Chereads / Necromancer: The Nine / Chapter 2 - Bab 2 - Perjalanan Menuju Abyss Drakthar

Chapter 2 - Bab 2 - Perjalanan Menuju Abyss Drakthar

Atherion berjalan tenang di jalan setapak menuju timur, matahari pagi perlahan naik, memandikan dunia dalam cahaya lembut. Di sebelahnya, Orestes berjalan dengan langkah mantap. Tubuhnya kekar, dengan otot yang terukir sempurna—wadah sempurna yang Atherion habiskan waktu berbulan-bulan untuk mencarinya. Tubuh ini bukan milik Orestes yang dulu, tetapi melalui ritual dan kristal monster, Atherion mengembalikan jiwa sang Raja Perang ke dalam wadah baru ini.

"Bagaimana rasanya?" tanya Atherion tiba-tiba, memecah keheningan.

Orestes menoleh dengan sedikit senyuman sinis. "Bagaimana rasanya? Hm, seperti bangun dari mimpi panjang. Tubuh ini kuat, lebih kuat dari tubuh asliku dulu. Tapi ada yang hilang."

"Maksudmu?"

Orestes menyentuh dadanya, seolah mencari sesuatu. "Aku tak bisa merasakan detak jantung. Tak ada darah mengalir di tubuh ini. Aku tahu aku hidup… tetapi pada saat yang sama, aku tidak."

Atherion hanya tersenyum kecil. "Itulah harga untuk kekuatan. Tubuhmu kini adalah wadah sempurna, bebas dari kelemahan manusia. Kita tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal kecil seperti itu."

Orestes mendengus, tetapi ia tahu Atherion benar. Setelah dikembalikan ke dunia oleh pemuda ini, ia berhutang nyawa—atau apa pun yang tersisa dari dirinya.

Jarak lima kilometer menuju Abyss Drakthar mungkin terdengar singkat, tetapi jalan yang mereka tempuh jauh dari kata mudah. Tanah di sekitar mereka mulai berubah; rumput hijau berganti dengan tanah gersang yang retak. Pohon-pohon besar dengan cabang melengkung seperti cakar berdiri diam, menciptakan suasana mencekam.

"Abyss Drakthar," kata Atherion, menunjuk ke arah bukit besar yang menjulang di depan mereka. "Di sanalah kristal monster yang kita cari berada."

Orestes memperhatikan puncak bukit itu dengan mata tajam. "Aku tahu tempat ini. Dulu, aku pernah mendengar cerita tentang Abyss ini. Konon, naga kuno pernah menjaganya. Jika naga itu masih ada, kita akan berhadapan dengan sesuatu yang lebih berbahaya daripada monster biasa."

Atherion hanya mengangguk, tampak tenang meski kata-kata Orestes seharusnya cukup untuk membuat siapa pun gemetar. "Kalau naga itu masih ada, maka aku akan membuatnya berlutut. Kristal itu adalah kunci untuk pasukan yang akan kubangun."

Namun, perjalanan mereka terhenti ketika suara gemuruh terdengar dari depan. Tanah di bawah kaki mereka mulai bergetar, dan retakan besar muncul di jalan. Dari retakan itu, muncul seekor Minotaur Berantai, monster Rank A dengan tubuh besar, kepala sapi, dan tubuh yang dilapisi rantai besi berkarat. Matanya merah menyala, penuh amarah dan haus darah.

"Kau serius? Ini sudah dimulai," ujar Orestes, menyeringai lebar.

Atherion melangkah mundur, mempersiapkan cakar apinya. "Kau tahu apa yang harus dilakukan."

Minotaur itu mengaum keras, mengayunkan kapak besar yang nyaris menghancurkan tanah di sekitar mereka. Orestes melompat mundur dengan kelincahan yang tak sesuai dengan tubuhnya yang besar, senyuman lebar di wajahnya.

"Sudah lama aku tidak merasakan pertempuran yang layak," kata Orestes sambil mencabut pedangnya.

Pedang besar itu bersinar dengan aura ungu gelap, menandakan kekuatan yang luar biasa. Orestes maju tanpa ragu, menangkis serangan Minotaur dengan mudah. Suara dentingan logam memenuhi udara saat rantai Minotaur berbenturan dengan pedang Orestes.

Atherion berdiri di belakang, mengamati pergerakan Orestes. Ia tahu Orestes adalah senjata utamanya—seorang Raja Perang yang terlahir kembali dalam wadah sempurna. Namun, ia juga tahu bahwa kekuatan Orestes belum sepenuhnya stabil.

"Aku akan mengalihkan perhatian monster ini," kata Orestes sambil melompat ke samping, menghindari ayunan kapak Minotaur. "Siapkan seranganmu, Atherion!"

Atherion mengangguk. Dengan gerakan cepat, ia melepaskan cakar api dari tangan besinya, meluncurkannya ke arah kaki Minotaur. Serangan itu mengenai tepat sasaran, membuat Minotaur terhuyung dan kehilangan keseimbangan.

Orestes memanfaatkan momen itu, melompat tinggi ke udara dan menghunjamkan pedangnya ke punggung Minotaur. Suara mengerikan terdengar saat pedang itu menembus daging dan tulang. Minotaur itu mengaum keras, mencoba melawan, tetapi kekuatan kombinasi Orestes dan Atherion terlalu besar.

Setelah beberapa detik perlawanan sengit, Minotaur itu akhirnya jatuh, tubuhnya menghilang menjadi debu gelap yang tertiup angin.

Orestes berdiri di atas tempat Minotaur itu jatuh, membersihkan pedangnya dengan santai. "Tubuh ini luar biasa," katanya sambil tersenyum. "Aku merasa seperti Raja Perang lagi."

Atherion mendekatinya, menepuk bahunya. "Kau memang Raja Perang, Orestes. Dan dengan kekuatan itu, kita akan mengambil kristal dari Abyss Drakthar."

Mereka melanjutkan perjalanan, melewati reruntuhan dan jebakan alam di sepanjang jalan. Meskipun mereka tahu bahwa tantangan yang lebih besar menunggu di depan, Atherion dan Orestes semakin yakin bahwa kekuatan mereka cukup untuk menghadapi apa pun.

Di kejauhan, Abyss Drakthar berdiri megah, menjulang seperti bayangan gelap yang menantang keberanian mereka. Apa yang tersembunyi di dalamnya masih menjadi misteri, tetapi satu hal pasti: perjalanan ini akan mengubah takdir mereka berdua—dan mungkin seluruh dunia.