"Nur adalah seorang gadis yang cantik dan ceria. Nur memang bukan lahir dari Keluarga yang kaya raya.
Kedua orang tua Nur hanya sebagai buruh serabutan yang tidak tentu.
Keluarga Nur adalah Keluarga miskin.
Namanya hidup dikampung, tidak ada pekerjaan yang menunjang.
Nur berencana untuk bekerja dikota tapi, kedua orang tuanya tidak pernah mengijinkannya. Menurut kedua orang tuanya hidup dikota itu sangat keras. Apalagi Nur hanya tamatan SMP saja.
Itupun pendidikan paling bagus untuk Nur, karena Nur bisa lulus sampai disekolah tersebut. Keadaan Keluarga Nur yang miskin membuat Nur harus putus sekolah.
Ditambah juga bapaknya Nur yang sering sakit -sakitan. Nur pun tidak tega jika harus meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah tua renta.
Entahlah tapi kedua orang tua Nur ini pantasnya disebut Nenek dan Kakek bagi Nur. Tapi Nur tidak pernah bertanya ataupun mempermasalahkannya, mungkin saja kedua orang tuanya telat hamil saat Nur lahir kedunia.
Saat Nur menginjak usia 16 tahun ,bapak Nur meninggal dengan meninggalkan hutang pada ibu Lasmi tetangga dekatnya, yang hanya terhalang lima rumah saja dari rumah kedua orang tuanya.
Dulu bapaknya Nur meminjam uang untuk kebutuhan sekolah Nur dan untuk biaya makan sehari -Hari.
Uang yang dipinjam bapaknya Nur totalnya lima juta Rupiah.
Ibu Lasmi tetangganya tersebut selalu terus saja menagihnya bahkan hampir setiap hari.
Setelah kematian bapaknya Nur tingkah ibu Lasmi makin menjadi.
Dua tahun kemudian, karena Nur dan ibunya tidak sanggup juga untuk membayar hutang, Akhirnya Nur pun dipaksa menikah dengan Angga anaknya Bu Lasmi.
Angga memang sudah lama menaruh hati pada Nur. Setiap kali Nur mandi disungai Angga selalu mengintipnya, tanpa sepengetahuan Nur.
Akhirnya Angga memaksa Ibunya untuk dinikahkan dengan Nur sebagai ganti hutangnya. Awalnya By Lasmi tidak setuju, tapi Angga terus memaksanya.
Mau tidak maupun Akhirnya bu Lasmi terpaksa menikahkan Angga dan Nur.
Nur juga awalnya menolak keras, tapi Nur tidak bisa berbuat apa -apa untuk membayar hutang kedua orang tuanya, itu juga untuk kebutuhannya sendiri.
Setelah Nur dan Angga menikah, ibunya Nur pun meninggal. Kini Nur hidup sebatang kara. Walaupun ada Angga suaminya tapi Nur seperti hidup sendiri dan seperti tidak punya suami.
Angga tidak pernah tidur dirumahnya, Angga juga tidak pernah menafkahinya. Nur hanya dijadikan seperti babu saja oleh Keluarga suaminya.
Keluarga suaminya tidak pernah menganggapnya sebagai Keluarga ataupun menantu, begitupun Angga suaminya sendiri.
Angga akan datang kerumahnya disaat Angga hanya menginginkan dirinya saja. Begitupun dengan ibu mertuanya, kalau datang kerumahnya disaat membutuhkan tenaganya saja.
Hampir dua tahun lamanya Nur selalu diperlakukan seperti itu oleh suami dan seluruh Keluarga nya. Nur tidak bisa berontak karena mereka semua pasti akan mengungkit hutang kedua orang tuanya dulu yang pernah dipinjamnya.
Nur selalu bekerja apa saja untuk menghidupi dirinya sendiri. Kadang jadi buruh cuci atau apapun itu. Angga tidak pernah sama sekali perduli padanya.
Pernah Nur meminta uang disaat dirinya sakit untuk berobat, tapi Angga tidak sama sekali perduli padanya. Angga selalu mengatakan tidak pernah pegang uang. Semua uang gajinya diberikan pada ibunya.
Dari situ Nur tidak pernah lagi meminta ataupun mengharapkan apapun lagi dari Angga. Beruntung kedua orang tuanya meninggalkan sepetak tanah yang kini Nur tinggali.
Tidak besar memang ,Tapi cukuplah untuk Nur. Kalau tidak ada sepetak tanah tersebut mau tinggal dimana Nur, sedangkan Angga saja sebagai suaminya tidak pernah menganggapnya sebagai istrinya.
Beruntung juga Nur belum diberi momongan, tapi mungkin juga Karena Nur belum juga diberi momongan suami dan mertuanya selalu memperlakukannya seperti ini.
Tapi kalau seandainya Nur juga diberi momongan dan kelakuan suami dan seluruh Keluarga suaminya tidak juga berubah, bagaimana nasib Nur dan anaknya nanti, ah Nur tidak dapat membayangkannya.
Untuk makan dirinya saja Nur kesulitan, apalagi dengan kehadiran anaknya nanti. Rezeki memang sudah diatur oleh Allah. Tapi Nur belum siap kalau harus melihat anaknya menderita.
Pagi ini Nur sedang duduk diteras rumahnya. Nur melihat sekeliling rumahnya. Ada halaman kecil didepan rumahnya. Tidak begitu luas tapi sepertinya cocok kalau ditanami sedikit sayuran.
Nur berencana akan membeli bibit sayuran, kalau sudah mendapatkan uang. Disaat dirinya sedang melamun Nur kedatangan bu rt kerumahnya.
Asalamualaikum Nur... Waalaikum salam bu rt, tumben datang kemari pagi begini, ada apa ya? Ucap Nur kaget, tidak biasanya bu rt dtng kerumahnya pagi begini.
Oh tidak ada apa -apa Nur hanya mampir aja,ucap bu rt ramah.
Lalu keduanya bersalaman disaat Nur berdiri menyapanya dan menyuruhnya masuk.
Mari masuk bu rt, maaf tapi keadaan rumahnya begini.
Tidak apa -apa Nur, saya disini saja ucap bu rt sambil mengedarkan pandangannya menilik keadaan rumah Nur yang hampir semuanya rapuh.
Nur pun tidak bisa memaksa, Akhirnya bu rt pun duduk diteras rumah bersama Nur.
Begini Nur sebenarnya kedatangan saya kerumah mu ini mau meyuruhmu bekerja dirumah saya, apa kamu mau?
Soalnya pembantu yang ada dirumah ibu itu sedang pulang kampung ada Keluarga nya yang sedang sakit. Jadi kalau kamu mau, kamu bisa menggantikannya untuk sementara ini, bagaimana apa kamu mau ucap bu rt melirik kearah Nur yang duduk disampingnya.
Tentu saja Nur mau, memang Nur sedang membutuhkan pekerjaan, tidak masalah seberapa lamanya yang penting bagi Nur, dirinya bisa bekerja dan mendapatkan uang untuk kebutuhannya sehari -hari.
