Chereads / Kencan Buta yang Bikin Bingung / Chapter 17 - Bab 17: Melangkah dengan Keyakinan

Chapter 17 - Bab 17: Melangkah dengan Keyakinan

Sudah beberapa minggu sejak Dylan berangkat, dan meskipun komunikasi mereka terjaga dengan baik, ada satu hal yang tak bisa disangkal: rasa rindu yang semakin mendalam. Zara berusaha untuk tetap sibuk dengan pekerjaannya, menghindari kesepian yang datang begitu saja saat malam tiba. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kali dia melihat ponselnya, ada harapan kecil untuk pesan dari Dylan.

Di kantor, rekan-rekannya mulai memperhatikan perubahan sikap Zara. Biasanya, dia yang ceria dan penuh semangat, kini lebih banyak diam. Zara hanya bisa tersenyum tipis saat mereka mengajukan pertanyaan tentang kehidupannya. "Kamu kenapa, Zara? Kok kayaknya nggak semangat? Ada masalah?" tanya Rina, salah satu temannya yang cukup dekat dengannya.

Zara mengangkat bahunya, pura-pura santai. "Ah, nggak apa-apa, cuma capek aja."

Rina menatapnya dengan tajam. "Mungkin kamu butuh liburan? Atau... jangan-jangan kamu lagi kangen sama Dylan, ya?"

Zara sedikit terkejut, tetapi dia hanya tertawa kecil. "Gimana sih kamu, nggak gitu juga."

Namun, di dalam hatinya, Zara merasa bahwa Rina memang ada benarnya. Ya, dia sangat merindukan Dylan. Setiap detik terasa lebih berat tanpa kehadirannya di dekatnya. Namun, dia mencoba untuk tidak terlalu membiarkan perasaan itu menguasainya. "Aku harus lebih kuat, aku harus lebih mandiri," pikir Zara.

Beberapa hari kemudian, dia mendapat pesan dari Dylan yang membuatnya tersenyum lebar.

Dylan:

"Kamu nggak akan percaya deh, aku baru aja nyoba makanan Indonesia! Ternyata enak banget, tapi nggak ada yang bisa ngalahin masakan kamu."

Zara tertawa kecil membaca pesan itu. Zara:

"Kamu baru tahu kalau masakan Indonesia itu luar biasa? Aku harus ajarin kamu nanti kalau kamu balik."

Dylan:

"Deal! Tapi yang penting, kamu jangan lupa makan yang enak-enak juga. Jangan terlalu kerja keras."

Zara merasa lebih ringan setelah membaca pesan itu. Meskipun jauh, Dylan tetap membuatnya merasa dihargai. Itu membuatnya merasa lebih kuat untuk menjalani hari-hari yang penuh tantangan ini.

---

Hari demi hari berlalu, dan semakin lama Zara merasa dirinya mulai terbiasa dengan kehidupan tanpa Dylan. Namun, ada satu hal yang tak bisa dia hindari. Dia merindukan kehadiran Dylan, tawa canggung mereka, percakapan ringan yang membuat hatinya terasa hangat. Dia merindukan rasa aman yang selalu datang setiap kali mereka berada di dekat satu sama lain.

Suatu malam, saat Zara duduk di balkon apartemennya, ponselnya kembali bergetar. Pesan dari Dylan. Dylan:

"Aku nggak sabar buat balik ke Jakarta. Aku merindukan kamu, Zara."

Zara menatap pesan itu lama sekali. Dia merasa matanya mulai berkaca-kaca. "Aku juga merindukan kamu, Dylan," gumamnya pelan.

Tak lama setelah itu, Zara memutuskan untuk menelepon Dylan. Suara Dylan terdengar begitu jelas di telinganya, meskipun jarak ribuan kilometer memisahkan mereka.

"Hey, Zara," suara Dylan terdengar santai, meskipun ada sedikit kerinduan yang tergantung di setiap kata-katanya. "Apa kabar?"

Zara tersenyum meskipun perasaan di dalam hatinya begitu kompleks. "Baik kok, cuma... kamu tahu kan, rasanya nggak lengkap tanpa kamu."

Dylan tertawa pelan. "Aku juga merasakan hal yang sama, Zara. Kadang aku merasa lebih baik kalau kamu di sini sama aku. Tapi, kita harus bertahan, kan?"

Zara mengangguk meskipun Dylan tidak melihatnya. "Iya, kita pasti bisa."

Mereka berbicara panjang lebar, berbagi cerita tentang hal-hal yang terjadi di kehidupan masing-masing. Setiap kata terasa lebih hangat, lebih nyata, meskipun mereka terpisah oleh jarak yang begitu jauh. Ada perasaan nyaman yang mulai muncul lagi, seperti dulu, saat mereka pertama kali bertemu.

"Zara," suara Dylan terdengar lebih serius. "Aku tahu aku sudah bilang ini sebelumnya, tapi aku ingin kamu tahu, aku serius tentang kita. Aku nggak akan biarkan jarak ini merusak apa yang kita punya."

Zara terdiam sejenak, merasa hati kecilnya tersentuh. "Aku juga, Dylan. Aku percaya kalau kita berdua bisa melewati semua ini."

Dylan terdiam sejenak. "Aku berharap bisa kembali cepat. Aku kangen banget sama kamu."

Zara tersenyum, merasakan kehangatan yang datang dari kata-kata Dylan. "Aku juga kangen. Tapi kita bisa tetap kuat, kan?"

"Betul," jawab Dylan, suara penuh keyakinan. "Kita bisa."

---

Setelah percakapan itu, Zara merasa hatinya sedikit lebih tenang. Meski jarak memisahkan mereka, ada satu hal yang tak bisa diambil oleh siapa pun—kepercayaan dan perasaan yang tumbuh di antara mereka. Dan dengan perasaan itu, Zara tahu bahwa mereka akan baik-baik saja, bahkan ketika kehidupan menguji mereka dengan lebih banyak tantangan.

Dia kembali duduk di balkon, menatap langit malam yang penuh bintang, dan merasakan ketenangan yang datang. Zara tahu bahwa meskipun perjalanan mereka belum berakhir, mereka sudah melewati banyak hal bersama. Ini baru permulaan.