Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dangerous World.

🇮🇩Faust_Zero
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.4k
Views
Synopsis
[Cerita ini memiliki beberapa PoV utama ,dan PoV tambahan dengan tata letak yang acak dan absurd.] Di dalam lingkaran kebaikan dan kejahatan, siapa yang adil? Dalam ketidaktahuan dan emosi yang hampa, siapa yang berbicara? Peperangan antar ras, pengkhianatan, iblis, dewa, saint, pahlawan, penyihir, ksatria, pemburu, dan artefak ... di dalam dunia yang di penuhi tangisan dan keputusasaan, tiga jiwa mati terlahir kembali, membawa maksud rahasia dan kesesatan di dunia ini. Ini adalah kisah "Tiga Reinkarnator" di dunia yang berbahaya. ============================= *Karya Original punyaku dan bukan novel terjemahan. *Berikan kritik dan saran kalian agar aku bisa mencoba menjadi lebih baik karena ini adalah novel pertama ciptaanku.* "Bad Writing*
VIEW MORE

Chapter 1 - Kematian adalah awal

[PoV: Revas Clein]

Angin malam yang menusuk tulang menerpa wajahku, membawa serta aroma dingin beton dan logam dari gedung pencakar langit setinggi 20 lantai ini. Aku berdiri di tepi atap, menatap ke seluruh perkotaan dengan lampu neonnya yang sangat indah di malam ini.

Aku memutarkan badanku, mendapati seorang wanita berdiri tegak dengan sorot mata yang mengancam.

Dia adalah sosok yang memancarkan aura kekuatan yang tidak bisa di gapai. Rambut emasnya berkilauan di bawah cahaya bulan, matanya yang kuning keemasan menatapku dengan intensitas yang membuat jantungku berdegup kencang. Memakai kaos putih yang di balut oleh mantel putih sepanjang lutut kaki. Mantel putihnya berkibar tertiup angin, memperlihatkan lambang pohon emas di dadanya yang seolah hidup dan bergerak. Pistol di pinggangnya terlihat seperti bagian alami dari dirinya, seolah senjata itu adalah perpanjangan dari tangannya.

"Terima kasih untuk segalanya," ucapnya dengan suara lembut yang seolah menyelimuti diriku. "Kau adalah pria yang baik."

Aku menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Aku juga berterima kasih padamu," Balasku, suaraku bergetar namun tetap lembut. "Kau adalah wanita yang luar biasa. Aku sangat beruntung memiliki istri sepertimu."

Senyum kecil muncul di bibirnya, namun segera berubah menjadi raut wajah yang penuh kesedihan. Matanya berkaca-kaca, seolah ada perang batin yang tak terlihat sedang terjadi di dalam dirinya. "Maafkan aku," bisiknya, suaranya hampir tak terdengar. "Aku terpaksa harus melakukan ini."

Dengan gerakan yang cepat dan pasti, dia menarik pistol dari holsternya. Aku tak sempat bereaksi. Tiga kali pelatuk ditarik, dan tiga peluru melesat keluar, menghujam tepat di dadaku.

Rasa sakit yang tak terbayangkan menyebar ke seluruh tubuhku. Aku terhuyung ke belakang, kaki-kakiku tak lagi mampu menopang berat tubuhku. Pandanganku kabur saat tubuhku terjatuh dari ketinggian, melayang di udara sebelum akhirnya menghantam tanah dengan keras.

'Jadi beginilah akhirnya,' pikirku, sambil mencoba memejamkan mata. 'Natasha... jagalah anak-anak kita.'

Bruk!

Tubuhku hancur, tulang-tulangku remuk, dan darah mengalir deras dari luka-luka yang tak terhitung. Aku tidak lagi merasakan apa-apa.

•••

[PoV: Serry Wayn]

Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Angin yang kencang menerpa rambut hitamku yang panjang, membuatnya berantakan. Aku berdiri di tepi atap sekolah, menatap ke bawah dari ketinggian tiga lantai. Pakaian sekolahku yang putih dan rok hitamku kotor dan robek, bukti dari perlakuan kejam para perundung yang mengunciku di ruang peralatan olahraga.

Aku menyentuh kepalaku yang berdenyut-denyut. 'Aw! Sial...' Darah mengalir dari luka di pelipisku, menetes ke telapak tanganku. Pandanganku mulai buram, air mata mengalir deras di pipiku.

"Kenapa harus aku?" bisikku, suaraku serak. "Apa salahku? Apa karena aku miskin? Apa karena aku tak memiliki orang tua?"

Aku mencoba mengusap air mataku, tapi rasa lelah yang mendalam membuatku tak lagi mampu bertahan. Kepalaku pusing, dunia seolah berputar di sekitarku. Aku memegang kepalaku, mencoba menenangkan diri.

"Bibi... Paman... maafkan aku," bisikku, suaraku hampir tak terdengar. "Aku tak bisa membanggakan kalian. Tapi aku sangat mencintai kalian."

Dengan langkah terakhir, tubuhku terjun ke depan. Aku melayang di udara sebelum akhirnya menghantam tanah dengan keras. Tulang rusukku patah, kepalaku bocor, dan darah mengalir deras dari tubuhku. Perlahan, kesadaranku memudar, dan aku tak lagi merasakan apa-apa.