Tentu saja saya mau bu. Kapan saya bisa mulai bekerja ucap Nur begitu antusias.
Bu rt tersenyum kearah Nur lalu menjawab. Mungkin mulai besok Nur, sudah mulai bekerja.
Ibu senang kalau Nur mau bekerja dirumah ibu, untuk menggantikan pekerjaan pembantu ibu yang sedang pulang, ucap bu rt lagi.
Baiklah bu saya akan datang besok ucap Nur lagi.
Baiklah begitu saja ya Nur, besok ibu tunggu kamu dirumah kalau begitu ibu pulang dulu ucap bu rt lagi lalu berdiri dari duduknya dan pamit pergi.
Setelah bu rt pergi, Nur hendak masuk kedalam rumah, tapi sebelum dirinya beranjak masuk, dilihatnya Angga suaminya datang dengan mengendarai sepeda motor.
Motor itu terparkir dihalaman rumahnya begitu saja.
Nur aku pulang ucap Angga setengah berlari menghampiri Nur.
Lalu masuk kedalam rumah mendahuluinya, dan duduk dikursi bambu yang sudah reyot.
Nur aku datang kesini atas perintah ibu.
Kamu disuruh kerumah untuk membereskan rumah ibu, setelah acara tujuh bulanannya Sinta ucap Angga tanpa bersalah sedikitpun.
Nur berdiri didepan Angga dan menatapnya tajam.
Apa tidak ada orang lain yang bisa membereskan rumah ibumu selain aku Mas ucap Nur.
Tidak ada Nur, hanya kamu yang ibu suruh. Lagi pula kalau menyuruh orang kan harus dibayar. Kalau kamu yang mengerjakannya kan nggak bayar ucap Angga enteng.
Tapi besok aku nggak bisa, aku mau kerja Mas.
Alah Nur.... Nur kerja apa kamu disini. Kamu itu hanya tamatan SMP, miskin pula lihat penampilan kamu yang kucel dan dekil, mana ada orang yang mau mengajakmu bekerja ucap Angga lagi.
Nur tersinggung dengan omongan Angga.
Tapi walaupun begini, aku ini istrimu, tidak kah kamu menghargai atau menganggapku sedikit saja ucap Nur pada Angga.
Menganggap dan menghargai apa maksudmu Nur, kamu dengar ya harusnya kamu itu bersyukur aku yang menikahimu, coba kalau bukan aku yang menikahimu tidak ada orang yang mau sama kamu Nur.
Kamu itu ngaca dong, sadar diri kamu itu miskin tidak punya apa -apa jadi jangan melawan perintahku.
Ingat semua hutang kedua orang tuamu belum lunas semua, aku juga tidak sudi menikah denganmu kalau jadinya penampilan kamu jadi begini ucap Angga memandang jijik kearah Nur.
Tapi kenapa kamu masih mempertahankan aku kalau kamu sudah tidak suka padaku. Ceraikan aku kalau begitu, soal hutang kedua orang tuamu aku akan berusaha untuk menyicilnya ucap Nur yakin .
Apa.... Kau mau menyicil hutang kedua orang tuamu.
Ha..... Ha..... Ha.....
Hutang orang tuamu itu, kalau dibiarkan bertambah besar Nur dan sampai matipun kamu tidak akan sanggup untuk membayarnya ucap Angga tertawa meremehkan.
Dan satu lagi, jangan mimpi aku akan menceraikanmu, kamu itu akan kujadikan budak seumur hidupmu.
Sakit sekali Nur mendengar Angga berbicara seperti itu. Walaupun Angga dan Keluarga nya sudah biasa memperlakukannya seperti itu, tapi tetap saja hati Nur selalu merasakan sakit.
Baik lah aku pulang dulu, tapi sebelum itu aku menginginkanmu Nur ucap Angga bangkit dari duduknya dan mendekat kearah Nur.
Nur mundur dua langkah kebelakang. Nur merasa jijik dengan sikap dan sifat Angga. Bukan kah Angga merasa jijik padanya, tapi knp dia masih menginginkannya.
Mau apa kamu Mas, bukankah kamu tidak sudi dengan penampilanku yang kucel dan dekil ini, memangnya kamu tidak jijik melihat penampilanku yang seperti ini ucap Nur tersenyum meremehkan.
Apa maksudmu Nur, Angga tersinggung ingat kamu itu istriku sekarang jadi kamu harus melayani kemauanku.
Cuih.... Istri seperti apa yang aku ini, yang tidak pernah kau anggap dan kau hargai, apa kau tidak malu bicara begitu.
Kurang ajar.... Kamu Nur beraninya kamu menolak aku hah.
Plak.... Plak.... Plak....
Angga marah direndahkan oleh Nur, Angga menampar Nur dan menyeretnya kedalam kamar.
Ikut aku, dan layani aku seperti biasa cepat, kalau tidak aku akan menyiksamu ucap Angga menarik tangan Nur dan menyeret paksa.
Nur pun tidak bisa berontak, sekuat dirinya berontak dan melawan, Nur tidak akan sanggup melawan tenaga Angga.
Nur menangis sesenggukan, betapa hidupnya tersiksa dan menderita. Nur sebenarnya sudah cape terus diperlakukan seperti ini.
Kalau tidak dosa ingin sekali rasanya Nur bunuh diri saja.
Setelah puas Akhirnya Angga pun meninggalkan rumah Nur.
Nur segera saja memakai bajunya. Nur merosot kelantai badannya remuk redam, bathinnya tersiksa.
Nur menangis sampai Akhirnya tertidur. Sorenya Nur bangun, ia mendengar gedoran pintu yang cukup keras.
Dor..... Dor..... Dor.....
Buka pintu Nur..... Kurang ajar kamu ya, beraninya kamu melawanku ucap suara seseorang yang sangat Nur hapal. Siapa lagi kalau bukan suara bu Lasmi mertuanya sendiri.
Dor..... Dor..... Dor...
Nur cepat buka, kalau tidak rumahmu akan kurobohkan teriaknya lagi.
Nur pun bergegas bangkit untuk segera membukakan pintu sebelum rumahnya dirobohkan.
Kriet... Pintu terbuka cukup lebar. Terlihat oleh Nur ibu mertuanya sedang berkacak pinggang dan menatapnya tajam.
Plak..... Plak..... Plak.....
Tanpa sebab apa ibu mertuanya tiba --tiba saja menamparnya dan mencengkram dagunya dengan kuat.
Kurang ajar kamu wanita miskin pembawa sial dan mandul, heh dengar baik -baik ya, sudah sukur aku menikah kanmu dengan Angga anaku.
Berani melawan kamu ya, sampai tidak mau lagi aku perintah. Heh mandul asal kamu tau hutang Keluarga mu itu banyak sampai matipun kau tidak akan sanggup membayarnya.
Mau dibayar pake apa hah, mau kau cicilpun belum tentu kau sanggup. Bahkan dengan menjual tubuhmu saja juga tidak akan sanggup kau bayar.
Tidak akan ada yang sudi dengan mu, dijual pun kau takan laku. Lihat penampilanmu dekil dan kumal kampungan lagi,Cuih..... Ucap bu Lasmi meludah ke wajah Nur.
