Bertahun-tahun telah berlalu sejak malam yang menegangkan itu di gedung tua. Waktu berjalan begitu cepat, dan meskipun mereka masih sering berbicara tentang apa yang terjadi di sana, kenangan itu akhirnya menjadi bagian dari masa lalu mereka. Gedung tua yang penuh misteri itu kini hanyalah cerita yang mereka bagi di malam-malam tenang, saat mereka duduk bersama, mengenang perjalanan masa kecil mereka.
Namun, malam itu, semuanya berubah.
Andi, yang kini berusia dua puluh lima tahun, duduk di depan meja di rumahnya yang sederhana, menatap sebuah peta besar yang terbentang di depannya. Ratna, yang telah menjadi seorang arkeolog muda, duduk di kursi sebelahnya, memegang secangkir kopi hangat. Bayu, yang kini bekerja sebagai seorang jurnalis, terlihat lebih tenang dan matang, meskipun masih menyimpan ragu-ragu di matanya.
Lihat ini," kata Andi, menunjuk sebuah titik di peta. "Ini adalah tempat yang kita cari. Aku menemukan sesuatu yang menarik tentang tempat ini—sebuah desa terpencil di pegunungan. Ada beberapa legenda yang belum terungkap di sana, dan kita... kita harus pergi."
Ratna mengernyitkan dahi, mengamati peta dengan lebih seksama. "Aku tahu tempat itu. Ada cerita tentang sebuah kuil kuno yang hilang, konon katanya berisi pengetahuan yang bisa mengubah banyak hal. Tapi, ada sesuatu yang janggal tentang tempat itu. Banyak orang yang menghilang di sana, dan tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa."
Bayu menatap peta itu dengan ragu. "Kalian yakin ingin melanjutkan ini? Kita sudah cukup banyak menghadapi hal-hal aneh di masa lalu. Kita berhasil keluar dari gedung itu, tapi aku merasa... aku merasa kita belum benar-benar tahu apa yang kita hadapi."
Andi memandang Bayu dengan serius. "Aku tahu ini bukan keputusan yang mudah. Tapi ini adalah kesempatan kita untuk mencari tahu lebih banyak, bukan hanya tentang tempat itu, tetapi juga tentang hal-hal yang kita alami di masa lalu. Kita harus menyelesaikan apa yang dimulai."
Bayu menarik napas panjang, menatap peta itu sekali lagi. "Kita sudah hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Mungkin inilah saatnya untuk menghadapi semuanya. Tapi... apa yang akan kita temui di sana?"
Ratna menatap mereka berdua. "Mungkin kita akan menemukan jawabannya. Kita harus melakukannya. Tidak hanya untuk kita, tetapi untuk semua orang yang mungkin masih terjebak dalam misteri-misteri ini. Kita bisa mengubah segalanya, asal kita berhati-hati."
Setelah beberapa saat hening, Andi mengangguk. "Kita akan pergi. Tidak ada lagi yang bisa menghalangi kita. Kita akan mulai perjalanan ini, dan kita akan menyelesaikannya."
Pada pagi hari berikutnya, mereka mempersiapkan segala sesuatunya dengan cepat. Tas ransel mereka penuh dengan peralatan mendaki, peta, buku catatan, dan perlengkapan lainnya. Meskipun udara pagi terasa segar, ada ketegangan yang menyelimuti mereka. Perjalanan ini berbeda. Mereka tidak hanya mencari jawaban tentang sebuah legenda atau teori konspirasi—mereka tahu, kali ini mereka akan menghadapi sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang mungkin lebih gelap dan lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan.
Andi memimpin, berjalan di depan dengan langkah yang mantap. Ratna berjalan di sampingnya, lebih banyak memeriksa peta dan mencatat beberapa informasi penting yang dia dapatkan. Bayu mengikuti mereka dari belakang, matanya melirik ke setiap sudut jalan, berusaha tidak terpengaruh oleh perasaan cemas yang semakin tumbuh dalam dirinya.
Mereka bilang desa ini sudah lama ditinggalkan," kata Ratna setelah beberapa lama berjalan. "Tapi aku yakin, ada yang masih tinggal di sana. Orang-orang hilang bukan tanpa alasan."
"Andi, kenapa kita harus ke tempat yang begitu terpencil? Semua orang yang mencoba mencari tahu di sana hilang begitu saja," kata Bayu dengan nada khawatir.
Andi menatap jauh ke depan, matanya penuh tekad. "Karena kita tidak akan menjadi orang yang hilang. Kita sudah melewati banyak hal bersama, dan kita bisa menghadapinya. Aku yakin, kita akan menemukan jawabannya."
Sesampainya di desa yang dimaksud, suasana terasa sangat sepi. Desa itu hampir terlihat seperti desa hantu, dengan rumah-rumah yang sudah rusak, tertutup rerumputan dan dedaunan. Jalanan penuh dengan semak belukar yang merayap ke mana-mana, dan udara di sini terasa lebih dingin daripada di tempat lain.
Mereka berhenti sejenak untuk memeriksa sekitar, lalu melanjutkan perjalanan. Di dekat sebuah rumah tua yang setengah runtuh, mereka menemukan sebuah papan kayu yang terpaku di dinding. Di atasnya tertulis: "Jangan Kembali."
Bayu berhenti, menatap tulisan itu dengan cemas. "Kalian lihat itu? Itu... itu peringatan."
Ratna mengamati papan itu lebih dekat. "Ini bukan hanya peringatan. Ini seperti pesan dari seseorang yang tahu apa yang terjadi di sini. Ada yang tidak beres."
Namun Andi tidak memperdulikan papan itu. "Pesan seperti itu hanya menakut-nakuti kita. Kita sudah jauh-jauh ke sini. Tidak ada yang bisa menghentikan kita sekarang."
Mereka melanjutkan berjalan, memasuki sebuah lorong kecil menuju sebuah kuil yang sangat tua. Kuil itu tampak hampir tidak terjamah, namun ada sesuatu yang aneh tentang tempat itu. Rasanya seperti ada kekuatan yang mengamati mereka dari dalam.
Saat mereka memasuki kuil, suhu udara tiba-tiba turun drastis, dan suara bisikan halus mulai terdengar di sekitar mereka. Mereka menoleh, tetapi tidak ada siapapun. Andi menyalakan senter, namun cahaya itu seolah ditelan oleh kegelapan yang lebih dalam.
Bayu meneguk ludah. "Ada sesuatu yang tidak beres di sini..."
Ratna menyentuh dinding kuil, merasakan goresan-goresan yang aneh di permukaannya. "Ini bukan hanya kuil biasa. Ada sesuatu yang terkunci di sini. Sesuatu yang sangat lama."
Tiba-tiba, sebuah suara gemuruh terdengar dari dalam kuil. Dari dalam kegelapan, sebuah bayangan besar mulai bergerak perlahan, dan suara itu terdengar lebih jelas—"Bantu aku... jangan biarkan aku sendiri..."
Mereka memandang satu sama lain dengan wajah yang pucat. Dan kali ini, mereka tahu. Petualangan ini, perjalanan mereka untuk mencari jawaban, baru saja dimulai. Tapi kali ini, mereka tidak hanya akan menghadapi misteri—mereka akan menghadapi sesuatu yang jauh lebih besar, lebih gelap dari yang mereka bayangkan.