Setelah sejarah berubah, di sebuah cafe...
"Apa?? Dijodohkan?? Jadi pengantin??" Seorang gadis bermata bulat dan berbibir kecil membelalak. Ia mengenakan baju terusan hitam dan rambutnya panjang berponi.
Gadis yang menjadi lawan bicaranya tersenyum. Walau badannya kurus, tapi pipinya tembam.
"Aku tidak mau, Sakura! Nanti aku hanya dimanfaatkan lagi seperti dulu. Tidak mau!"
"Itu tidak akan terjadi, Hana. Dia bukan Giff," kata gadis tembam bernama Sakura tersebut. "Kudengar dari ibu, calon suamimu nanti itu orang yang baik. Kau pasti bahagia! Lagipula nantinya kau akan punya keluarga baru."
Mata Hana langsung berbinar. "Benarkah?? Kalau itu, aku mau!"
Sakura tersenyum lagi. "Nah, itu baru Hana! Oh iya, ayo kita ke rumahku. Sore-sore begini enaknya berendam air panas."
Hana mengangguk. Mereka pun pergi dari cafe menuju rumah Sakura. Begitu tiba di rumah, Sakura mendengar suara ibunya sedang bercakap-cakap dengan seseorang. Merasa penasaran, Sakura dan Hana pergi ke ruangan tempat ibunya mengobrol. Dan benar saja, ibunya tengah mengobrol dengan seorang wanita berkulit putih, berambut agak ikal, dan berkacamata.
"Eh, Sakura? Hana?" kata Ibu Sakura, Yukimi, ketika melihat Sakura dan Hana.
Wanita yang mengobrol dengan Yukimi tersenyum ke arah Sakura dan Hana.
Yukimi menunjuk wanita itu dengan semua jari tangan kanannya. "Sakura, dia ini Asami. Dia manager sekaligus orang yang ingin menjodohkan Hana."
Hana dan Sakura kaget bersamaan. "Manager??"
"Loh, kenapa kalian kaget??" Yukimi terheran. "Hana kan penyanyi terkenal di Jepang. Julukannya Goddes Singer."
Hana dan Sakura kembali kaget dan saling pandang.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Sakura?" bisik Hana.
Sakura yang sama tidak taunya cuma menggeleng.
"Ohh... Begitu ya?" ucap Hana sambil menatap Asami. "Lalu ... Seperti apa rupa jodohku?"
Dengan isyarat tangan, Asami menyuruh Hana untuk mendekatinya. Begitu Hana mendekat, Asami langsung memperlihatkan foto seorang pemuda berjaket hitam-magenta dan berambut mullet belah samping. Pemuda itu adalah Kadoya Tsujiro.
Hana yang melihatnya langsung terpesona. "Wahhh... "Kapan aku akan dijodohkan dengannya?"
"Aku akan mencari waktu yang tepat. Dan nanti malam, kau akan ditemani olehnya menyanyi di sebuah cafe. Ini adalah pertamakalinya kau bertemu dengan anakku itu," ucap Asami.
Hana tersentak. "Dia anakmu?"
Asami mengangguk sambil tersenyum. "Maaf kalau selama ini aku tidak pernah bercerita tentang anakku karena kesibukanku."
Setelah Asami pamit, Hana mengobrol dengan Sakura tentang keanehan yang terjadi. Hana memang senang akan punya keluarga baru. Tapi, bagaimana ia bisa bernyanyi di cafe? Ia pernah bernyanyi saja ketika masih kecil, itupun hanya iseng. Tapi, Sakura menenangkan Hana dan mengajari Hana bernyanyi di kamarnya. Lagu yang dinyanyikan Hana adalah lagu yang pernah diciptakan Sakura ketika masih SMP. Ya, selain beladiri, Sakura memiliki bakat tersembunyi yaitu bernyanyi.
Usai latihan bersama Sakura, Hana ditelpon oleh Asami yang menyuruh Hana menunggu anaknya di Taman Eiko. Hana pun mengiyakan dan segera pergi ke tempat tujuan. Disana, Hana menunggu kedatangan tunangannya sambil main ponsel dan sesekali bernyanyi lagu yang diajarkan Sakura. Hana tak menyangka kalau suaranya begitu bagus. Namun, tiba-tiba suasana taman yang sepi itu dikejutkan dengan teriakan seorang wanita yang sedang menggendong anaknya. Wanita itu berlari melewati Hana yang terkejut karena teriakannya. Ternyata wanita itu dikejar oleh sesosok 'monster' bertubuh kekar dengan warna dominan hijau-putih berkuku runcing dan memiliki sepasang tanduk dengan wajah menyerupai banteng.
"Deadman??" gumam bingung Hana sambil mengernyitkan dahi. Tapi, ia segera menghadang monster itu agar tidak mengejar wanita tadi lagi. Kemudian, ia mengeluarkan sebuah benda berbentuk agak silinder berwarna merah berstempel lebah terbang yang bagian bawahnya dihiasi sesuatu seperti sarang lebah. Benda tersebut bernama 'Week Endriver'.