Nur memalingkan mukanya. Andai sanggup ingin sekali Nur mendorong tubuh mertuanya dan menampar mulutnya yang tajam setajam silet itu.
Bahkan mungkin lebih tajam dari silet.
Bu Lasmi langsung menyentak dagu Nur dan ganti menjambak rambutnya Nur.
Rasakan ini wanita pembawa sial, beraninya kamu melawan perintahku. Awas aja kalau sampai kamu berani mealawanku lagi, aku tidak segan -segan akan membakarmu bersama rumah reyotmu ini.
Awwsssh..... Sakit bu lepaskan ucap Nur memenang rambut nya dengan kedua tangannya, karena ibu Lasmi menjambaknya, sampai kepala Nur mendongak.
Wanita pembawa sial dan tidak tau diri sepertimu memang pantas diperlakukan seperti ini.
Cepat ikut kerumahku dan bereskan seluruh rumahku yang berantakan ucap Bu Lasmi sambil menyeret Nur keluar dari rumah dan melepaskan jambakannya.
Nur pun menurut, lalu mengekor dibelakang mertuanya. Walaupun badannya remuk redam dan hatinya sakit akibat perbuatan ANgga dan mertuanya, sayang sekali Nur tidak bisa melawannya.
Para tetanggapun tidak ada yang berani ikut campur, dan membantu Nur, mereka semua tau bagaimana sifat ibu Lasmi mertuanya, yang galak dan kasar.
Bu Lasmi memang cukup berada dikampungnya. Rumahnya juga besar. Setelah suaminya meninggal ibu Lasmi tidak menikah lagi.
Suaminya meninggalkan beberapa warisan tanah dan lainnya. Bu Lasmi juga suka meminjamkan uang dengan bunga tinggi.
Walaupun pinjaman dengan bunga tinggi, tetap saja banyak para tetangganya yang meminjam uang untuk kebutuhan hidup dan sawah mereka bagi yang punya sawah untuk modal awal.
Kalau tidak ada yang sanggup bayar maka sebagai jaminannya adalah rumah, sawah atau harta benda berharga warga.
Makanya ibu Lasmi termasuk paling kaya dan rumahnyapun besar mengalahkan rumah bu rt.
Sesampainya dirumah mertuanya Nur segera saja melakukan tugasnya sebagaimana mestinya .Hari sudah menjelang magrib. Perut Nur terasa keroncongan karena belum terisi nasi sama sekali.
Dirumahnya tidak ada apa-apa, uang pun Nur tidak punya. Hidupnya sunguh benar -benar menderita dan tersiksa.
Nur segera membereskan meja makan, dapur dan seluruh rumah bu Lasmi yang berantakan seperti kapal pecah.
Disaat Nur sedang mengepel, entah disengaja atau tidak Sinta muncul dan menendang ember pelannya sampai airnya tumpah.
Upsh..... Maap Nur nggak sengaja ucapnya .Lagian knp kamu naro ember pelmu depan jalan sih, aku kan mau lewat ga bisa ucapnya.
Sinta pun berjalan ingin menuju dapur, Tapi sepertinya kesialan sedang menimpanya. Sinta menginjak air pel an yang ia tumpahkan sendiri.
AAAWWSH... sakit.... Tolong. Teriaknya, meringis kesakitan memegang perut dan bokongnya yang basah. Sinta terjatuh dan kakinya kepeleset.
Beruntung dia jatuhnya terduduk coba kalau yang kena perutnya ,bisa lahiran mendadak dirinya.
Ibu... Mas Anggga..... Tolong sakit.... Awash ringisnya lagi.
Nur kaget melihatnya, segera saja Nur membantu menolong Sinta dengan mengulurkan tangannya.
Sinta kamu tidak apa -apa, ayo aku bantu ucap Nur.
Heh semua ini salahmu, kamu bilang tidak apa -apa, lihat aku sedang hamil besar, kamu pasti iri kan karena aku bisa hamil sedangkan kamu tidak.
Kamu ingin mencelakaiku kan iya kan teriak Sinta nyalang.
Ibu Lasmi dan Angga muncul bersamaan, mereka begitu terkejut saat melihat Sinta terduduk dilantai.
Hai ada apa ini ucap Angga.
Mas tolong aku mas, dia mau mencoba mencelakaiku.
Ya ampun Sinta sayang apa yang terjadi ucap Lasmi menghampiri Sinta dan berjongkok dihadapannya.
Apa..... Ucap mereka berdua melirik kearah Nur yang berdiri didepan Sinta.
Iya bu, mas Angga dia mau mencelakaiku dengan membuat lantai ini basah.
Lihat lantainya basah, aku mau lewat jadi jatuh kepeleset ucap Sinta meringis .
Kurang ajar kamu Nur, beraninya kamu mau mencelakai anak dan cucu kesayanganku hah.
Plak..... Plak.... Plak....
Ibu Lasmi langsung berdiri dan menampar Nur.
Nur memegangi pipinya yang terasa panas. Karena sebelumnya Angga dan Ibu mertuanya sudah menamparnya.
Bersihkan cepat, kalau tidak kau akan kukurung digudang ucap Angga marah lalu menjambak rambut Nur.
Nur meringis kesakitan.
Awsh..... Sakit Mas, ini semua bukan salahku, tapi Sinta yang sudah menumpahkan airnya dan sengaja menendangnya, jadinya dia kepeleset, ini semua bukan salahku ucap Nur membela diri.
BOHONG.... BU... MAS dia memang sengaja ingin mencelakaiku, dia iri melihat aku bisa hamil sedangkan dia tidak. Dia ingin mencelakaiku dan anakku, makanya dia sengaja melakukannya ucap Sinta lagi menuduh Nur.
Nur menggelengkan kepalanya menolak apa yang Sinta katakan. Tapi Pecuma membela diri, benar atau salahpun dirinya tetap disalahkan.
Bu Lasmi langsung mendorong tubuh Nur, dia begitu murka mendengar penjelasan dari anaknya.
Awas saja kalau samPai terjadi sesuatu kepada anak dan cucuku kamu akan aku bunch ucap Bu Lasmi menatap nyalang kearah Nur.
Angkat adikmu Angga bawa dia kekamarnya ucap Bu Lasmi pada Angga.
Angga pun langsung menggendong Sinta dan memindahkannya kekamarnya.
Sinta meledek Nur dengan menjulurkan lidahnya dan berucap tanpa suara rasain lu.
Nur pun tidak membantah lagi setelah puas Bu Lasmi mencaci makinya Nur pun langsung membersihkan kekacauan yang ada.
Pukul sepuluh malam semua pekerjaan baru selesai Nur segera saja pulang. Perutnya sudah keroncongan Minta diisi. Melihat seluruh Keluarga suaminya makan dengan lahap Nur hanya bisa mengusap perutnya saja.
Tidak ada yang perduli padanya, menawarinya makanpun tidak. Nur langsung saja meninggalkan rumah mertuanya dengan jalan kaki.
