Chereads / Necromancer: The Nine / Chapter 4 - Bab 4 - Bangkitnya Penghibur di Tengah Kegelapan

Chapter 4 - Bab 4 - Bangkitnya Penghibur di Tengah Kegelapan

Di tengah padang luas dekat desa kuno, malam menyelimuti dengan dingin dan sunyi. Langit dihiasi bintang-bintang yang berkilauan, sementara bulan sabit menggantung tinggi, menyinari suasana muram di sekitar mereka. Atherion berdiri di atas makam kuno, memegang kristal monster yang baru saja mereka dapatkan dari Abyss Drakthar.

"Ini tempatnya," kata Atherion sambil menunjuk makam besar dengan ukiran kuno yang hampir terkubur oleh waktu.

Di sampingnya, Orestes mengamati sekitar dengan cermat. "Jadi, siapa yang akan kau bangkitkan kali ini? Aku harap dia tidak membosankan."

Atherion menyingkirkan tanah di atas batu nisan dengan tangan besinya, memperlihatkan ukiran nama: Nivan Caldris. Ia seorang panglima perang terkenal yang gugur bertahun-tahun lalu, tapi bukan hanya keterampilannya yang diingat. Nivan dikenal sebagai seorang pejuang yang selalu membawa tawa di tengah perang.

"Dia bukan hanya seorang panglima perang," kata Atherion dengan nada serius. "Nivan Caldris adalah seorang penghibur, pemimpin yang membuat tentaranya bertahan dengan humor di medan perang."

Orestes mendesah. "Kita akan lihat apakah dia masih lucu setelah mati."

Atherion mengatur kristal monster di atas makam, cahaya hijau kebiruan dari kristal itu menyelimuti area sekitar. Ia kemudian mencampurkan gen yang telah ia dapatkan dari desa sebelumnya ke dalam wadah berbentuk cairan hitam pekat. Gen itu berasal dari darah yang dia temukan di pedang kuno milik Nivan yang disimpan di museum desa.

"Gen, wadah, dan kristal monster," gumam Atherion. "Semua elemen sudah siap."

Ia meletakkan tangannya di atas makam, mengaktifkan Necrotic Grasp, kemampuan yang menghubungkan jiwanya dengan jiwa mayat yang akan dibangkitkan. Tanah di sekitar makam mulai bergetar, dan batu nisan itu retak dengan bunyi yang memekakkan telinga.

"Bangkitlah, Nivan Caldris!" seru Atherion, suaranya menggema di padang luas.

Dari dalam makam, sebuah cahaya terang meledak keluar, diikuti oleh tubuh seorang pria yang perlahan muncul dari kegelapan. Tubuhnya terlihat muda, dengan rambut hitam berantakan dan mata biru yang tajam. Ia mengenakan baju besi ringan yang tampak menyatu sempurna dengan tubuh barunya.

Namun, hal pertama yang keluar dari mulutnya bukanlah ancaman atau pertanyaan.

"Whoa! Aku benar-benar hidup lagi! Hei, siapa yang memesan pria tampan ini?" kata Nivan dengan nada ceria, sambil mengangkat kedua tangannya seolah memperkenalkan dirinya pada penonton yang tidak ada.

Atherion dan Orestes saling pandang, terkejut dengan reaksi itu.

"Dia... terlalu ceria," gumam Orestes, alisnya terangkat.

Nivan melompat turun dari makamnya, meregangkan otot-otot barunya. "Ah, tubuh ini luar biasa! Terasa ringan, segar, dan... eh, tunggu sebentar." Ia berhenti, melihat ke arah Atherion. "Kau yang membangkitkanku, ya? Apa kau semacam dukun atau necromancer?"

Atherion mengangguk singkat. "Aku Atherion. Aku membangkitkanmu karena membutuhkan kekuatanmu untuk misi yang lebih besar."

"Misi besar?" Nivan mengusap dagunya dengan gaya dramatis. "Seperti apa? Menyelamatkan dunia? Menjadi pahlawan?"

"Tidak," jawab Atherion dengan dingin. "Menghancurkannya."

Sejenak, Nivan terdiam. Tapi kemudian dia tertawa keras. "Kau serius? Wah, ini menarik. Kau tahu, aku tidak menyangka akan bangkit dari kematian hanya untuk menjadi bagian dari rencana gila. Tapi, hei, aku suka tantangan!"

Orestes melangkah maju, menatap Nivan dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kau tidak terlihat seperti seorang panglima perang. Kau lebih mirip badut."

Nivan tersenyum lebar, meletakkan tangannya di pundak Orestes. "Kau benar, teman. Tapi jangan remehkan badut ini. Di medan perang, aku adalah orang yang paling ditakuti setelah aku membuat musuhku tertawa hingga mereka lengah."

Orestes menggeleng, lalu menoleh ke Atherion. "Apa kau yakin dia akan berguna?"

"Aku tidak memilihnya tanpa alasan," jawab Atherion. "Kita membutuhkan seseorang yang bisa melihat kelemahan musuh dengan cepat dan mengacaukan formasi mereka. Itulah Nivan."

Nivan membungkuk, memberi hormat dengan penuh gaya. "Senang bekerja sama denganmu, bos. Jadi, apa langkah kita berikutnya?"

Atherion menjelaskan dengan singkat tentang kristal monster, gen asli, dan tujuan mereka membangun pasukan yang terdiri dari sembilan mayat terkuat. Nivan mendengarkan dengan saksama, tapi sering menyelipkan komentar lucu di tengah penjelasan.

"Jadi, kau bilang kita harus menghadapi monster-monster raksasa untuk mengambil kristal mereka?" tanya Nivan, wajahnya penuh antusiasme.

"Benar," jawab Atherion.

"Dan setelah itu, kita mencari tubuh yang cocok dan gen untuk membangkitkan teman-teman baru?"

"Ya."

Nivan menyeringai lebar. "Wah, aku suka petualangan ini. Baiklah, bos. Aku akan menjadi panglima perang terbaik di pasukan necromancermu!"

Orestes hanya menghela napas. "Semoga dia tidak membuat kita gila."

"Tenang saja," balas Nivan, menepuk punggung Orestes. "Aku akan membuat perjalanan ini jauh lebih menyenangkan!"

Atherion hanya tersenyum samar. Dalam hati, ia tahu bahwa Nivan mungkin adalah elemen yang mereka butuhkan untuk membuat pasukannya lebih kuat dan dinamis. Dengan kekuatan Nivan dan sifat cerianya, perjalanan mereka ke depan akan penuh kejutan—baik itu menyenangkan atau berbahaya.