Dor..... Dor..... Dor... .
Nur buka pintunya, cepat buka kalau tidak, pintu ini akan ku dobrak ucap teriak seorang wanita setengah baya. Yang sepertinya tengah diburu waktu, atau memang sudah tidak sabar untuk segera dibukakan pintu.
Karena wanita tersebut mengetuk pintu dengan begitu kerasnya.
Seseorang yang memang berada didalam dan mendengar suara gedoran pintu tersebut segera keluar.
Kriet.... Pintu terbuka, seorang wanita muda dengan wajah pucat dan badan yang seperti menggigil, melongokan kepalanya keluar.
Pintu yang baru setengah terbuka itu, langsung saja didorong dari luar.
Wanita muda yang bernama Nur itu sempoyongan, begitu seseorang menerobos masuk dengan membuka pintu secara paksa dan mendorong tubuhnya.
Heh ngapain aja sih kamu didalam rumah, buka pintu saja lama sekali ucap wanita tua tersebut menatap tajam kearah Nur, sambil berkacak pinggang.
Nur berusaha menegakkan badannya. Keadaannya yang memang sedang sakit membuat tubuhnya serasa lemas Tak bertenaga.
Maaf bu Nur sedang tidak enak badan ucap Nur menundukkan kepalanya,tidak berani memandang.
Alah alasan aja kamu, bilang aja kamu nggak mau kan kalau aku suruh -suruh. Bilang aja kamu itu pemalas.Ucap wanita tua itu lagi sambil menunjuk -nunjuk kearah Nur dan menoyor kepalanya.
Nur hanya diam saja tidak berani melawan,karena wanita tersebut adalah mertuanya sendiri.
Dan selama ini juga memang Nur selalu diperlakukan seperti itu.
Cepat ganti bajumu, jangan alasan lagi, aku tidak mau mendengar alasan apapun itu. Dirumah sedang ramai.Aku ingin untuk acaran tujuh bulanannya Sinta harus kamu yang memasaknya ucapnya lagi.
Lalu tanpa menunggu jawaban dari Nur, wanita tua bernama Lasmi tersebut segera meninggalkan rumah Nur.
Rumah mereka memang tidak jauh hanya terhalang lima rumah saja. Dengan berjalan kakipun cepat sampai.
Akhirnya Nur pun tidak membantah lagi. Segera saja dia mengganti bajunya,walaupun tidak ada baju yang bagus.
Sekalipun Nur tidak mengganti baju, sama saja baju yang dipakai sekarang pun tidak beda jauh dari baju sebelumnya.
Suaminya yang hanya seorang buruh pabrik pun dengan gaji pas -pas an nya itu, tidak pernah memberinya uang.
Semua gajinya selalu diberikan kepada ibunya sendiri. Lalu bagaimana dengan kehidupan Nur selama ini ?
Ya Nur selalu bekerja sendiri untuk dirinya makan.
Nur dan suaminya Angga sudah menikah hampir dua tahun. Selama itu juga Nur tidak pernah dinafkahi secara layak.
Angga juga jarang pulang kerumah, suaminya Nur ini selalu menginap dirumah ibunya dan makan dirumah ibunya tanpa memikirkan Nur istrinya sendiri.
Selama menikah hampir dua tahun ini pula mereka belum juga diberi momongan.
Ini lah sebabnya Nur paling males, kalau disuruh kumpul dirumah mertuanya.
Sebenarnya Nur sudah diberi tahu dari seminggu yang lalu, kalau dirumah mertuanya akan diadakan acara tujuh bulanan untuk adik iparnya Sinta.
Dan yang kebagian disuruh masak itu adalah Nur. Nur memang pintar masak. Masakannya juga enak. Makanya ibu mertuanya selalu menyuruhnya, daripada menyuruh orang untuk memasak dan diupah, jadi lebih baik Nur saja kan.
Walaupun memang sekarang Nur sedang sakit, tapi perintah mertuanya tidak bisa dibantah. Mau tidak mau Akhirnya Nur segera saja berjalan menuju rumah mertuanya.
Rumah Nur berada paling pojok diujung kampung. Rumah peninggalan kedua orang tuanya inilah satu -satunya harta yang ditinggalkan untuknya.