Disaat dirinya sedang berjalan tinggal berapa langkah lagi Nur melihat ada dua orang sepasang suami istri yang sedang berjalan kebingungan celingak celinguk.
Tidak ada perasaan takut sama sekali, gegas saja Nur menghampirinya.
Maaf nek, kek kalian mau kemana malam begini ucap Nur memandang keduanya aneh.
Oalah Nduk, kamu bikin kami berdua kaget saja ucap si nenek.
Kami dari kampung sebelah, Kami datang kemari ingin menemui cucu kami yang bernama Sodikin tapi, kami lupa rumahnya.
Kami juga kemalaman, ucap si kakek.
Pak Sodikin juragan sayur bukan Nek, Kek ucap Nur lagi.
Iya benar, apa kamu tau rumahnya Nduk? Dari isya tadi kami mencarinya tapi tidak menemukan rumahnya, kami lupa. Kami juga tidak melihat ada satupun warga yang lewat untuk kami tanyai ucap si nenek yang sudah kelelahan.
Saya tau rumahnya, mari saya antar bu ,warga kampung disini memang sepi Kalau sudah lewat magrib.
Rumahnya juga tidak begitu jauh mari ucap Nur lagi.
Alhamdulilah ya Allah, kalau saja tidak bertemu denganmu, entah bagaimana nasib kami, mungkin kami bisa kembali pulang lagi ucapnya.
Nurpun membawakan barang yang dibawa si nenek. Dan merekapun mengekor dibelakang Nur. Sepanjang jalan keduanya terus saja mengoceh.
Itu rumahnya Nek yang cat biru tunjuk Nur, pada sebuah rumah besar sebelah samping rumah mertuanya.
Gegas saja mereka menuju rumah tersebut.
Tok... Tok..... Tok....
Asalamualaikum..... Waalaikum salam ucap suara dari dalam. Muncullah seorang wanita seumur mertuanya.
Loh Nur ngapain kamu malam -malam begini datang kerumahku ucap siibu.
Oh iya maap Bu Darmi ,saya mengantarkan nenek dan kakek ini ucap Nur melirik kebelakangnya, tapi tidak ada orang. Bu Darmi pun ikut melongokan kepalanya kebelakang Nur tapi tidak ada orang.
Siapa yang kamu maksud Nur ucap Bu Darmi heran.
Sebentar ucap Nur sambil menurunkan bawaannya, lalu dia berjalan keteras depan, dilihatnya si nenek dan kakek tersebut sedang berselonjor kaki mungkin karena sudah kelelahan.
Nur tersenyum dan menggelengkan kepalanya, tadi dia sempat berpikir buruk.
Bu Darmipun ikut mengekor dibelakang Nur dan melihat pada dua orang yang duduk dengan santainya.
Ya ampun ibu, bapak kalian datang kesini malem -malem kenapa nggak ngabarin ucap Bu Darmi kaget sekaligus khawatir.
Aduh bapa sama ibu cape Darmi. Kami berdua kesasar dan lupa rumah kalian, maklum lah kami berdua sudah pikun .
Kami ada disini dari magrib, tapi tidak ada satupun orang yang bisa kami tanyai, beruntung kami bertemu dengan gadis ini ucap si Nenek melirik kearah Nur.
Ya sudah ayo masuk, kita ngobrolnya didalam saja, kasian ini udah malem biar ibu sama bapak bisa istirahat ucap Darmi, memapah ibunya masuk disusul si kakek.
Nur pun pamit saja Karena memang waktu sudah malem juga.
Kalau begitu saya pamit saja ya bu, kek, nek, soalnya udah malem ucap Nur.
Eh tunggu sebentar Nur, ayo masuk dulu Tolong dibawain dulu bawaan kedua orang tua saya ucap Darmi menyuruh Nur.
Nur pun Akhirnya masuk kedalam rumah dan membawakan barang bawaan si nenek dan kakek tersrbut.
Duduk dulu Nur, ibu bikinkan minum dulu ucap Bu Darmi. Nur pun tidak menolak karena si nenek dan kakek juga menyuruhnya duduk.
Akhirnya bu Darmipun membuatkan minuman dan menyuguhkan beberapa cemilan. Karena memang haus dan perut juga sudah lapar Nur pun meminum dan memakan suguhan yang sudah disediakan.
Bu Darmipun gegas pergi kedapur dan kembali dengan satu kantung plastik hitam.
Nur nanti ini dibawa pulang ya.
Sayang Nggak kemakan dari pada dibuang ucap Bu Darmi lagi.
Nur pun menerimanya dan setelahnya pamit pulang karena sudah malam.
Sesampainya dirumah Nur pun gegas membuka kantong plastik hitam yang diberikan Bu Darmi padanya.
Ada beberapa sayuran mentah, ada tomat, sawi, kol dll juga ada nasi beserta lauk mateng yang dibungkus pake kotak nasi.
Didalamnya juga terselip uang 100 ribu.
Nur kaget melihatnya, apa bu Darmi salah pikirnya memasukan uang kedalamnya. Besok Nur akan mengembalikannya beserta kotak nasi tersebut.
Gegas saja Nur memakan nasi tersebut. Nasi dan lauknya ayam bumbu kuning. Karena memang perutnya sudah laper dari Pagi belum terisi sama sekali.
Nur memakannya dengan lahap. Setelahnya Nur tdr dan istirahat.
"Keesokan paginya Nur gegas mencuci kotak nasi milik Bu Darmi dan akan mengantarkannya.
Setelahnya Nur akan langsung kerumah bu rt.
Sesampainya dirumah bu Darmi dilihatnya si nenek dan kakek tersebut sedang duduk santai didepan teras bu Darmi.
Asalamualaikum..... Waalaikumsalam ucap keduanya melihat kearah Nur.
Permisi nek, kek, apa Bu Darmi nya ada ucap Nur ramah.
Loh bukannya kamu yang semalam mengantarkan kami kesini Nduk ucap si nenek.
Nur menganggukan kepalanya saja.
Dari dalam Bu Darmi muncul dengan membawa senampan makanan dan minuman untuk kedua orang tuanya.
Loh Nur pagi -pagi kamu sudah di sini ucapnya. Ayo duduk dulu ibu buatkan minuman sekalian ucap bu Darmi lagi sembari bangkit untuk kedapur lagi.
Tidak usah repot bu, saya mau mengantarkan ini ucap Nur memberikan kotak nasi dan dan mengeluarkan uang 100 ribu pada bu Darmi.
Bu Darmi menatap Nur heran, loh ko uangnya dikembalikan Nur, ini tuh buat kamu, ambil ya jangan ditolak.
Tapi saya iklas bu semalam juga saya tidak sengaja bertemu sama kakek dan nenek dijalan arah pulang dari rumah ibu mertua.
Tidak apa -apa Nduk, ambil aja itu rejeki buat kamu ucap si nenek.
Kakek dan bu Darmi pun menganggukan kepala setuju.
Nurpun menerimanya dan mengucapkan terimakasih. Seumur hidupnya baru kali ini Nur memegang uang seratus ribu rupiah tersebut.
