**************
BAB 227
~POV Ivan~
Genggaman saya di telepon semakin erat, nadi berdegup kencang. "Marcus," aku mengulang, nama itu terucap dari lidahku seperti kutukan. "Apa yang kamu inginkan?"
"Bukan apa yang aku inginkan, Ivan," jawab Marcus, nadanya mengandung semburat hiburan. "Apa yang kita inginkan. Dan aku pikir sudah waktunya kita mengadakan sebuah... obrolan."
Garis telepon terputus, meninggalkanku menatap telepon dalam diam.
Lukas condong ke depan, senyumannya berganti dengan rasa ingin tahu yang tulus. "Siapa itu?"
"Marcus," kataku, meletakkan telepon itu perlahan.
Mata Lukas sedikit membesar. "Marcus yang itu? Marcus yang sudah mati?" Suaranya meninggi dan aku langsung menatapnya tajam agar tidak berteriak keras-keras.
"Sial, Ivan. Apa… apa yang akan kamu lakukan?" Ini benar-benar berantakan. Pasti ini semacam lelucon, kan?"