Rumah peninggalan kedua orang tuanya Nur ini sebenarnya sudah tidak layak huni.
Bangunannya juga sudah rapuh.
Atap rumahnyapun sudah hampir ambruk.
Tapi Nur tidak bisa berbuat apa -apa lagi, karena memang Angga suaminya juga tidak pernah perduli padanya.
Nur dipaksa menikah dengan Angga karena dulunya kedua orang tua Nur pernah meminjam uang pada Keluarga Angga.
Tapi karena tidak ada harta yang berharga, Akhirnya Nur dipaksa menikah dengan Angga.
Ibu Lasmi sebenarnya tidak pernah setuju Angga menikah dengan Nur.Tapi karena memang Angga yang sudah menyukai Nur sejak lama. Akhirnya terpaksa menikahkan keduanya.
Nur tidak pernah dianggap menantu ataupun dihargai.Nur selalu disuruh atau diperintah seperti babu.
Begitupun Angga, setelah menikah dengan Nur, sama sekali tidak pernah menganggapnya istri ataupun menghargai Nur sebagai istrinya.
Sesampainya dirumah mertuanya, Nur langsung saja mlipir kearah pintu belakang. Didepan rumah mertuanya sudah ramai dengan beberapa saudara dan para tetangganya yang sudah berkumpul.
Tenda juga sudah dipasang dan kursi plastik juga sudah berjejer. Maklum lah ya namanya juga diperkampungan, ya seperti itu.
Rumah ibu mertua juga lumayan bagus dan besar .Sinta anak bungsu ibu Lasmi menikah dengan orang kota yang katanya orang kaya.
Ya memang nampak juga dua mobil mewah dipinggir jalan rumah ibu Lasmi.
Selama ini Sinta dan suaminya tinggal dirumah ibu Lasmi.
Tapi suaminya Sinta bekerja dikota dan kalau pulang kekampung pun kadang sebulan sekali atau lebih.
Yang membuatku bingung adalah Sinta dan suaminya ,padahal baru menikah lima bulan yang lalu tapi sekarang udah mau tujuh bulanan aja.
Ah aku tidak mau ikut campur urusan mereka. Begitu sampai dipintu dapur semua orang langsung melirik kearah kedatangan nya.
wah....Nur ko kamu baru datang sich ucap siibu baju merah.
Iya Nur aturan kamu tuh kalo mertua ada acara penting seperti ini tuh kamu datangnya pagi.Biar kamu ketularan cepat hamil seperti si Sinta adik iparmu ucap siibu yang lain ikut menimpali.
Iya bener tuh Nur ,kamu kan sudah dua tahun menikah dengan si Angga, tapi belum juga punya anak. Sedangkan si Sinta dan teman -temanmu sudah pada hamil dan punya anak. Ucap siibu baju merah lagi.
Kedua ibu yang lain juga ikut menganggukan kepala setuju. Apa kamu mungkin mandul Nur ucap siibu baju merah lagi tanpa memikirkan perasaan Nur.
Nur hanya diam saja, tidak mengucapkan sepatah katapun. Walaupun hatinya sakit mendengar semua orang mengatakan dirinya mandul.
Betul Nur, kamu itu harus cepat punya anak loh, takutnya nanti si Angga tuh cari perempuan lain lagi untuk punya anak.
Kepala Nur yang sedang pusing dan tubuhnya sedang sakit pun bertambah semakin jadi, begitu mendengar semua orang bicara padanya.
Sebagaimana dirinya sudah berusahapun kalau Allah belum berkehendak memberikannya momongan apa yang harus Nur lakukan, selain bersabar dan ikhlas.
Nur pun langsung saja mengeksekusi semua bahan yang sebelumnya sudah disiapkan para ibu -yang ada disitu.
Nur tidak ingin berlama -lama lagi. Disaat semua orang sedang sibuk memasak muncullah ibu mertuanya.
Kamu sudah datang rupanya. Semuanya harus cepat selesai ya. Awas masakannya harus enak, kamu jangan membuatku malu Nur.
