Chereads / 3 sekawan / Chapter 5 - pencarian yang lebih dalam

Chapter 5 - pencarian yang lebih dalam

Malam itu, ketiga sahabat itu berkumpul di sekitar api unggun yang menyala redup. Mereka duduk berjauhan di atas batu besar, masing-masing memikirkan apa yang telah terjadi di dalam kuil tua. Batu kristal biru yang mereka bawa kini diletakkan di atas sebuah kain yang terlipat rapi, di tengah mereka. Cahaya dari api unggun yang berpendar memberi sedikit ketenangan, meskipun di dalam hati mereka, ketegangan masih menguasai.

Andi, yang sejak tadi diam merenung, akhirnya membuka mulut. "Aku masih tidak mengerti. Apa sebenarnya itu?" tanyanya, suara serak. "Kenapa benda itu memiliki begitu banyak kekuatan? Apa hubungannya dengan desa ini dan kenapa roh jahat itu ingin mencegah kita membawanya keluar?"

Ratna menatap batu kristal biru yang terletak di tengah mereka. Seperti ada sesuatu yang memanggilnya, sesuatu yang belum sepenuhnya bisa ia pahami. "Aku tahu bahwa batu ini bukan benda sembarangan. Ini adalah artefak kuno yang berkaitan dengan suatu ritual besar, mungkin bahkan lebih besar daripada yang kita bayangkan. Aku pernah membaca tentang benda serupa dalam buku kuno. Ini adalah bagian dari kekuatan yang sangat tua, yang seharusnya tidak boleh dibangkitkan."

Bayu menggelengkan kepala, matanya tetap fokus pada batu kristal itu. "Tapi kita sudah mengangkatnya. Kita sudah membawanya keluar. Apa yang akan terjadi sekarang? Apa yang akan kita hadapi?"

Ratna menggenggam tangan Bayu dengan lembut. "Aku tidak tahu, Bayu. Tapi yang pasti, kita tidak bisa menyerah sekarang. Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang artefak ini, dan tentang entitas yang menghalangi kita tadi."

Andi mengangguk, penuh tekad. "Kita akan mencari tahu lebih dalam. Kalau batu ini memang kunci untuk menghentikan semua ini, kita harus menemukan apa yang harus kita lakukan dengannya. Kita harus mencari lebih banyak petunjuk."

Malam itu, setelah makan sederhana dan berbicara panjang lebar tentang rencana mereka, ketiganya memutuskan untuk beristirahat. Namun, meskipun tubuh mereka lelah, tidur mereka sangat terganggu. Setiap kali mereka menutup mata, mereka merasa seperti ada sesuatu yang mengintai mereka dari balik bayang-bayang, menunggu untuk melompat. Mimpi buruk datang begitu nyata, membawa mereka kembali ke dalam kuil yang penuh dengan kegelapan dan bisikan yang mengerikan.

---

Pagi berikutnya, mereka memulai perjalanan lagi. Mereka mengumpulkan semua perlengkapan mereka dan mulai berjalan lebih dalam ke hutan lebat, menuju sebuah tempat yang belum pernah mereka kunjungi. Berdasarkan petunjuk yang mereka temukan di buku kuno milik Ratna, ada satu tempat di dalam hutan yang konon menjadi lokasi pertama dari sebuah peradaban kuno yang membangun kuil itu.

Sesekali, mereka berbicara, tetapi mayoritas waktu mereka dipenuhi dengan diam, mencoba mencerna apa yang telah mereka alami dan apa yang akan datang. Mereka melintasi jalan setapak yang sempit, dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang tampaknya menutupi langit. Keheningan hutan itu semakin memengaruhi mereka. Bayu, yang biasanya pendiam, akhirnya mengucapkan sesuatu.

"Apa yang sebenarnya terjadi di desa ini?" tanyanya, suara berat. "Kenapa tempat ini sepi, kenapa tidak ada orang yang tinggal di sini? Ada apa dengan orang-orang yang menghilang?"

Ratna, yang berjalan di depan, menoleh sejenak. "Desa ini, seperti yang aku baca, pernah menjadi tempat tinggal bagi orang-orang yang terlibat dalam ritual-ritual besar. Mereka percaya bahwa mereka bisa mengontrol kekuatan yang ada di dalam batu-batu ini, tapi mereka salah. Mereka membangkitkan sesuatu yang tidak bisa mereka kendalikan. Dan setiap kali mereka mencoba, seseorang atau sesuatu mengambil nyawa mereka."

