Chereads / Lajur Takdir [Malay edition] / Chapter 3 - Bab 3: Kecepatan di Balik Bayangan

Chapter 3 - Bab 3: Kecepatan di Balik Bayangan

Malam itu, bengkel kecil milik Derek Veil berubah menjadi laboratorium penuh percikan api, suara dentingan logam, dan cahaya redup dari lampu neon. Lana bekerja bahu-membahu dengan Rai Ardent. Meski awalnya ia curiga, perlahan ia mulai mengakui bahwa pria misterius ini memang tahu banyak tentang teknologi balapan dan mesin tua seperti Falcon-X.

"Jadi, kau dulu seorang pembalap?" Lana bertanya sambil mengetatkan baut pada salah satu komponen mesin Falcon-X.

Rai yang sedang memeriksa perangkat kecil di tangannya menjawab tanpa menoleh, "Ya. Tapi itu cerita lama. Sekarang, aku hanya ingin memastikan kau tidak mengulangi kesalahan yang aku buat."

Lana menghentikan pekerjaannya sejenak dan menatap Rai. "Kesalahan apa?"

Pria itu terdiam, rahangnya mengeras. "Terlalu percaya pada teknologi dan melupakan keahlian manusia. Aku dulu berpikir semakin canggih mobilku, semakin besar peluangku untuk menang. Tapi balapan bukan hanya soal teknologi, Lana. Ini soal nyali, insting, dan kemampuan membaca lintasan."

Lana mendengar nada penyesalan dalam suaranya, tapi ia tidak mendesak lebih jauh. Ada sesuatu yang jelas ingin disembunyikan Rai, dan Lana tahu waktunya belum tepat untuk bertanya lebih banyak.

"Baiklah," Rai berkata, mengalihkan pembicaraan. "Kau tahu bagaimana cara memanfaatkan momentum di tikungan tajam?"

Lana tersenyum kecil, merasa tertantang. "Aku tahu bagaimana cara membaca belokan. Apa lagi yang bisa diajarkan oleh seseorang seperti kau?"

Rai tertawa ringan, kali ini dengan nada penuh percaya diri. "Kita lihat saja nanti."

---

Latihan Malam

Setelah Falcon-X dipasangi perangkat tambahan oleh Rai—sebuah modul kecil yang disebutnya "Stabilizer X", mereka membawa mobil itu ke jalanan kosong di luar bengkel. Jalan itu dipenuhi genangan air akibat hujan sore, menciptakan suasana licin yang ideal untuk uji coba.

Lana mengambil tempat di belakang kemudi, sementara Rai berdiri di pinggir jalan dengan ekspresi serius.

"Tekan pedalnya, Lana. Aku ingin melihat seberapa cepat kau bisa mengendalikan Falcon-X dengan modul baru ini," perintah Rai.

Mesin Falcon-X meraung ketika Lana menginjak pedal gas. Mobil itu melesat dengan kecepatan yang luar biasa, jauh lebih responsif daripada sebelumnya. Namun, ketika Lana menghadapi tikungan pertama, mobil itu tergelincir sedikit, membuatnya hampir kehilangan kendali.

"Jangan melawan gravitasi!" Rai berteriak. "Ikuti arusnya, dan gunakan momentum!"

Lana mengepalkan rahang, mencoba memahami maksud Rai. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba lagi. Kali ini, saat Falcon-X mendekati tikungan, ia membiarkan mobilnya meluncur ke arah yang ditentukan oleh momentum, sebelum dengan cepat membelokkan setir. Hasilnya mengejutkan.

"Ya! Itu dia!" Rai bersorak dari pinggir jalan.

Lana menghentikan mobil di ujung lintasan dan keluar dengan napas memburu, tapi matanya bersinar penuh semangat. "Aku bisa merasakannya. Falcon-X ini... dia hidup!"

Rai mengangguk puas. "Sekarang kau mulai memahami. Ini bukan hanya tentang mesin, tapi bagaimana kau terhubung dengannya."

---

Rencana untuk Balapan

Setelah uji coba malam itu, Lana dan Rai kembali ke bengkel. Derek, yang sudah tertidur di kursi usangnya, tidak menyadari intensitas malam itu. Rai membuka peta holografik kecil dari sakunya, menampilkan lintasan balapan amatir yang akan diikuti Lana.

"Balapan ini adalah langkah pertamamu," Rai berkata, menunjuk lintasan berbentuk spiral dengan berbagai tikungan tajam dan tanjakan. "Ini disebut Nebula Circuit. Balapan bawah tanah ini adalah tempat di mana pembalap muda memulai karier mereka. Jika kau menang, kau akan mendapatkan perhatian dari sponsor besar. Tapi kompetisinya brutal."

Lana menatap peta itu dengan serius. "Berapa banyak pembalap yang akan berpartisipasi?"

"Setidaknya dua puluh," Rai menjawab. "Tapi kau hanya perlu fokus pada dua orang: Axel Kane dan Vera Cryse. Mereka pembalap paling berbakat di lintasan ini. Axel dikenal dengan strateginya yang agresif, sementara Vera... dia hampir tidak pernah melakukan kesalahan."

Lana tersenyum kecil, merasa tantangan itu semakin menarik. "Baiklah. Kalau begitu, kita pastikan Falcon-X siap untuk menghadapi mereka."

---

Konflik Tak Terduga

Namun, malam itu tidak berlalu tanpa gangguan. Saat Lana dan Rai sedang memeriksa ulang Falcon-X, suara langkah berat terdengar dari luar bengkel. Lana menoleh, jantungnya berdegup cepat.

Pintu bengkel terbuka, dan dua pria berbadan besar masuk tanpa permisi. Salah satu dari mereka bersuara serak, dengan nada mengintimidasi. "Kau Lana Veil, kan? Kudengar kau ingin ikut Nebula Circuit. Kami datang untuk memastikan kau tahu tempatmu."

Rai segera berdiri di antara Lana dan pria-pria itu. "Apa yang kalian mau?" tanyanya dengan dingin.

Pria itu tertawa kecil. "Pesan dari Axel Kane. Balapan ini bukan tempat untuk gadis kecil dengan mobil rongsokan. Kalau kau tahu apa yang baik untukmu, sebaiknya kau mundur."

Lana, meski takut, melangkah maju. "Kalau Axel Kane punya masalah denganku, suruh dia bicara langsung. Aku tidak akan mundur."

Pria-pria itu tertawa lagi, tapi Rai menyela dengan nada tegas, "Pergi, sebelum aku memastikan kalian tidak bisa berjalan lagi."

Ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat kedua pria itu mundur. Setelah mengucapkan ancaman terakhir, mereka pergi meninggalkan bengkel.

Rai menatap Lana dengan serius. "Axel sudah tahu tentangmu. Dia tidak akan berhenti sampai memastikan kau tidak bisa balapan. Kau harus bersiap menghadapi lebih dari sekadar lintasan."

Lana mengepalkan tinjunya, matanya menyala dengan semangat. "Aku tidak peduli. Aku akan balapan, dan aku akan menang."

---

HM12