•••

[PoV: William Joe]

"Ini kembaliannya, Pak," ucap kasir dengan senyum ramah.

Aku mengangguk, mengambil kembalian itu dengan tangan yang gemetar. 'Pak? Memangnya aku setua itu?' pikirku dalam hati. Aku berbalik dan berjalan menuju pintu kaca minimarket, membawa plastik belanjaan yang berisi mie instan.

"Makan malam hari ini mie instan lagi," gumamku, mencoba menahan rasa frustrasi. Sudah berbulan-bulan aku mencoba mencari pekerjaan, tapi selalu ditolak. Uang dari kakakku hanya cukup untuk bertahan, tapi tidak cukup untuk hidup.

Aku berjalan menuju penyebrangan pejalan kaki, menatap lampu lalu lintas yang berwarna hijau. Tepat di tengah jalan, cahaya terang dari lampu depan truk menyilaukan mataku. Aku tidak sempat menghindar.

Bam!

Tubuhku terlempar ke udara, menghantam aspal dengan keras. Rasa sakit yang tidak terbayangkan menyebar ke seluruh tubuhku. Darah mengalir deras dari kepala dan badanku. Pandanganku buram, napasku tersengal-sengal.

'Inikah akhirnya?' pikirku, sambil mencoba memejamkan mata. 'Maafkan aku, Kak... aku mengecewakanmu.'

Detak jantungku semakin melambat, dan akhirnya berhenti sama sekali.

•••

Di dalam kekosongan, terbentang Multisemesta tidak terbatas yang mengisi kekosongan tersebut dengan keberadaannya. Multisemesta yang tidak terbatas itu membentuk sebuah jaringan linear tidak kasat mata yang berporos pada suatu keberadaan yang tidak di ketahui. Poros itu berperan sebagai keseimbangan yang beraturan dan mengikat seluruh kompleksitas tersebut dalam simetri yang sempurna.

Dahulu kala, di dalam kekosongan ini hanya ada kumpulan gelembung tidak terbatas yang terikat oleh poros yang tidak di ketahui. Poros yang sangat misterius dan memberikan tanda tanya mengenai hal itu, poros yang mungkin sudah ada sebelum terciptanya Multisemesta yang tidak terbatas.

Hingga disuatu titik, entitas-entitas pertama terlahir. Mereka muncul dengan cara yang unik; ada yang terlahir dari bunga lotus yang mekar, ada yang muncul dari telur kosmik raksasa, dan ada pula yang lahir dari kekacauan di kekosongan tersebut.

Entitas-entitas ini memiliki kekuatan yang tidak terbatas; mereka dapat menciptakan atau menghancurkan segala sesuatu.

Mereka menyebar ke seluruh penjuru kekosongan, ada yang bergerak secara berkelompok dan ada yang secara individu.

Masing-masing dari mereka akan memilih salah satu dari gelembung-gelembung tersebut, sebagai teritori mereka.

Di dalam territori mereka masing-masing, mereka menciptakan Alam Semesta yang tidak terhitung di dalamnya, dan juga menciptakan berbagai kehidupan untuk mengisi Alam Semesta yang tidak terhitung tersebut dengan kekuatan mereka.

Di setiap territori terdapat budaya dan sejarah yang beragam, memiliki keunikan dan keindahannya tersendiri.

Entitas itu di juluki oleh seluruh kehidupan yang ada di seluruh Alam Semesta dan Multisemesta sebagai Dewa pencipta, entitas yang bertugas untuk melindungi, menciptakan, atau menghancurkan.

Dengan perkembangan yang cepat, entitas seperti Dewa dan Dewi mulai terlahir sebagai Dewa baru di dalam territori mereka, dan makhluk hidup seperti manusia, hewan, serangga, tumbuhan, dan lain-lain, mulai mengalami jumlah pertumbuhan yang pesat.

Tetapi begaimana dengan gelembung lain yang tidak terpilih?

Tenang saja, gelembung itu akan berkembang dengan seiring waktunya.

Terkadang ada suatu peristiwa yang membuat gelembung itu memiliki isi seperti Alam Semesta tidak Terhitung dan berbagai kehidupan.

Contohnya peristiwa Big Bang; peristiwa yang menjadi asal muasal terciptanya Alam Semesta.

Dengan begitu, gelembung tersebut akan menjadi 'sesuatu' yang berkembang secara mandiri.

Satu hal lagi, Dewa Pencipta itu tercipta di luar gelembung tidak terbatas, yaitu kekosongan. Tetapi sebenarnya bisa saja ada entitas yang tercipta di dalam gelembung tersebut dan berperan sebagai Dewa Pencipta.

Walaupun mereka tercipta di tempat yang berbeda, mereka memiliki tingkatan yang sama, yaitu Dewa Pencipta.

Dan pertanyaannya, siapa atau apa yang sebenarnya membuat Dewa Pencipta yang terlahir di dalam kekosongan dan Dewa Pencipta yang terlahir di dalam gelembung tercipta?

Jawabannya masih tersembunyi di balik tabir misteri yang tak terpecahkan.

...