Andi mengerutkan kening. "Lalu, apa yang membuat kita berbeda? Kenapa kita tidak bisa dihentikan seperti mereka?"

"Aku rasa kita lebih terikat dengan batu ini daripada yang kita duga. Mungkin kita sudah dipilih untuk sesuatu yang lebih besar," jawab Ratna, lebih banyak kepada dirinya sendiri, sambil melangkah dengan lebih cepat.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah lembah yang tersembunyi, tempat yang penuh dengan reruntuhan kuno. Di tengah lembah itu, mereka menemukan sebuah bangunan besar yang hampir rusak sepenuhnya, dengan beberapa pilar yang masih tegak berdiri. Tempat ini terasa lebih mistis, seperti tempat yang penuh dengan energi, meskipun sudah dilupakan oleh waktu.

"Ini dia," kata Ratna dengan suara serius. "Ini adalah lokasi yang aku cari. Ini adalah tempat yang seharusnya kita periksa."

Andi menatap reruntuhan dengan hati-hati. "Jika tempat ini adalah tempat yang asli, mungkin kita akan menemukan petunjuk tentang bagaimana cara menghentikan semua ini."

Namun, begitu mereka melangkah lebih dekat ke dalam bangunan itu, suasana menjadi semakin mencekam. Udara terasa semakin berat dan dingin. Mereka memasuki sebuah ruang besar yang di tengahnya terdapat sebuah altar batu yang lebih besar dari yang ada di kuil sebelumnya. Altar ini dipenuhi dengan simbol-simbol yang lebih rumit dan lebih mengerikan, dan ada sesuatu yang terletak di atasnya. Sebuah patung besar yang menggambarkan sosok yang menyerupai manusia dengan tubuh yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran aneh, seakan menunjukkan bahwa ia adalah penghubung antara dunia manusia dan dunia roh.

Ratna mendekat dengan hati-hati, mengamati setiap detail patung itu. "Ini... ini lebih besar dari yang aku bayangkan. Ini adalah patung penghubung—penghubung antara dunia kita dan dunia yang lain. Mereka yang membuat kuil ini, mereka mencoba untuk mengendalikan kekuatan itu dengan cara yang sangat berbahaya."

"Jika mereka mengendalikan kekuatan ini dengan patung ini, apa yang akan terjadi jika kita menghancurkannya?" tanya Bayu, suaranya penuh ketakutan.

"Tidak ada yang bisa menghancurkannya," jawab Ratna. "Hanya ada satu cara untuk mengakhirinya, dan itu berarti kita harus menggunakan batu kristal ini. Batu ini adalah kunci untuk menutup portal yang menghubungkan dunia kita dengan dunia mereka."

Andi menatap batu kristal yang terletak di tangan Ratna. Cahaya biru yang keluar dari batu itu semakin terang, seakan menanggapi situasi mereka. "Kalau begitu, kita tidak punya pilihan. Kita harus melakukan ritual ini. Kita harus melakukannya sekarang."

Mereka mendekati altar, menyiapkan batu kristal di atasnya. Ketiga sahabat itu berdiri bersama, tangan mereka bersentuhan dengan batu kristal, berharap bahwa apa yang mereka lakukan akan membawa kedamaian bagi desa ini dan untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi mereka tahu, satu-satunya cara untuk mengakhiri semuanya adalah dengan melakukan ini.

Namun, ketika mereka memulai ritual tersebut, suara gemuruh keras terdengar dari bawah tanah, seakan seluruh dunia berguncang. Dari dalam bumi, sebuah tangan raksasa muncul, menggapai langit dengan cakar-cakar yang tajam, dan di atas patung itu, wajah entitas yang mereka hadapi mulai muncul, lebih besar, lebih menakutkan, dan semakin mendekat ke mereka.

"Itu dia!" teriak Bayu dengan suara tercekat. "Ini belum berakhir, Andi! Ini baru dimulai!"

Ratna berteriak, "Kita harus mengakhirinya sekarang!" Dan dengan kekuatan yang tersisa, mereka mengangkat batu kristal itu lebih tinggi, memfokuskan energi mereka, berharap agar portal itu tertutup selamanya