Nur mengucap sukur dalam hatinya ternyata masih ada orang baik padanya.
Setelahnya Nur pamitan karena mau kerumah bu rt.
Sesampainya dirumah bu rt, Nur diajari apa saja yang harus dikerjakan.
Memasak, mencuci, menggosok baju dan membersihkan rumah.
Nur sudah tau Karena Nur sudah terbiasa melakukan itu semua. Sorenya hampir menjelang magrib Nur pun pulang.
Bu rt memberikannya sekantong plastik bawaan yang entah apa Nur pun tidak tau.
Sesampainya di depan rumah, Angga suaminya sudah menunggunya.
Ia menatap tajam kearah Nur, dengan pandangan yang sulit diartikan.
Wah hebat kamu Nur, Jam segini baru pulang, aku sudah menunggumu dari tadi.
Dari mana saja kamu hah? Oh apa jangan -jangan kamu habis menjual diri, begitu untuk mendapatkan uang dan makan.
Nur pun yang memang sudah tidak tahan mendengar Angga yang selalu bicara seenaknya segera saja masuk kedalam rumah, males saja dirinya harus meladeni laki -laki seperti Angga yang tidak tau diri itu.
Begitu Nur melewatinya dan tidak menghiraukannya segera saja Angga menarik paksa tangan Nur.
Kurang ajar kamu Nur, aku ini suamimu durhaka kamu sama suamimu sendiri. Aku sedang bertanya padamu ucap Angga marah karena diabaikan.
Aku tuh cape habis kerja, katakan ada perlu apa? kalau tidak ada perlu silahkan kembali pulang pada ibumu ucap Nur.
Kau.... Tunjuk Angga pada Nur.
Apa..... Kamu mau menamparku lagi ia silahkan tampar aku nih cepat tampar sesuka hatimu sampai kau puas kalau perlu bunuh aku ucap Nur nyalang pada Angga.
Angga yang berniat menampar Nur pun tidak jadi, gegas dia pergi meninggalkan Nur tapi sebelumnya sempat berucap.
Awas kamu Nur, liat aja ibu pasti marah dengan sikapmu padaku ucap Angga lalu pergi dengan mengendarai motornya.
Nur pun gegas masuk kedalam rumah, Nur sudah tidak perduli lagi. Melawan tidak melawanpun ujungnya sama aja dirinya pasti akan disiksa.
Nur segera membuka plastik hitam dari bu rt. Ada beras dan beberapa lauk mentah. Ikan asin, mirebus dan telor.
Nur sangat beruntung hari ini . Segera saja Nur memasak ,Nur segera menyalakan tungku api yang terbuat dari kayu bakar tersebut.
Nur akan membuat nasi liwet dan ikan asin bakar saja. Buat makannya nanti malam. Siang tadi Nur sudah makan dirumah bu rt. Bu rt memberinya makan.
Baru saja Nur selesai makan dan membersihkan diri dari luar suara ibu mertuanya memanggilnya.
Nur sudah tau pasti Angga sudah mengadu yang tidak -tidak pada ibunya. Ibu sama anak sama -sama galak dan kasar,kalau tidak Main tangan pasti mulut beracunnya yang beraksi.
Nur pun gegas membuka pintu. Beruntung rumah Nur jauh dari tetangga, jadi kalau ibu mertuanya berteriak pun tidak akan ada yang mendengar.
Bisa malu Nur, apa lagi magrib begini. Walaupun semua orang sudah tau perlakuan Keluarga suaminya tetap saja Nur malu.
Dilihatnya mertuanya sedang berkacak pinggang dan menatapnya nyalang .Disampingnya Angga juga ikut menatapnya nyalang.
Nur pasrah saja dengan apa yang akan anak dan ibunya lakukan padanya. Tiba -tiba saja ibu Lasmi langsung menjambak rambutnya dan membenturkannya kepintu kayu rumah Nur.
Beraninya kamu melawanku dan menjelekanku, dasar miskin, kampungan, mandul lagi, pembawa sial tidak ada gunanya kamu hidup ucap bu Lasmi.
Nur diam tidak melawan, Nur memegang rambutnya yang sakit akibat dijambak dengan begitu keras dan kepalanya dibenturkan kepintu kayu.
Padahal Nur tidak bicara apapun, ternyata Angga sengaja mengarang cerita agar ibunya marah. Angga hanya membiarkan saja, dia puas melihat Nur disiksa ibunya, siapa suruh melawan batinnya.
Mulai hari ini kumpulkan uang untuk membayar hutang kedua orang tuamu ,aku tidak sudi punya menantu miskin dan dekil sepertimu.
Aku akan menyuruh Angga untuk menceraikanmu dasar sial. Kau benar -benar pembawa sial dan tidak berguna sama sekali ucap bu Lasmi langsung menghempaskan kepala Nur dan mendorongnya sampai Nur terjengkang kelantai.
Rasakan itu ,makanya jangan berani melawan kami. Sudah bu ayo kita pulang, sudah lewat maghrib, biarkan wanita sial ini sendiri ucap Angga mengajak ibunya pulang.
Siapa juga yang sudi lama -lama tinggal dirumah yang bau dan kumuh ini cuih ucap Bu Lasmi melangkahkan kakinya keluar dari rumah Nur disusul oleh Angga.
Mereka naik motor dan pergi dari rumah Nur.
Nur menyenderkan kepalanya kedinding rumahnya, kepalanya sakit sepertinya banyak rambutnya yang tercabut akibat dijambak dengan begitu kerasnya.
Ditambah dengan dahinya yang benjol dan tampak membiru, Nur meringis dan memegang dahinya yang benjol.
Air matanya sudah kering, Nur tidak ingin lagi menangisi hidupnya yang kurang beruntung.
Beberapa kali Nur menepuk dadanya yang terasa sakit dan sesak guna menghilangkan rasa sakitnya. Bukannya hilang tapi bertambah sakit saja.
Nur segera bangkit dan menuju kamarnya untuk istirahat. Seharian ini tubuhnya lelah karena bekerja dirumah bu rt ditambah perlakuan suami dan Ibu mertuanya semua membuat bathinnya tersiksa dan terluka semakin dalam.
Keesokan harinya Nur segera bangun pagi. Perutnya sudah keroncongan Minta diisi. Semalam Nur ketiduran, pagi ini Nur langsung makan dengan lahap nasi semalam.
Setelahnya Nur langsung menuju rumah bu rt. Begitu melihat Nur datang bu rt sangat senang, semua pekerjaan yang dilakukan Nur sangat rapi dan bersih.
Nur kamu sudah datang ayo masuk, ibu sudah menunggumu ucapnya. Tapi tunggu kenapa dahi kamu benjol dan biru ucapnya heran.
Padahal Nur sudah berusaha menyembunyikannya, tapi memang jelas terlihat kalo dahinya benjol dan membiru.
Oh ini saya tidak sengaja jatuh bu dan kejedot pintu kayu ucap Nur. Ko bisa sih Nur, ya sudah lain kali kamu hati -hati ya.
