Lana berdiri di tengah lintasan malam yang diterangi lampu neon, mengenakan seragam balap barunya yang dihiasi logo Phoenix Blaze. Turnamen World Racing League tinggal beberapa hari lagi, dan latihan terakhir malam itu menjadi momen untuk menguji batas sejati dirinya. Dengan mesin yang menderu seperti jantung yang berdebar, Lana merasakan semangat baru mengalir di nadinya.
---
Tekanan dari Dunia Luar
Media semakin gencar membahas turnamen ini. Berita tentang Lana menjadi perwakilan dari negara setengah maju melawan Kyron dan pembalap terbaik dunia menjadi perbincangan hangat.
"Bisakah gadis muda ini mengalahkan para raksasa?" begitu salah satu judul berita berbunyi.
Namun, tidak semua komentar mendukung. Banyak yang meragukan kemampuan Lana, terutama setelah kekalahannya di balapan nasional. "Dia hanya fenomena sesaat," tulis seorang kritikus terkenal.
Lana membaca komentar-komentar itu dengan tenang. Setiap kalimat negatif justru memperkuat tekadnya untuk membuktikan bahwa dia bukan sekadar keberuntungan, melainkan seorang pejuang sejati.
---
Latihan yang Menguras Mental dan Fisik
Rai dan Vera terus mendorong Lana hingga batas kemampuannya. Mereka menciptakan simulasi balapan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada turnamen sebenarnya, termasuk lintasan yang penuh jebakan dan tikungan tajam.
"Kau harus menguasai teknik drift penuh risiko ini," kata Rai. "Ini satu-satunya cara untuk melawan kecepatan dan teknologi Kyron."
Lana menghabiskan berjam-jam mencoba menyempurnakan teknik itu. Berkali-kali dia gagal, bannya tergelincir, dan mobilnya hampir keluar lintasan. Tetapi dia tidak menyerah. Luka di tangannya dari setir yang tergesek menjadi bukti perjuangannya.
"Aku tidak akan kalah lagi," gumam Lana di sela-sela napas beratnya. "Bukan dari Kyron. Bukan dari siapa pun."
---
Rintangan Baru
Di sisi lain, Kyron tidak tinggal diam. Geng mafia mulai menyebarkan ancaman kepada peserta lain untuk membuat mereka mundur dari turnamen, termasuk Lana.
Suatu malam, seseorang meninggalkan pesan ancaman di garasi Lana:
> "Balapan ini bukan tempatmu. Mundur sekarang, atau kau akan menyesal."
Tim Lana merasa terintimidasi, tetapi Lana tetap tegar. Dia tahu ini adalah permainan mafia untuk melemahkannya secara mental.
"Biarkan mereka mencoba," kata Lana dengan tenang. "Aku tidak akan lari dari mereka."
---
Persahabatan yang Kembali
Di tengah tekanan itu, Lana merasakan perubahan dalam hubungan timnya. Vera, yang selalu menjadi penyokong setia, mulai membuka diri lebih banyak. Rai, yang dulu misterius, kini tampak lebih terbuka dan bersahabat.
Mereka berbagi cerita tentang perjuangan masing-masing, membuat hubungan mereka semakin erat. Bahkan Vera, yang biasanya sinis, mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
"Aku percaya padamu, Lana. Kau adalah alasan aku tetap di sini."
Kata-kata itu membuat Lana terharu. Dia merasa bahwa dia tidak lagi berjuang sendirian.
---
Pengumuman Lintasan Turnamen
Turnamen World Racing League akhirnya mengumumkan lintasan resminya. Lintasan ini disebut sebagai "Medan Legenda," dengan panjang lebih dari 200 kilometer, penuh dengan medan berbatu, jembatan gantung, dan jalur bawah tanah yang gelap.
"Ini gila," kata Vera saat mempelajari peta lintasan. "Mereka benar-benar ingin membunuh peserta."
Namun, Lana melihat lintasan itu sebagai peluang. "Semakin sulit lintasannya, semakin besar peluang kita untuk menang," katanya. "Teknologi tidak akan membantu banyak di medan seperti ini. Ini akan menjadi ujian kemampuan sejati."
---
Pertemuan dengan Kyron
Beberapa hari sebelum turnamen dimulai, Lana secara tidak sengaja bertemu Kyron di sebuah acara media. Kyron, dengan senyum sinisnya, mendekati Lana.
"Kau benar-benar keras kepala," katanya. "Kau tahu, kau bisa mati di lintasan itu."
Lana menatapnya tajam. "Aku lebih baik mati mencoba daripada hidup menyerah."
Kyron terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. "Kau menarik, Lana. Tapi di dunia ini, hanya yang terkuat yang bertahan. Kita lihat saja nanti."
---
Malam Sebelum Balapan
Malam sebelum turnamen dimulai, Lana duduk sendirian di garasinya. Dia memikirkan semua yang telah dia lalui—kegagalan, kehilangan, dan perjuangan.
Saat itu, dia mendengar suara lirih yang terasa familiar. "Lana…"
Dia berbalik, tetapi tidak ada siapa pun. Namun, suara itu seperti membawa kehangatan, seperti bisikan ayahnya yang memintanya untuk terus maju.
Dia menatap Phoenix Blaze dengan mata penuh keyakinan. "Besok, kita akan menunjukkan kepada dunia siapa kita sebenarnya."
---
Penutup Bab
Bab ini ditutup dengan Lana yang berdiri di garis start, bersiap menghadapi tantangan terbesarnya. Mobil-mobil pesaing lain berjejer di sampingnya, termasuk Shadow Phantom milik Kyron yang tampak seperti binatang buas siap menerkam.
Di latar belakang, Viktor, pemimpin geng mafia, mengamati lintasan dengan senyum liciknya. "Lana, kau akan menjadi pelajaran bagi siapa pun yang melawan kami," gumamnya.
Tapi Lana tidak gentar. Dengan hati yang membara, dia bersiap untuk menghadapi segalanya.
"Ini bukan tentang menang atau kalah," pikirnya. "Ini tentang membuktikan bahwa keberanian dapat mengalahkan apa pun."
---