Dari dulu entah sejak kapan yang jelas masa kanak kanak ku selalu berhubungan dengan dunia fiksi, aku percaya adanya peri, peri hutan peri bunga atau peri kupu-kupu, aku juga percaya namanya kurcaci, elf, mermaid dan Peter pan, setiap hari aku selalu membuka jendela rumah ku yang menghadap terbenam nya matahari. Aku sangat senang melihat sang mentari terbenam secara perlahan perubahan warna nya sungguh indah.
Pada matahari terbenam para peri hutan akan berkeliaran rumahku berasa di bawah bukit dengan bangunan yang cukup tua terdiri dari dua kamar aku harus berbagi dengan adik laki-laki ku. Saat membuka pintu dapur akan ku dapati sinar matahari yang terbit. Karena dulu aku tinggal di sebuah desa yang bisa di sebut masih asri disana belum ada listrik penerangan lainnya hanya lampu pijar atau obor, terkadang juga aku menangkap banyak kunang kunang meletakkan nya di toples kaca.
Malam itu bulan bersinar dengan terang bulat sempurna dan sangat besar seperti aku bisa menggapai nya, ku baca kembali buku karya JM Barrie, seorang sastrawan asal Skotlandia. Dunia yang bernama Neverland dan seorang anak laki-laki yang tidak ingin dewasa karena menolak kehilangan masa kanak-kanaknya. Peterpan andai saja aku seberuntung Wendy. Andai saja aku tertidur dengan jendela terbuka.
Aku terobsesi akan negeri Neverland bintang kedua yang akan terlihat saat fajar. Namun kenyataannya itu ada lah planet venus dan bukan bintang menuju Neverland jika bisa aku ingin tinggal di sana, 'semua anak akan dewasa, kecuali satu, yang tidak'. Aku ingin menjadi salah satunya.
Peter pan seperti cinta pertama yang indah anak laki-laki remaja yang nakal agresif aktif dan pemberani, hal yang tidak pernah aku jalani.
Peterpan tidak pernah datang ke kamar ku seiringnya aku tumbuh tak pernah sekalipun sampai akhirnya aku lelah menunggu dan pergi dari sana . Aku tahu dia tak nyata tapi entah kenapa aku terus merasa ia nyata. Peter pan....