***************
BAB 238
~POV Tempest~
Hal itu tidak direncanakan atau logis—itu mentah, putus asa, dan penuh dengan kebingungan serta kerinduan yang sudah kucoba untuk sembunyikan.
Bibir Rylan hangat dan lembut, dan ketika dia ragu sejenak, kupikir dia mungkin akan menjauh. Namun kemudian dia membalas ciumanku, tangannya menemukan jalannya ke pinggangku.
Aku mendesah dan mengeluh di antara ciuman. Semua masalah dan kekhawatiranku lenyap saat bibirnya bergerak melawan bibirku.
Tangan Rylan meluncur naik ke sisi tubuhku, sentuhannya menyalakan api yang membakar keraguan dan ketakutan, tinggal hanya dia dan aku.
Aku merasakan tangannya terbelit di rambutku, mencondongkan kepalaku untuk memperdalam ciuman. Tangannya yang lain beristirahat di punggung bawahku, menarikku lebih dekat hingga tidak ada ruang yang tersisa di antara kami.
Sejenak, aku membiarkan diriku tenggelam dalam dirinya—dalam cara dia memelukku seperti aku adalah hal yang paling berharga di dunia.
