Kerajaan Cadfael merupakan sebuah kerajaan makmur yang di pimpin oleh raja Martius ke enam. Terkenal dengan komoditi perdagangan jujur dan juga kedermawanan yang membuat kerajaan tersebut menjadi kian berkembang pesat dari tahun ke tahun.
Tentu saja, wilayah kerajaan Cadfael pun semakin luas, berkat jasa dari keluarga Virendra fael yang selalu membawa kemenangan dalam peperangan. Keluarga yang hampir mendominasi lima puluh persen tentara kerajaan itu, menjadi keluarga nomor satu yang sangat di segani.
Kekuatan keluarga tersebut bahkan mampu membuat kerajaan baru. Walau untungnya, kepala keluarga Virendra Fael sangat setia dan juga mempunyai ikatan kuat dengan raja-raja sebelumnya. Mereka sudah sangat puas dengan keluarganya dan tidak pernah menginginkan tahta kerajaan.
Kemudian keluarga peringkat nomor dua teratas di kerajaan Cadfael adalah Narendra fael. Konon, nenek moyang keluarga Narendra fael merupakan seorang cenayang peramal masa depan yang menjadi penasehat negara, kemudian Narendra Fael memiliki lima puluh persen kekayaan dari seluruh kerajaan.
Namun, keturunannya tidak mempelajari ilmu yang nenek moyangnya turunkan, sampai akhirnya keluarga Narendra fael tidak memiliki lagi kemampuan yang leluhurnya miliki untuk meramal masa depan, kemudian posisi penasehat dialihkan ke keluarga Jayirendra Fael.
Posisi keluarga Narendra Fael semakin terancam karena keluarga kerajaan tidak lagi melindungi mereka walau menjadi pembayaran pajak terbanyak setiap tahunnya. Pemberontakan terjadi setiap Narendra Fael lengah. Kemudian kepala keluarga Narendra Fael malah menyiasati pembunuhan keluarga Jayirendra Fael untuk merebut kembali posisi di kerajaan.
Akan tetapi, kepala keluarga Narendra Fael malah terbunuh saat mencoba membunuh kepala keluarga Jay, keluarga Narendra Fael pun kehilangan pemimpin dan pemberontakan semakin menjadi.
Nyonya Narendra Fael terbunuh ketika sekelompok bandit menyerang rumahnya. Mereka kehilangan dua puluh persen kekanyaan, kemudian puteri tunggalnya membawa lari dua puluh lima persen kekayaan keluarga yang tersisa. Serta menyembunyikan diri dari kejaran para musuh yang ingin merampas hartanya.
Harin menghela napas berat, entah ini mimpi atau memang dunia kembali bercanda dengannya. Tapi di sinilah Harin berada sekarang, menjadi puteri pewaris satu satunya keluarga Narendra Fael yang melarikan diri.
Harin merasa memiliki separuh ingatan Puteri Narendra Fael. Ia ingat dimana dirinya mengubur semua harta Narendra Fael, dan juga hanya tersisa dia dan juga pelayan setianya bernama Nieyra yang melanglangbuana entah harus kemana.
Sisa prajurit Narendra Fael yang paling setia juga menghilang. Sebagian lagi sudah bergabung dengan keluarga Virendra Fael. Tertulis di buku ibunya, mereka yang setia dengan Narendra Fael bersembunyi di desa salju merah dan menjadi petani.
Hanya itu saja yang Harin ingat, ia juga lupa bagaimana kelanjutan kisah puteri Narendra Fael di buku yang ibunya tulis. Padahal, Harin mengulang membaca cerita itu setiap harinya.
"Aishhh! Kenapa bisa lupa sialan!" umpat Harin frustasi. Ingin gila rasanya karena ia terdampar di cerita yang ibunya buat, Harin sudah menabrakan keningnya pada tiang kayu, meminta Nieyra mencubit dan menamparnya keras. Tapi Harin tidak juga bangun dari mimpi tersebut. Rasa-rasanya sangat tidak masuk akal ia masuk ke dalam kisah yang ibunya tinggalkan.
"Nona, apa anda sungguh tidak ingin melihat festival?" tanya Naeyra. Ia mengetuk pintu kamar Harin yang mengurung dirinya di kamar untuk bisa berpikir jernih sebentar.
"Tidak, aku sakit. Pergilah sendiri Naeyra. Bawa makanan untukku saat pulang nanti," ucap Harin.
"Baik Nona."