Tamu yang datang juga ada dari kota ucap ibu mertua Nur. Semua orang hanya melirik sebentar kemudian melanjutkan lagi pekerjaannya masing -masing.
Hebat loh bu Lasmi ini, mendapatkan mantu orang kaya dari kota pula. Saya sampai iri sama bu Lasmi ucap siibu baju merah.
Tentu saja Dong Ibu -Ibu, anak saya itu kan cantik, ya pasti harus mendapatkan suaminya yang kaya juga. Ucap ibu Lasmi membanggakan anaknya.
Menantu saya juga kerja diperusahaan besar dikota. Gajinya juga besar, semua gajinya diberikan kepada Sinta anak saya. Saya sangat beruntung, nggak kaya menantu saya yang lain ucapnya.
Udah miskin, kampungan, mandul pula haduh saya memang sial dapat menantu yang seperti itu. Kalau bukan dulunya anak saya yang suka padanya, saya ogah menikahkan mereka ucapnya pedas.
Nyut... Nur begitu sakit mendengar kata ibu mertuanya. Nur tersinggung, hatinya sakit. Kalaupun dulu juga tidak dipaksa kedua orang tuanya mana sudi Nur mau menikah dengan anaknya.
Nur tidak berani bicara apa-apa, karena kata -kata ibu mertuanya selalu kejam dan menyakiti hatinya.
Berani saja sedikit Nur bicara ,pasti hutang kedua orang tuanya dulu yang memang tidak seberapa itu pasti akan diungkit.
Ibu Lasmi berhasil membanggakan dirinya didepan para tetangganya dan ujungnya selalu menjelekan Nur.
Setelahnya dia kembali masuk kedalam rumah, setelah menyuruh ini dan itu kepada Nur.
Satu -satu masakan yang dimasak Nur sudah matang. Dengan dibantu para ibu -ibu yang ada didapur tersebut, Akhirnya masakan selesai juga.
Nur dan para ibu -ibu segera saja menyajikannya diatas meja makan .Para tamu undangan sudah berdatangan.
Ada juga keluarga suaminya Sinta dari kota juga turut hadir. Nur mengedarkan pandangannya tanpa diduga sosok suaminya Angga sedang duduk dengan santainya, tanpa menghiraukan kehadirannya.
Saat Nur ingin menghampirinya tiba -tiba langkahnya terhenti. Nur tidak jadi untuk menemui Angga, karena disamping Angga duduk ,tampak juga seorang wanita cantik mungkin seumur Nur sedang asyik mengobrol dengannya.
Tapi Nur tidak mau berburuk sangka pada suaminya,mungkin saja itu tamu Sinta adik iparnya dari kota, karena dilihat dari penampilannya yang modis.
Eh.... Mbak Nur ngapain disini, emang masaknya udah selesai. Bukannya Ibu menyuruh Mbak masak didapur ya?.
Trus ngapain Mbak ada disini, tempat ini nggak cocok buat Mbak. Ucap Sinta yang tiba -tiba saja muncul disamping Nur.
Nur melirik kearah Sinta yang muncul disampingnya.
Oh iya masaknya udah selesai, nih lagi ditata dimeja ucap Nur menunjuk keatas meja.
Sinta meliriknya, memang benar banyak bermacam -macam masakan yang sudah tersaji dan tampak menggugah selera.
Oh bagus lah, dan sebaiknya Mbak kbali lagi aja kedapur, jangan muncul disini, malu aku Mbak. Lihat Mbak bau bawang dan juga lihat penampilan Mbak yang kucel dan dekil uh ucap Sinta lagi sambil menutup hidungnya dengan tangannya.
Bukannya berterimakasih ,karena Nur sudah bersedia menyiapkan semua masakan untuk para tamunya. Tapi perlakuannya sangat menyakiti hati Nur.
Nur pun tidak menyahut lagi. Karena kehadirannya juga sudah tidak diharapkan lagi, Akhirnya Nur pun memilih pergi meninggalkan rumah mertuanya.
Ditambah juga badannya yang kurang sehat dan kepalanya juga terasa pusing. Nur pulang kerumahnya sendiri dengan melewati pintu belakang saat pertama tadi dirinya masuk .