Kamu pasti belum makan sebaiknya kamu makan dulu Nur. Nanti siang ibu mau minta anterin belanja kepasar, kamu mau anterin ibu ya. Soalnya besok ibu mau ada acara arisan.
Tentu saja saya mau bu ucap Nur semangat. Bu rt pun tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Nur pun membereskan rumah bu rt, mencuci baju dan siangnya, Nur mengantar bu rt kepasar.
Bu rt meminjam mobil sayur pada pak Sodikin tetangganya. Dan merekapun berangkat menuju pasar. Banyak barang yang dibeli dipasar.
Untuk sayur yang ada, bu rt membelinya di tempat pak Sodikin juragan sayur tersebut. Dan sisanya membeli dipasar.
Ada ikan, ayam, bumbu dapur dan lain sebagainya.
Bu rt juga membelikan dua stel baju untuk Nur, padahal Nur sudah menolaknya dan merasa tidak enak tapi bu rt tetap memaksa.
Bu rt juga membeli dua karung beras ukuran 50 kilo. Setelah selesai merekapun pulang.
Karena waktu sudah sore, bu rt pun menyuruh Nur pulang dan kembali besok untuk membantunya memasak.
Bu rt juga memberikan 5kilo beras dan perlengkapan yang lainnya. Bu rt tau keadaan hidup Nur yang susah dan miskin, Angga juga sebagai suaminya yang tidak pernah Perdulipun bu rt tau, bu rt begitu prihatin melihat kehidupan Nur.
Nur pun bergegas pulang, ia sudah tidak sabar untuk mencoba baju yang dibelikan bu rt untuknya. Persediaan beras untuk beberapa hari kedepan juga cukup untuknya.
Nur selalu menyembuyikan, takut kalau ibu mertua dan suaminya datang semua pasti akan diambilnya .Sudah beberapa kali seperti itu. Dari hasil kerja keras nya selalu dirampas secara paksa.
Nur tiba dirumah dia segera membereskan rumahnya. Nur tidak memasak nasi karena nasi semalam masih ada.
Nur hanya memasak sayur pemberian Bu Darmi dua hari yang lalu masih ada.
Kalau dibiarkan sayang dibuang dan layu. Nur juga menggunakan bumbu yang diberikan Dari bu rt, semuanya sangat lengkap ada minyak juga, garam da lainnya.
Nur sangat beruntung, masih ada orang baik padanya. Nur juga tadi membeli beberapa bibit sayuran yang akan ditanam dipekarangan rumahnya. Bu rt juga yang membelikannya.
Dua minggu kemudian, Nur sudah tidak bekerja lagi dirumah bu rt, karena pembantunya yang pulang kampung telah kembali.
Nur mulai membersihkan pekarangan rumahnya. Tidak begitu luas tapi cukup untuknya menanam beberapa sayuran.
Disaat dirinya sedang sibuk menanam bibit sayuran, tiba -tiba tetangganya muncul.
Loh Nur, mau dibuat apa pekarangan rumahmu ini ucapnya.
Oh ini bu saya mau menanaminya dengan beberapa bibit sayuran ucapnya.
Oh begitu ya Nur, ucap tetangganya lagi melihat apa yang sedang Nur lakukan.
Hebat kamu Nur punya uang untuk membeli bibit ini, bukannya harga bibit ini mahal ya.
Oh ini saya dibelikan bu rt bu, waktu saya ikut mengantar kepasar.
Tetangganya manggut -manggut.
Nur kamu tau nggak dirumah mertuamu sedang ramai, sepertinya sedang ada acara loh. Apa kamu tidak diundang kesana ucapnya lagi.
Enggak bu, saya Nggak tau malah ucap Nur.
Lagi pula saya kan tidak pernah diharapkan oleh mereka, saya ini miskin bu, penampilan saya juga dekil, saya tidak mau membuat mereka malu dengan kehadiran saya.
Tapi kan kamu istrinya Angga dan menantunnya Nur, kamu pantas lah berada disana. Tapi ada mobil mewahnya loh Nur sepertinya mereka satu Keluarga ada perempuan cantiknya juga.
Ya mungkin saudara suaminya Sinta yang dari kota bu. Suaminya Sinta kan orang kaya. Suaminya Sinta juga punya adik perempuan yang cantik. Mungkin itu adiknya.
Mungkin juga Nur kalau Ibu nggak salah lihat sih. Nur tidak mau ikut campur dan ambil pusing itu bukan urusannya.
Tetangganyapun pergi meninggalkan rumah Nur setelah cukup lama berbincang.
Nur pun sudah selesai menanam bibit sayuran dipekarangan rumahnya tinggal nunggu tumbuh saja.
Nur segera membersihkan tubuhnya, hari ini rencananya Nur mau kerumah Bu Darmi dan pak Sodikin.
Bu Darmi pernah menawarinya untuk memanen sayuran dua harI yang lalu.
Setelah selesai ganti baju Nur pun gegas menuju rumah Bu Darmi.
Untuk menuju rumah Bu Darmi Nur pun harus melewati rumah mertuanya. Nur juga penasaran ada acara apa sebenarnya dirumah mertua suaminya itu.
Saat tiba didepan rumah mertuanya Nur melihat sesuatu yang aneh.
Deg.... Jantung nya berdetak dengan cepat, tiba -tiba dadanya berdebar kencang.
Nur melihat dengan mata kepalanya sendiri Angga sedang berpelukan dengan seorang gadis cantik yang entah siapa Nur pun tidak tau.
Nur segera bersembunyi dibalik tembok rumah mertuanya dan menguping apa yang Angga dan siwanita tersebut bicarakan.
Kapan kita akan menikah mas, aku sudah tidak sabar untuk menjadi istrimu satu -satunya. Aku ingin kamu segera menceraikan istrimu yang miskin dan tidak berguna itu.
Aku tidak mau menunggu terlalu lama.Aku nggak mau orang tau kalau aku hamil anakmu dan perutku semakin besar ucap siwanita.
Sabar sayang sebentar lagi. Lagipula orang tuamu dan ibuku sedang membicarakannya, dan kita akan segera menikah ucap Angga lagi sambil mengelus rambut siwanita dan mengecupnya dengan manja.
Nur begitu terkejut mendengarnya, ada yang berdenyut sakit dihatinya, mendengar Angga akan menikah lagi dan siwanita sedang hamil anaknya.
Kalau wanita itu bisa hamil sedangkan dirinya tidak apa mungkin dirinya yang mandul. Tidak...Tidak Nur langsung menepis pikirn buruknya itu, mungkin allah belum mempercayainya saja untuk segera punya momongan pikirnya.
Lagipula Angga juga jarang -jarang menyentuhnya. Begitu mendengar Angga akan menceraikannya dan mau menikah lagi, apakah Nur sedih tentu saja tidak, berarti sebentar lagi dirinya akan terlepas dari Keluarga toksit tersebut.
Nur sudah terlalu lama berdiri dibalik tembok rumah mertuanya dan menguping, segera saja dia bergegas kerumah Bu Darmi.
Banyak ibu -ibu yang sudah berkumpul dirumah Bu Darmi.
