregenerasi, jaringan rusak diperbaiki dan darah yang hilang dipulihkan.

Mata Sebastian terbuka, pandangannya tajam. Dengan kekuatan baru, ia melompat, menyerang balik ke arah Nila dengan pukulan yang ganas. "Kalian akan membayar atas apa yang kau lakukan!" teriaknya.

Sementara itu, Thompson berhadapan dengan Olivia. "Kau pikir bisa mengalahkanku?" ucap Thompson dengan senyum licik.

Olivia menanggapinya dengan tinju merah yang menyala nyala karna Innerji. "Aku akan melindungi kakakku!" teriaknya.

Di tengah pertarungan, pikiran Sebastian melayang pada Elysium. "Bagaimana ini mungkin? Elysium memanfaatkan teknologi sel puncak dari rekontruksi nanoteknologi untuk memperbaiki kerusakan DNA dan mengaktifkan proses regenerasi. Ini mustahil... tapi aku merasakannya!"

Sebastian melanjutkan, "Elysium mengaktifkan gen penyembuhan alami, mempercepat proses metabolis, dan mengoptimalkan kinerja sel. Aku merasa hidup kembali!"

Dengan kekuatan baru, Sebastian menyerang Nila dengan lebih ganas. "Kau akan menyesali ini!" teriaknya.

Act 3 : Pertarungan

Pertarungan sengit berlangsung, memancarkan energi maha kuat. Nila, yang seorang pembunuh profesional, menyerang Sebastian dengan gerakan cepat dan tepat. Tinju dan tendangannya menghantam dengan kekuatan penuh, mencari titik lemah lawannya sambil di selimuti Innerji miliknya.

Sebastian yang hanya bisa mengandalkan kekuatan Elysium, menangkis serangan Nila dengan kekuatan brutál dan regeneratif. Tubuhnya yang terluka pulih dalam sekejap, memungkinkannya melawan serangan Nila dengan tak terhenti.

Sementara itu, Thompson dan Olivia bertarung dengan intensitas yang lebih dahsyat. Aura merah dan putih menyala mengelilingi mereka, kecepatan super membuatnya sulit dibedakan. Tinju dan tendangan mereka berbenturan, menggetarkan udara dengan suara ledakan.

Sedangkan Emma berlari menjauh, mencari tempat berlindung dari pertarungan tersebut. Wajahnya pucat, mata terbelalak, dan hatinya berdebar. Dia terlihat kecil dan tak berdaya di tengah kehancuran yang terjadi.

Pertarungan kian sengit, kekuatan maha besar dilepaskan. Nila dan Sebastian terjatuh ke tanah, bergulingan dengan darah yang terus mengalir. Thompson dan Olivia terus berduel, kekuatan mereka semakin meningkat. Udara di sekitar mereka bergetar, mengeluarkan suara gemuruh yang menggelegar.

Disisi lain profesor Kavindra yang baru saja tiba di Bandara Ngurah Rai, Bali, segera menyalakan miniatur prototype Innerjionix, perangkat khusus yang mendeteksi energi Innerji. Layar menampilkan lonjakan Innerji besar di wilayah Bali Utara.

"Apa ini?!" Profesor Kavindra berteriak, mata terbelalak. "Lonjakan Innerji ini terlalu besar"

Dengan fokus mendalam, dia membangkitkan kekuatan Innerji-nya. Aura Hijau menyala mengelilinginya, memancarkan energi maha kuat.

"Aku harus segera ke sana!" Profesor Kavindra berujar, tinju terkepal. "Apa mungkin mereka sedang bertarung?"

Dengan kekuatan dari Innerji seorang Mishmar, Profesor Kavindra meluncur ke udara, terbang menuju Lovina. Angin kencang mengelilinginya, rambutnya berterbangan.

"Aku harus cepat!" teriaknya.

Act 4 : Mishmar terkuat

Pertarungan sengit mencapai puncaknya di bawah langit Lovina yang membara. Sebastian, yang mengandalkan kekuatan Elysium, mulai kelelahan menghadapi Nila. Efek Elysium memudar, membuatnya semakin lemah dan kehabisan energi.

Nila melihat kesempatan ini dan melancarkan serangan pamungkas. Tinju dan tendangannya menghantam Sebastian dengan kekuatan penuh yang dilapisi Innerji berwarna ungu, menghantam dada dan perutnya. Sebastian terjatuh, tidak bisa berdiri lagi. Darahnya mengalir deras dari mulut dan hidung, tubuhnya lemah tak berdaya.

Sementara itu, Thompson mempersiapkan serangan mematikan. Aura putih menyelimuti tubuhnya, Matanya berkilauan bercahaya putih dengan semangat pembunuh. "Rising Lion Star!" teriaknya, tinju diangkat tinggi menuju ke arah Olivia.

Ledakan dahsyat terjadi di udara, cahaya putih menyilaukan. Olivia yang tak mampu menahan serangan itupun terjatuh ke tanah, merasakan kekuatan thompson dan merasa tak berdaya. Tubuhnya melemah, napasnya terengah-engah.

Emma yang melihat itu segera berlari menuju Olivia dengan rasa cemas, namun Thompson dengan mudah menghempaskannya ke belakang dengan angin dari ayunan tangannya. Emma terbang, terjatuh ke tanah dengan kesakitan.

Nila mendekati Sebastian, siap membunuh dan mengakhirinya.

Dan Thompson menatap Olivia dengan mata dingin, dan juga siap mengakhiri pertarungan.

Lalu mereka berhenti, Thompson dan Nila tiba-tiba merasakan getaran Innerji yang dahsyat dari kejauhan. Mereka serempak menoleh ke langit, mata terbelalak. Wajah mereka pucat, keringat dingin membanjiri.

"Ap….apa-apaan ini?!" Thompson berteriak, suaranya bergetar. "Innerji ini... aku belum pernah merasakan Innerji sekuat ini!"

Dia menatap Nila, yang diam mematung, mata terbelalak ketakutan. Nila menelan ludah, wajahnya penuh kekhawatiran.

Sosok misterius dengan pancaran Innerji yang luar biasa besar mendekat dari langit. Thompson dan Nila terhempas jauh ke belakang, terjatuh ke tanah, hanya dengan satu pandangan dari sosok itu.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" sosok itu bertanya dengan suara menggetarkan udara. "Dan kenapa sesama Mishmar saling bertarung?"

Suara itu memancarkan kekuatan dan otoritas, membuat Thompson dan Nila tak berani bangkit dari tanah. Mereka hanya bisa menatap sosok itu dengan rasa takjub dan ketakutan.