"Woah, lihatlah Harin... Kau bahkan langsung terbiasa menyuruh orang," gumamnya. Harin memperhatikan jemari putih lembut yang terbebas dari bekas sayatan silet apapun. Ditubuhnya tidak ditemukan memar atau luka-luka lain yang ibu tirinya lukiskan. Benar-benar putih mulus, terawat. Layaknya seorang puteri kerajaan.
"Apa ini kesempatan hidup yang ibu beri untukku?" tanyanya. Harin tetiba ingat dengan permintaan terakhir sebelum ia mati di tembak, dirinya ingin menyelesaikan naskah yang ibunya buat. Tapi semua tujuannya menjadi berantakan semenjak ibu tirinya menggila.
"Apa ini kesempatanku juga untuk menyelesaikan apa yang ibu tinggalkan?" gumamnya. Harin pusing lima putaran. Tubuhnya panas kembali karena ia terlalu berpikir keras. Rasanya Harin ingin berteriak 'Mati saja kalian semua!' Sebab kepalanya juga berkedut kencang mengikuti irama suara yang ditabuh di jalanan sana.
"Aku harus bagaimana sekarang..." gumamnya.
"SAMBUTLAH!!! KEMENANGAN YANG TUAN MUDA BAWA UNTUK KERAJAAN!!!" Harin menyibakan selimutnya tatkala suara terompet semakin nyaring terdengar. Ia segera menghampiri kusen jendela. Rumah susun yang mirip dengan gedung apartemen ini terasa hidup sekali.
Semua orang bersorak di luar dan memenuhi jalan sempit yang diampit dua gedung. Taburan kelopak bunga bertebaran memenuhi jalan setapak dari batuan yang tersusun rapi.
Dipimpin paling depan, pangeran berkuda yang membuat Harin berdebar kencang karena wajah Nathan Virendra Fael ini benar-benar mirip dengan wajah Nathan yang membeli dirinya.
Rahang tajam dan hidung tegasnya ini mendukung kegagahan dan ketampanan Nathan saat ia terbalut baju zirah berlumur darah yang belum mengering. Ribuan prajurit mengekor di belakangnya. Nathan menoleh ke arah gedung kanan, tepatnya dimana Harin berada sekarang ini.
Semua wanita menggunakan gaun yang bagus dan berwarna. Hanya Harin sendiri yang memunculkan diri di balkon lantai dua dengan menggunakan pakaian tidur dan tidak menaburkan bunga untuknya.
"Apa dia mengenalku?" gumam Harin. Namun, Nathan sudah meluruskan kembali pandangannya dan berfokus menuju ke istana.
"Sepertinya tidak...." Harin merunduk bingung, sepertinya hanya dirinya sendirian yang terdampar di sini. Mungkin juga, ada alasan kenapa ia bertemu dengan Nathan sebelum mereka mati dan terdampar di sini.
Harin menatap kedua kaki manisnya, sampai sebuah ingatan dari buku yang ia baca tiba-tiba muncul. Kepulangan Nathan ke kediamannya nanti malam akan mendapat sambutan dari pembunuh bayaran saudaranya yang menunggu di kamar.
Harin juga mendapat bayangan lorong rahasia yang hanya diketahui Nathan menuju kamarnya tiba-tiba terlintas di dalam ingatan. Harin seperti mendapat penglihatan apa yang akan terjadi nanti malam. Seolah, ia ditakdirkan untuk membantu pria tersebut menghindar dari segudang musuhnya.
"Apa aku harus ke sana Bu?" tanya Harin. Ia menengadah menatap langit yang sebentar lagi akan berganti malam.
Para saudara Nathan Virendra Fael memang saling bersaing, mereka memperebutkan posisi menjadi kepala keluarga. Dan yang paling dominan serta berpengaruhlah yang akan kepala keluarga Virendra Fael pilih.
Disebutkan dalam buku ibunya, jika Nathan adalah anak haram yang menguasai dua puluh lima persen prajurit keluarga. Namun, Nathan tidak mempunyai banyak pendukung dari kepala keluarga lain sehingga minim sekali baginya untuk bisa menjadi kepala keluarga.
Harin tidak mengerti kenapa bisa ia terdampar di tempat seperti ini dan menjadi pewaris keluarga Narendra Fael yang bersembunyi. Tapi dari ingatan yang barusaja terlintas di kepalanya, langkah awal yang harus Harin lakukan adalah membantu Nathan, terhindar dari pembunuh yang menunggunya di kamar.
Setidaknya itu yang hatinya inginkan sekarang. Mengapa dan bagaimana ia bisa sampai ke sini, Nathan mungkin mempunyai jawabannya.
To Be Continued...