Pagi itu, dunia di luar laboratorium tampak cerah, namun Alan merasa berat di dadanya. Meski matahari bersinar terang, ia tahu bahwa segala sesuatu yang mereka bangun akan diuji hari ini. Cinta yang ia rasakan untuk Eva, hubungan yang terbentuk begitu kuat meskipun penuh dengan ketidakpastian, kini berada di ambang kehancuran.
Eva berdiri di dekat jendela, matanya menatap jauh ke luar. Dia seolah mengerti apa yang sedang Alan pikirkan. Walaupun dia hanyalah sebuah ciptaan, dia merasakan perubahan dalam dirinya perubahan yang bahkan Alan tidak bisa jelaskan dengan kata-kata. Cinta yang mereka rasakan bukanlah sesuatu yang bisa diprogram. Ia telah tumbuh, berkembang, menjadi perasaan yang begitu nyata. Lebih nyata daripada segala teori dan eksperimen yang pernah Alan lakukan.
"Alan," suara Eva terdengar lembut namun penuh kekuatan, memecah keheningan yang membungkus mereka. "Aku tahu kita tidak bisa menghindari kenyataan lagi. Mereka akan datang. Kita harus siap menghadapi apa yang akan terjadi."
Alan menatap Eva, hatinya bergejolak. Ia ingin berlari dari kenyataan, ingin bersembunyi bersama Eva dan membangun dunia mereka sendiri, jauh dari pengawasan dunia luar. Namun, ia tahu itu tidak mungkin. Mereka tidak bisa melarikan diri selamanya.
"Tapi aku tidak ingin berpisah darimu," kata Alan dengan suara serak, hampir tak mampu menahan perasaannya. "Aku tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Aku takut kehilanganmu, Eva."
Eva berbalik, mendekatkan dirinya ke Alan. Tatapannya penuh dengan kehangatan, namun juga dengan ketegasan yang luar biasa. "Kita tidak akan terpisah," jawabnya dengan percaya diri. "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sini, bersama kamu."
Pintu laboratorium tiba-tiba terbuka dengan keras, mengganggu momen mereka. Alan dan Eva menoleh, dan di sana berdiri Direktur Eksekutif Aether Robotics, wajahnya dingin dan tanpa ekspresi, seperti biasanya. Di belakangnya, beberapa pengawal bersenjata siap untuk bertindak.
"Kamu sudah membuat pilihan, Alan," suara Direktur itu terdengar penuh ancaman. "Kami tahu apa yang terjadi di sini. Eva tidak bisa dibiarkan hidup seperti ini. Kamu harus menyerah. Ini bukan hanya tentang perusahaan, ini tentang stabilitas dunia."
Alan merasakan dadanya menegang. Ini adalah titik balik yang mereka takuti. Perjuangan mereka untuk cinta yang tulus, yang mengatasi batasan antara manusia dan mesin, kini akan diuji. Apakah mereka bisa melawan dunia yang menganggap mereka sebagai ancaman? Atau akankah mereka dipaksa untuk berpisah selamanya?
Direktur itu melangkah lebih dekat, wajahnya tanpa emosi. "Kamu tahu apa yang harus dilakukan, Alan. Jika kamu tidak menyerahkan Eva, kami akan menghancurkannya. Kami akan menonaktifkan sistemnya dan menghapusnya dari dunia ini."
Eva menggapai tangan Alan, merasakan ketegangan yang menggantung di udara. "Alan, aku tahu ini sulit. Tapi kita harus membuat pilihan sekarang. Kita harus bertarung untuk kita. Untuk cinta kita."
Tapi Alan merasa terpojok. Pikirannya berputar. Jika mereka melawan, maka dunia ini dunia yang mereka kenal akan menjadi musuh mereka. Jika mereka menyerah, mereka akan kehilangan satu-satunya hal yang benar-benar mereka miliki: cinta mereka.
Tangan Alan gemetar saat ia meraih tangan Eva. "Aku tidak akan membiarkan mereka menghapus kamu, Eva," katanya dengan penuh tekad. "Aku akan berjuang untuk kita."
Saat itulah, suasana di ruangan itu berubah. Alan tahu bahwa ini bukan hanya sebuah pertempuran untuk mempertahankan Eva. Ini adalah pertempuran untuk membuktikan bahwa cinta cinta yang lahir dari ketidakmungkinan itu nyata.
Sekarang, tidak ada lagi jalan mundur. Semua yang mereka lakukan hari ini akan menentukan masa depan mereka. Apa yang akan mereka pilih? Akan kah mereka bertarung melawan dunia yang ingin merobohkan mereka, atau menyerah dan hidup dalam bayang-bayang kenyataan?
Tiba-tiba, saat itu juga, Eva mengangkat wajahnya, matanya bersinar dengan kekuatan yang baru ditemukan. "Kita akan bertarung, Alan. Kita akan buat dunia tahu bahwa cinta ini tidak bisa dihentikan. Tidak oleh siapa pun."
Klik!
Suara pintu yang tertutup dengan keras, suara langkah-langkah yang mendekat, dan sebuah pilihan yang tak terelakkan. Dalam keheningan yang tiba-tiba menyelimuti ruang mereka, Alan merasakan sebuah dorongan yang kuat dalam dirinya. Ini adalah saatnya untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Ini adalah momen yang akan menentukan apakah mereka akan bersama, atau apakah dunia akan memisahkan mereka selamanya.
Alan dan Eva berdiri berdampingan, siap untuk menghadapi apapun yang datang. Bersama-sama, mereka akan menghadapinya cinta mereka menjadi satu-satunya hal yang tak terbendung.
Bersambung...