"Setelah dari rumah Nur, Angga dan ibunya pulang. Sepanjang jalan Lasmi terus saja menggerutu, ia tidak menyangka kalau Nur bisa mendapatkan uang dan dapat membayar hutangnya.
"Kurang ajar, dapat uang dari mana wanita mandul itu, apa kamu tau?
Apa lagi tadi disana ada si Darmi yang membelanya, makin besar kepala dia.
Aku juga tidak tau bu, dari mana dia bisa mendapatkan uang itu dalam waktu cepat ucap Angga bingung.
Bukankah dia bekerja beberapa hari ini, Tapi mana mungkin dia bisa cepat mendapatkan uang ini. Apa dia menjual diri? Ucap Lasmi lagi.
Sudahlah bu, yang penting kan dia bayar lunas hutang ibu. Lagipula dia sudah tidak kita butuhkan lagi. Sebentar lagi ibu akan mendapatkan menantu yang kaya raya.
Tinggal ibu urus aja pernikahanku secepatnya dengan Bela ucap Angga lagi.
Benar juga ngapain ibu terus mikirin wanita sial itu, tapi ibu ingin balas dendam Angga, wanita sial itu sudah mempermalukan ibu didepan si Darmi.
Ibu ingin kamu memberinya pelajaran.
Bagaimana menurutmu?
Ibu tenang saja, aku sudah punya rencana bagus untuk ini, biar dia tau diri dia sudah berani berurusan dan melawan kita.
Apa rencanamu? Ibu ingin dia kapok, kalau perlu dia sujud dikaki ibu ucap Lasmi lagi.
Akhirnya motor yang dikendarai Angga sampai rumahnya.
Merekapun turun dan langsung masuk kedalam rumah. Didalam rumah Sinta sedang duduk manis. Dilihatnya kakak dan ibunya datang segera saja ia menyambutnya dan bertanya.
Kalian sudah pulang, bagaimana apa wanita pembawa sial itu berhasil membayar hutangnya? Menurutku pasti dia tidak punya uang kan untuk membayar hutangnya. Untuk makan dan kebutuhan sehari -harinya saja susah, apa lagi untuk mengumpulkan uang jutaan ucap Sinta tersenyum remeh.
Pasti dia akan jadi pembantu kita seumur hidupnya dirumah kita iya kan.
Ucap Sinta yakin.
Kamu salah Sinta, wanita mandul itu dapat membayar hutangnya dengan lunas ucap Lasmi ibunya.
Loh ko bisa, bisa dapat uang dari mana dia ucap Sinta heran.
Kami juga tidak tau. Tapi yang membuat ibu tambah membencinya, tadi dia meminta saksi pada Darmi saat akan membayar hutangnya. Ucap Lasmi kesel dia mengepalkan tangannya erat.
Bu Darmi?.... Ngapain dia ada disana dan ikut campur urusan kita bu?
Itulah kita juga tidak tau tiba -tiba saja dia muncul dirumahnya Nur dan menjadi saksi lunasnya hutang kedua orang tuanya. Ucap Angga ikut bicara.
Apa mereka sekongkol dan wanita sial itu meminjam uang dari Bu Darmi, bisa saja kan ucap Sinta memandang keduanya.
Bisa jadi, tapi intinya ibu ingin wanita sial itu diusir saja dari kampung ini, ibu sudah muak melihat wajahnya yang sok Minta dikasihani semua orang.
Bagaimana menurut Kalian? Apa kalian setuju dengan usul ibu ucap Lasmi menyeringai jahat.
Sinta dan Angga saling pandang keduanya ikut tersenyum dan mereka juga setuju kalau misalkan Nur diusir dari kampung Dukuh ini.
Aku setuju, aku ikut kalian memangnnya apa rencana yang akan kita lakukan untuk menyingkirkannya?
Kalian tenang saja serahkan semua urusan ini padaku ucap Angga yakin.
Mereka bertiga tersenyum senang.
Aku punya ide bagus nih, tapi terserah kalian setuju atau tidak, tapi rencanaku ini sangat bagus agar secepatnya wanita sial itu pergi dari kampung ini ucap Sinta.
Apa rencanamu Sinta, katakan pada kita agar kita bisa bergerak cepat ucap Lasmi.
Kita pergi kedukun sakti, kita buat wanita sial itu terkena sakit. Dan kita hasut semua warga kampung Dukuh ini agar wanita sial itu diusir dari sini.
Bagus idemu sungguh cemerlang, maksudmu kita hasut warga kalau wanita mandul itu terkena penyakit aneh dan penyakitnya itu bisa membawa sial pada kita semua kalau wanita mandul itu tidak segera kita usir dari kampung Dukuh ini.Dan pasti si Nur dari kampung ini akan secepatnya diusir para warga begitu maksudmu ulang Lasmi lagi.
