"Kubunuh kalian semua!"
"Bajingan! Jangan harap kalian akan selamat setelah aku melepaskan rantai ini!"
Seorang anak laki-laki berteriak begitu kencang sampai membuat tenggorokannya sakit. Dengan mata yang mengeluarkan air maita dan darah yang mengalir dari dahinya, dia menyaksikan anggota keluarganya sedang dibantai habis oleh iblis.
"Aku bersumpah, aku bersumpah akan merobek mulut kalian. Ku mutilasi tubuh kalian itu dan akan kuberikan daging haram kalian itu kepada anjing jalanan!" ucap anak laki-laki itu yang semakin menggebu.
Salah satu iblis yang muak mendengar teriakan anak itu bergerak mendekat. Dia mencengkram rambut anak laki-laki itu.
"Hei bocah, apa kau tidak sadar dengan posisimu sekarang?" iblis bertanduk itu menepuk-nepuk pelan pipi anak laki-laki itu.
"Persetan dengan hal itu! Akan kubunuh kalian semua!"
"Bocah sialan ini!"
Tiba-tiba saja ada serangan besar menghantam tepat ke arah iblis itu. Serangan tadi begitu kuat sehingga membuat hancur lebur iblis yang mencengkram rambut anak laki-laki itu.
"Apa yang baru saja terjadi?" tanya salah satu iblis lainnya.
Lagi-lagi serangan besar datang, menghantam kuat iblis barusan yang berbicara.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
Dua iblis lainnya terbang kelangit untuk mengecek. Mereka terkejut, melihat seorang dengan jirah ksatria dan pedang yang ia seret ditanah.
"Siapa dia?" tanya iblis disebelahnya.
"Entahlah, tapi yang pasti, dia adalah orang yang berbahaya. Berhati-hatilah."
Sosok yang memakai jirah ksatria itu tiba-tiba menghentikan pergerakannya. Itu membuat kedua iblis itu kebingungan. Ada apa sebenarnya? Kenapa dia tiba-tiba terhenti?
Kedua iblis itu tercengan, tiba-tiba saja udara disekitar terasa sesak. Sosok ksatria itu berdiri tegap ditempat yang sama.
Angin dingin mulai menusuk ke sela-sela tubuh kedua iblis itu.
"Berhati-hatilah, jika kita gegabah kita bisa saja mat-"
Belum sempat iblis itu menyelesaikan kalimatnya, leher miliknya sudah terpisah dari tubuhnya.
"Sialan!" dengan kecepatan penuh, satu iblis yang tersisa itu menyerang.
Dengan tangan yang terangkat ke atas, bola api besar tercipta ditangannya. Dia mengerahkan segala energi sihirnya saat ini.
Sosok ksatria itu kemudian menghilang, dia kembali muncul dihadapan iblis itu dengan mata yang menyala merah dibalik topeng besinya.
Tangannya ia arahkan pada bola api besar milik iblis itu, kemudian mendorongnya dengan kuat tepat ke arah wajah si iblis.
Wajah iblis itu mulai meleleh oleh api yang ia ciptakan, dia berteriak kesakitan.
Ksatria misterius itu terus menekan bola api besar itu pada wajah si iblis. Mereka terjatuh dan membuat ledakan kecil di mansion yang sudah hancur.
Anak laki-laki yang dirantai tangannya itu menutup mata, berlindung dari hempasan batuan kecil yang berkemungkinan bisa menusuk matanya.
"Apa-apaan itu?!" ucap si anak laki-laki.
Matanya terbelalak, dihadapannya, ada seseorang dengan jirah ksatria yang dilumuri oleh banyak darah. Kemungkinan itu darah iblis yang telah ia kalahkan.
Sosok ksatria itu mendekat ke arah anak lak-laki itu, dia menyeret pedangnya.
"Jangan mendekat!"
Dengan satu tebasan, lengan anak itu terbebas dari rantai yang mengekangnya. Dia sempat berpikir akan mati dibunuh oleh orang ini.
"Kau yang disana." akhiri ksatria itu berucap. Dia mendekat perlahan. "Kalung itu... Apa itu terbuat dari kristal Zyphon?" tanyanya.
"Bagaimana kau tahu tentang kristal Zyphon? Siapa kau sebenarnya?" tanya balik anak itu.
"Nak, siapa namamu?"
"Dieora, Namaku adalah Dieora. Dan kau belum menjawab pertanyaan ku barusan."
"Tidak peduli bagaimana aku tahu mengenai kristal itu. Yang pasti, aku ingin kau mendengar hal ini." ksatria itu meletakan satu lututnya dilantai. "Kau adalah orang terpilih dari kristal itu. Apa kau pernah mendengar sebuah ramalan?"
"Ramalan? Maksudmu tentang tiga orang terpilih yang menyelamat dunia dari serangan iblis yang hendak menaklukkan dunia?" ucap Dieora.
"Kurang lebih seperti itu. Dan kau adalah salah-satunya. Menurutmu kenapa iblis mulai berdatangan? Itu karena kalian telah hadir di dunia ini untuk memusnahkan semua para iblis." jelas ksatria itu.
"Apa kau bercanda? Aku bahkan tidak bisa menyelamatkan keluarga ku, bagaimana aku akan menyelamatkan dunia ini?" Dieora berdiri.
"Lalu bagaimana dengan semua teriakan tadi? Apa itu hanya sebuah omong kosong?" sindir ksatria itu.
"Kau mendengarnya?"
"Lupakan hal itu. Jika kau ingin membalaskan dendam mu itu, akan ku buatkan kau portal menuju akademi sihir. Tingkatan kemampuanmu itu." ksatria itu akhirnya berdiri.
"Apa kau gila? Bagaimana aku bisa meningkatkan kemampuanku ditengah invasi iblis yang merajalela ini?" ungkap Dieora.
"Kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Karena aku, akan memukul mundur setidaknya setengah pasukan iblis. Itu akan menahan merekan selama kurang lebih 10 tahun lamanya." jelas ksatria itu.
"Jadi, apa kau akan menerimanya?"
"Apa aku bisa mempercayaimu?" tanya Dieora.
"Itu terserah padamu." singkat ksatria itu.
Dieora berpikir keras, dia tidak bisa mempercayai begitu saja orang asing yang baru ia temui.
Dieora telah membuat keputusan. Dia menerima tawaran itu.
"Apakah aku bisa memintamu satu hal?" tanya Dieora.
"Apa itu?"
"Aku ingin mengantarkan keluargaku ke peristirahatan terakhir mereka. Apa kau bisa menunggu untuk itu?"
"Baiklah." jelas ksatria.
Dieora berjalan secara perlahan. Kakinya yang terluka terus ia paksa berjalan menuju anggota keluarganya yang tergelatak tak berdaya.
Dieora berucap, "akan ku pastikan untuk membalaskan dendam kalian. Aku berjanji."
****