Loh kamu datang juga Nur, ucap satu orang ibu.
Iya bu rencananya saya mau ikut panen sayuran, dua hari lalu Bu Darmi sudah memberitahu saya ucapnya.
Oh bagus lah Nur, lagipula upahnya lumayan, kita juga dapat sayur sisa yang masih bagus ucap ibu lain ikut menimpali. Nur menganggukan kepala setuju.
Mobil bak terbuka sudah siap menjemput para pekerja. Ladang perkebunan sayur juragan Sodikin memang tidak terlalu jauh, tapi lumayan daripada jalan kaki, sekalian juga mobil bak tersebut untuk membawa sayur nantinya yang sudah dipanen.
Ada 6 orang wanita termasuk Nur, dan 4 lak-laki beseta supirnya.
Sesampainya ditempat tujuan terlihat hamparan sayuran hijau yang siap panen.
Banyak madam nya.
Sawi, kentang, kol, worth, cabe, tomat, bawang dan lainnya. Bu Darmi dan pak Sodikin mungkin orang paling kaya dikampung Dukuh ini. Disusul kedua oleh ibu Lasmi ibu mertua Nur. Dan dijejeran ketiga mungkin bu rt.
Rumah ketiga orang yang disebutkan tadi, memiliki rumah yang besar dan luas.
Walaupun orang kaya Bu Darmi dan suaminya ttidk pelit, begitupun bu rt dan suaminya.
Berbanding terbalik dengan mertuanya Nur yang sombong dan angkuh. Banyak orang juga yang tidak suka padanya. Tapi mereka tidak ada yang berani berbuat apapun atau menegurnya.
Mereka semua tau watak dan tingkah mertuanya Nur yang galak dan kasar.
Mereka juga tau apa yang selalu mertua dan suaminya Nur lakukan pada Nur, tapi tidak ada yang berani ikut campur.
Ibu Lasmi dan seluruh Keluarga nya adalah orang -orang kaya yang nekad, berani saja ikut campur bisa bahaya.
Hampir satu bulan Nur ikut bekerja dengan Bu Darmi, sampai lahan yang luas itu kembali ditanam.
Musim panen kali ini sayuran milik Bu Darmi dan suaminya untung besar.
Semua orang mendapat upah dan bonus lebih. Belum ditambah sayuran sisa yang sengaja tidak dijual dan dibagikan pada para warga yang menginginkannya.
Dari hasil bekerja sebulan di tempat bu rt Nur mendapatkan uang 3 juta rupiah.Karena perharinya diupah seratus ribu. Belum ditambah bonus yang diberikan juragan Sodikin.
Kadang juga Nur selalu menjualnya kepasar kalau ada sisa sayuran yang tidak layak dijual. Nur menjualnya dengan harga murah. Nur juga Sudh meminta ijin pada Juragannya dan Pak Sodikin dan bu Darmi pun mengijinkannya.
Kadang kalau ada sisa lebih pun dibagikan pada warga yang mau. Nur sangat bersyukur uangnya akan dibayarkan pada ibu mertuanya yang terus saja menagihnya padanya, bahkan hampir setiap hari datang kerumahnya menjelang maghrib.
Uang Nur sudah terkumpul lima juta ditambah, uang nya saat bekerja pada bu rt. Ditambah dengan menjual sayuran sisa.
Setelah membersihkan diri Nur duduk santai diteras rumahnya.
Nur melihat pekarangan rumahnya yang ditanami beberapa sayuran dan kini sedang tumbuh dengan subur.
Ada kangkung, bayam, cabe dan tomat semua tumbuh dengan subur. Nur sangat senang melihatnya. Sebentar lagi akan dipanen dan rencananya Nur akan menjualnya kepasar.
Nur melihat ada suara motor dari kejauhan dan mengarah kerumahnya. Dilihatnya bu Lasmi dan Angga menuju rumahnya. Mereka berhenti tepat dihadapan Nur.
Wah hebat kamu Nur, tanamanmu Sekarang tumbuh dengan subur. Kudengar juga kamu ikut bekerja diladang juragan Sodikin.
Pasti kamu punya uang kan untuk membayar hutang kedua orang tuamu ucap mertua Nur menatapnya tajam.
Dari pula Angga sudah tidak menginginkan perempuan mandul, miskin dan dekil sepertimu.
Kau sudah tidak berguna lagi bagi kami. Anggapun akan segera menikah dengan orang kaya dan kau akan diceraikan.
Angga berikan surat cerainya biar dia tanda tangani langsung. Ibu sudah muak melihat wajahnya itu.
Jangan lagi kamu dekati dia, dia itu perempuan pembawa sial saja untuk kita ucap Bu Lasmi lagi.
Nur pun diam saja tidak menyahut ataupun menyela. Walaupun ada yang berdenyut sakit dihatinya saat dikatakan dirinya mandul dan pembawa sial.
Tapi Nur diam saja,selain itu Nur juga tidak perduli, sebentar lagi urusannya dengan mereka selesai.
Angga menyerahkan surat cerai pada Nur.
Cepat tanda tangani surat cerai ini, karena aku sebentar lagi akan menikah dan punya anak.
Aku sudah tidak sudi lagi memiliki istri miskin dan dekil sepertimu. Nikmati hidupmu dan kesengsaraanmu ini.
Kau bersukur pernah kunikahi, dan setelah ini tidak akan ada lagi yang sudi atau dekat denganmu lagi ucap Angga pongah.
Nur masih diam saja, Walaupun ada sedikit rasa sakit dihatinya tapi Nur segera menepisnya.
Angga dan ibu Lasmi cukup heran melihat Nur yang tampak tenang dan biasa saja.
Mereka pikir sebelumnya Nur akan menangis darah dan meraung -raung untuk meminta belas kasihannya. Tapi rupanya dugaan mereka salah.
Setelah Nur menandatangani surat cerai tersebut hati dan beban yang ada pada dirinya sedikit plong. Entahlah, tapi itu yang Nur rasakan.
Janga lupa bayar hutangmu Nur dan kami ingin secepatnya kau melunasinya ucap Angga sinis menatap Nur.
Aku tidak ingin dicicil, aku ingin semua lunas ucap ibu Lasmi ikut bicara.
Berapa semua hutang kedua orang tuaku yang kalian pinjamkan ucap Nur memandang keduanya.
Kedua orang tuamu meminjam padaku sebesar lima juta, tapi
belum termasuk bunganya. Ayahmu meminjamnya padaku selama lima tahun. Jadi kau itung saja sendiri berapa bunga yang harus kau bayar padaku.
Bunga, bunga apa yang kau maksud ibu Lasmi. Bukankan selama ini aku sudah mengabdikan diriku selama dua tahun ini tanpa kau bayar. Dan lagipula anak mu Angga juga sudah merampas kesucianku.
Jadi aku anggap bunganya lunas. Aku hanya akan membayar hutang awal saja ucap Nur tegas.
Kurang ajar kamu, perempuan mandul berani kamu tidak sopan pada ibuku hah. Ingat dia itu mertuamu ucap Angga marah.