Tepat sekali, bagaimana ideku bagus kan ucap Sinta yakin.
Tapi dimana kita bisa mendapatkan dan mencari dukun sakti itu? Angga dan Lasmi tampak berpikir bingung.
Kalian tenang saja, aku punya kenalan dukun sakti, buktinya aku bisa memelet Mas Erwin yang kaya raya dan bisa menikahinya.
Apa..... Ucap Angga dan Lasmi kaget, mereka baru tahu kalau Sinta menggunakan pelet untuk memikat Erwin.
Ya seperti yang kalian lihat kan, Mas Erwin begitu tergila -gila padaku ucap Sinta bangga.
Angga dan ibunya manggut -manggut, mereka setuju dengan usul Sinta.
Dimana tempatnya ? Kapan kita akan memulainya ucap Lasmi tidak sabar.
Tunggu dulu bu sabar, kita pasti akan secepatnya melakukan itu.
Nanti tempatnya akan kuberi tahu, tapi kalian jangan kaget karena letak rumahnya sangat jauh dan adanya ditengah hutan sana, tunjuk Sinta kerarah hutan lebat yang jauh.
Apa kamu yakin kita akan berhasil menyingkirkan wanita sial itu ?
Ibu dan Mas Angga tenang saja, buktinya akupun berhasil bisa menaklukkan hatinya Mas Erwin.
Setelah selesai dengan rencana mereka, Akhirnya merekapun istirahat kekamar masing -masing.
""Keesokan harinya Nur bangun lebih pagi, hatinya sangat senang beban yang begitu berat selama ini terasa hilang terhempas begitu saja. Nur meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku.
Cahaya matahari masuk kecelah -celah bilik kamarnya yang terlihat sudah keropos. Nur mengedarkan pandangannya. Dilihatnya atap rumahnya yang sudah lapuk hampir ambruk.
Kini saatnya Nur harus bangkit semangat bekerja untuk mengumpulkan uang kembali untuk merombak rumahnya.
Rencananya Nur hari ini akan kerumah bu Darmi , karena kemarin bu rt datang dan menyuruhnya untuk bekerja dirumahnya.
Nur membereskan rumahnya terlebih dahulu, setelahnya memasak, Karena perutnya sudah lapar. Saat menunggu nasi matang Nur membersihkan diri.
Setelah sarapan Nur gegas keluar rumah dan menuju rumah bu Darmi .
Asalamualaikum.... Waalaikumsalam, mari masuk Nur, ibu sudah menunggumu dari tadi.
Ibu kira kamu tidak jadi datang, ibu khawatir dengan keadaanmu Nur. Ucap bu Darmi.
Nur baik -baik saja bu, malah lebih baik dari sebelumnya. Beban berat yang selama ini Nur rasakan serasa hilang sirna ucap Nur tersenyum.
Sukurlah Nur, ibu doakan kamu bahagia kedepannya dan bisa mendapatkan jodoh yang lebih baik lagi.
Nur hanya menganggukan kepala saja dan tersenyum. Nur belum memikirkan hal itu untuk sekarang ini. Nur masih trauma dengan kehidupan sebelumnya.
Setelah diarahkan ini dan itu Akhirnya Nur pun menyelesaikan tugasnya. Nur membersihkan seluruh rumah Bu Darmi, mencuci baju, menggosok baju dan lainnya. Untuk memasak Bu Darmi sendiri turun tangan.
Sorenya Jam lima semua pekerjaan selesai Nur kerjakan. Bu Darmi tidak meragukan lagi karena memang Nur sudah biasa melakukan tugas rumah danlainnya.
Setelahnya Nur pulang. Nur juga diberi sekantong bawaan dan upah uang sebesar 100 ribu rupiah.
Sesampainya dirumah Nur segera saja mandi. Sekarang Nur tidak lagi mandi kesungai. Ada pancuran air yang Nur buat sendiri hingga mengalir kerumahnya.
Nur membuka bungkusan plastik pemberian dari Bu Darmi, ada beras dan lauk mateng beserta nasinya. Bu Darmi memang baik dan tidak sombong walaupun orang kaya.
Nur beruntung mason punya tetangga yang baik dan perduli padanya. Setelahnya Nur makan karena memang perutnya sudah lapar, waktu juga sudah lewat magrib.
Nur langsung istirahat, tubuhnya sangat lelah seharian bekerja dirumah Bu Darmi. Entah bagaimana besok. Rencananya besok Nur mau memanen sayuran yang ada dipekarangan rumahnya dan akan menjualnya kepasar.