Hai saudara Angga,apa kamu lupa kalau kita sudah bercerai dan baru saja aku menandatangani surat cerai tersebut.
Aku dan Keluarga mu itu sudah tidak ada lagi urusan apapun lagi selain hutang.
Jadi jika kalian berani macam -macam padaku, aku tidak segan -segan akan lapor polisi dan meneriaki kalian maling ucap Nur nyalang.
Mungkin sebelum aku menandatangani surat cerai tersebut aku masih bisa diam dan tidak melawan, tapi sekarang tidak lagi.
Pergi kalian dari rumahku ucap Nur menunjuk kearah jalan.
Kau... Tunjuk bu Lasmi padanya.
Berani kamu melawanku Nur, lihat saja nanti apa yang akan kulakukan padamu ucanya lagi.
Cepat bayar hutangmu pada ibuku yang lima juta itu. Aku tidak mau tau uang itu harus ada sekarang ucap Angga meremehkan Nur dan memaksanya untuk menyediakan uang tersebut sekarang juga.
Tapi Angga, wanita siaL ini juga harus membayar bunganya, ibu tidak mau rugi ucap Bu Lasmi tidak setuju dengan usul Angga.
Ha... Ha .....Ha...
Angga malah tertawa, tentu saja ibu Lasmi semakin bingung dengan anaknya tersebut yang malah tertawa senang.
Ibu..... Ibu tenang saja, lagipula darimana dia sanggup untuk membayar hutangnya pada ibu sekarang juga. Uang lima juta itu butuh waktu seumur hidupnya untuk dia mengumpulkannya. Untuk makan saja dia susah, apalagi dengan membayar hutangnya ucap Angga yakin dan meremehkan Nur.
Kalau dia tidak sanggup membayarnya sekarang juga, kita tetap akan menjadikannya pembantu dirumah kita selama dia belum sanggup membayar hutangnya pada ibu bagaimana saranku ucap Angga lagi.
Kamu memang pintar Angga, betul juga mana mungkin dia sanggup membayar hutangnya itu ucap ibu Lasmi lagi.
Baiklah Nur begini saja semua bunganya lunas dan aku ingin uang lima juta yang kedua orang tuamu pinjam dulu harus sekarang juga kau bayar.
Tapi jika sekarang kau tidak sanggup bayar kau harus bekerja dirumahku, sampai benar -benar kau sanggup membayar hutangmu. Bagaimana ucap bu Lasmi lagi.
Bu Lasmi dan Angga keduanya saling lirik dan memandang penuh arti. Mereka yakin Nur tidak akan sanggup untuk membayar hutang tersebut.Mereka akan menjadikan Nur pembantu seumur hidup dirumahnya.
Baiklah kalau hari ini aku tidak sanggup membayar hutang lima juta pada kalian, aku bersedia jadi pembantumu seumur hidupku. Tapi kalau aku sanggup membayarnya, kalian jangan sekali -Kali mengganggu hidupku lagi ucap Nur yakin.
Asalamualaikum.... Waalaikumsalam ucap Nur menjawab salam dari seseorang yang masuk kedalam rumahnya.
Oh Bu Darmi mari masuk bu, kebetulan sekali ibu datang, saya ingin ibu jadi saksi ucap Nur begitu senang dengan kehadiran bu Darmi.
Walaupun bingung tapi Bu Darmi ikut masuk, dilihatnya ada bu Lasmi dan Angga juga. Loh kalian ada disini juga ucap bu Darmi Memandang keduanya.
Betul Yu, saya senang kalau Yu datang kemari. Kami ingin Yu jadi saksi buat bukti. Dulu kedua orang tua Nur meminjam uang padaku sebesar lima juta.
Saya anggap bunganya lunas kalau seandainya hari ini Nur membayar hutangnya lunas sebesar lima juta.Dan saya juga tidak akan mengusiknya lagi. Lagipula mereka telah resmi bercerai dan Angga akan menikah lagi.
Tapi kalau seandainya Nur tidak sanggup membayarnya sekarang, Nur bersedia untuk saya jadikan pembantu seumur hidupnya.Ucap bu lasmi enteng tanpa beban.
Bu Darmi melirik kearah Nur yang diam saja menunduk. Bu Darmi turut prihatin mendengarnya. Mertua dan suaminya begitu tega memperlakukan Nur sedemikian rupa.
Bu Darmi sampai menggelengkan kepalanya berapa kali. Kalaupun Nur tidak sanggup membayarpun Bu Darmi dengan sukarela akan membantunya.
Jadi bagaimana Yu, apa mau jadi saksi kami berdua ucapnya pada Bu Darmi.
Baiklah saya bersedia. Silahkan Nur dibayarkan hutangnya, kalaupun kurang ibu akan menambahnya sebagai upahmu bekerja ucap bu Darmi menatap Nur.
Nur begitu terenyuh hatinya begitu Bu Darmi mau membantunya. Matanya tampak berkaca -kaca.
Bu Darmi tersenyum kearah Nur dan menganggukan kepalanya.
Nur pun bergegas masuk kedalam kamarnya dan mengambil uang sebesar lima juta dari hasilnya bekerja. Nur menghitungnya kembali, setelah pas Nur pun segera kedepan dan memberikan uang tersebut pada Bu Darmi.
Bu Darmipun mengitungnya dan uang tersebutpun pas tidak kurang sedikitpun.
Angga dan ibu Lasmi terkejut melihatnya, mereka tidak menyangka Nur akan sanggup mengumpulkan uang sebanyak lima juta itu.
Silahkan diterima bu Lasmi ini uangnya cukup tidak kurang dan tidak lebih. Jngn bnyk bertanya lagi Nur mendapatkan uang tersebut dari mana.
Karena uang ini halal dan saya tau Nur bisa mendapatkannya darimana. Ingat perjanjiannya dan saya saksinya. Kalau kalian melanggarnya saya tidak segan melaporkkannya kepolisi ucap Bu Darmi tegas.
Muka ibu Lasmi merah padam, gegas saja ia merebut uang yang ada ditangan Bu Darmi dan berbalik pergi, disusul Angga dibelakangnya.
Terimakasih bu, ibu sudah menolong saya, saya sangat bersukur ibu datang disaat saya membutuhkan pertolongan ucap Nur lagi.
Tidak apa -apa Nur, saya juga sengaja datang kemari ingin menawarkan pekerjaan padamu.
Tapi nanti saja besok, kamu datang saja kerumah ibu. Mulai sekarang kamu bebas dan rubahlah hidupmu agar lebih maju lagi. Buktikan pada mereka semua kalau kamu sanggup ucapnya.
Nur menganggukan kepala setuju. Semua beban yang Ada dipundak, hati dan Pikirannya serasa lepas dan plong. Kini saatnya Nur berjuang untuk kehidupannya sendiri mencapai kesuksesan untuk kedepannya.
Setelah bicara panjang lebar dan menasihati Nur pun ,Akhirnya ibu Darmi pulang dengan perasaan bahagia. Ibu Darmi ikut bahagia melihat Nur bisa bebas dan lepas dari Keluarga yang tidak tau diri itu.