Keesokan harinya Nur bergegas membersihkan diri, lalu membereskan rumahnya. Nur membuka kamar kedua orang tuanya.
Kamarnya tidak berdebu walaupun tidak pernah ditempati karena Nur rajin membersihkannya. Rumah kedua orang tua Nur tidaklah besar, tapi ada dua kamar, ruang tengah dan dapur ukuran kecil saja.
Nur membuka jendela kamar orang tuanya. Udara masuk kedalamnya rasanya begitu segar. Nur sesaat menghirupnya dan diam sejenak mmemejamkan matanya .Nur sangat merindukan kehadiran orang tuanya. Terbayang saat kecil dulu dirinya dengan kedua orang tuanya. Tanpa terasa air mata Nur jatuh menetes. Nur segera mengusapnya, dilihatnya dari jendela kamar Orang tuanya tanaman sayurnya melambai -lambai Minta segera dipanen.
Ini lah yang membuat Nur jarang masuk ke kamar kedua orang tuanya, Nur selalu rindu dan pasti akan mengingatnya.
Ada ranjang dipan yang tampak sudah rapuh dan dialasi kasur lapuk.
Ada juga lemari kayu jati yang tampak masih kokoh dan bagus.
Nur mengedarkan pandangannya sekeliling kamar tersebut. Tidak ada yang berharga ataupun barang mahal semuanya tampak lapuk dan kumal.
Tapi Nur tidak pernah membuang ataupun menggantinya. Nur membiarkanya saja seperti itu dan tidak pernah menyentuhnya.
Nur mencoba membuka lemari jati setinggi satu Meter lebih itu.
Lemari itu selalu terkunci rapat, dan Nur pun tidak pernah sama sekali mbukanya semenjak terakhir ibunya meninggal.
Nur pun tidak tau apa isi didalamnya.
Hanya lemari jati ini saja yang terlihat masih kokoh dan bagus tapi yang lainnya tidak. Memang benar kualitas kayu jati memang bagus.
Dulu bapaknya Nur membelinya dari tetangganya yang butuh uang saat anaknya sakit. Kebetulan dijual dengan harga murah, dan bapak Nur yang membelinya.
Nur membuka lemari tersebut. Tampak baju kedua orang tuanya masih tertata rapi. Tidak ada baju bagus yang ada, semua baju sudah tampak pudar dan belel.
Kembali Nur menangis mengingat itu semua, disaat kedua orang tuanya masih hidup Nur belum bisa membahagiakannya dan sampai mereka meninggal pun kehidupan mereka begitu menderita.
Nur mengambil baju keduanya, Nur memeluk dan mencium baunya. Nur begitu merindukan kedua orang tuanya. Nur pun menangis sesenggukan.
Nur melirik kearah rak lemari paling bawah. Nur segera menelisik, penasaran dengan apa yang dilihatnya. Aneh ada bedongan bayi lengkap dengan beberapa baju bayi.
Nur segera mengambilnya, dan disaat dirinya membuka lembaran kain bedongan tersebut, sesuatu jatuh dari dalamnya.
Sebuah kalung indah bertahtakan berlian dan dengan liontin hati besar terbelah. Nur segera mengambilnya dan mengamatinya dengan teliti.
Punya siapa pikirnya. Dadanya berdebar aneh, tidak mungkin kedua orang tuanya memiliki kalung yang begitu indah dan mewah.
Kedua orang tuanya tidak pernah memberitahukannya. Dan Nur pun tidak pernah menanyakannya karena memang tidak tau.
Dilihatnya dari kain bedongannya juga terlihat seperti barang mahal. Kainnya lembut juga indah. Tidak mungkin kedua orang tuanya sanggup untuk membeli barang mahal tersebut.
Pikiran Nur berkecamuk, banyak yang ia duka dalam Pikirannya, mungkinkah, ia kah, benarkah atau salahkah. Ah Nur begitu pusing memikirkannya.
Nur segera membereskan kembali kain bedongan tersebut. Dan memasukannya kembali ketempat semula. Nur hanya mengambil kalung liontin itu dan memakainya.
Kalung berlian itu tampak unik berkilau dan mewah. Nur segera mengunci kembali lemari tersebut.
Setelahnya Nur keluar dari kamar kedua orang tuanya. Nur akan memanen sayuran yang tumbuh subur dipekarangan rumahnya.
Rencananya Nur akan menjualnya kepasar.
Setelah semua dipanen Nur pun segera menjualnya kepasar.
Apa yang akan terjadi pada Nur selanjutnya ya?
Kalung milik siapa sebenarnya yang Nur temukan itu?