Tapi, begitu Hana hendak menempelkan benda itu di depan pinggangnya, monster tadi memukulnya hingga terlempar beberapa langkah ke belakang dan Week Endriver-nya terlontar jauh dari tangannya.
Monster banteng tersebut merasa tidak puas. Ia melompat tinggi ke arah Hana dengan posisi hendak menginjaknya.
Akan tetapi, monster tersebut tiba-tiba terkena tendangan terbang oleh seorang laki-laki berjaket hitam-magenta.
Hana sontak kaget. "Kau?"
"Pergi! Cepat!" perintah laki-laki itu yang ternyata adalah Kadoya Tsujiro.
"Seharusnya tuan yang lari! Makhluk itu berbahaya!" balas Hana.
Tsujiro tak menjawab. Dari balik jaketnya, ia mengambil sebuah benda berwarna magenta lonjong dengan banyak simbol 'Kamen Rider' yang mengelilinginya. Benda tersebut adalah 'Neo Decadriver'. Tsujiro langsung menempelkan benda tersebut di depan pinggangnya hingga muncullah tali sabuk warna perak yang melilit pinggangnya sekaligus kotak pipih berwarna putih di sebelah kirinya. Dari kotak pipih tersebut, Tsujiro mengambil sebuah kartu bergambar sosok bertopeng garis-garis seperti 'barcode' dengan mata hijau cerah, mengapitnya dengan jari telunjuk dan tengah seraya memperlihatkannya ke depan.
Tsujiro menarik gagang Decadriver, kemudian berseru. "Henshin!" sambil memasukkan kartu itu ke Decadriver.
"KAMENRIDE!" Decadriver mengeluarkan suara dan Tsujiro pun menekan kedua sisi gagang yang ada di samping Decadriver.
"DECADE!!" Decadriver kembali mengeluarkan suara yang membahana.
Bayangan sosok 'Rider' langsung muncul di kedua sisi tubuh Tsujiro yang kemudian menyatu di tubuhnya. Sesaat kemudian, beberapa 'kartu' berukuran agak besar menancap satu persatu di kepala Tsujiro dan memberikan warna pada bayangan Rider di tubuhnya. Warna tersebut didominasi warna magenta dan sedikit warna putih, sementara matanya besar dan berwarna hijau cerah, mirip seperti yang ada di kartu yang Tsujiro masukkan ke Neo Decadriver. Lambang salib menyamping warna putih nampak menghiasi bagian dada yang menjorok ke bahu kiri. Sempurna! Tsujiro telah berubah menjadi Kamen Rider Decade.
Monster bernama 'Motaro' yang ditendang Tsujiro tadi langsung berdiri dan berlari menghampiri Tsujiro atau Decade dengan kedua kepalan tangan diselimuti api.
Setibanya Motaro di hadapan Decade, ia pun segera memukul dada Rider itu dengan tinju kanannya.
Namun, itu tak berefek apa-apa bagi Decade. Api di tangan Motaro juga langsung padam. Motaro pun kaget bukan main.
Hana juga tak kalah kagetnya. "Tidak mungkin!"
Motaro kemudian memukul Decade di perutnya dengan tangan kiri. Sekali lagi, api di tangan Motaro padam dan pukulannya tak memberikan efek apa-apa.
"Giliranku!" Decade langsung meninju dada tengah Motaro dengan tangan kanannya.
Tinju itu sanggup membuat Motaro terpental sangat jauh, sebelum akhirnya jatuh mencium aspal.
Hana lagi-lagi terkejut. "Ku-kuatnya..."
Decade mencabut benda kotak pipih yang menempel di sebelah kiri sabuknya bernama 'Ridebooker', membukanya, dan mengambil sebuah kartu bertuliskan 'FINAL ATTACKRIDE', sebelum akhirnya Ridebooker dikembalikan ke tempat semula lalu Decade menarik kedua gagang Decadriver dengan kedua tangannya dan memasukkan kartu yang ia ambil persis dari atas Decadriver.
"FINAL ATTACKRIDE!" Decadriver mengeluarkan suara rekaman digital dan Decade segera menekan kedua gagang di masing-masing sisi sabuknya seraya menghempaskan tangan masing-masing ke arah berlawanan.
"DE-DE-DE-DECADE!!" Decadriver bersuara lagi, lalu di hadapan Decade muncul beberapa kartu berwarna emas berukuran cukup besar yang berjejer.
Decade pun melompat. Kartu-kartu emas tersebut ikut ke atas dan berjejer secara diagonal ke bawah.
Tanpa mau membuang waktu, Decade segera meluncur ke bawah, ke arah Motaro yang sudah bangun dan tengah berlari ke arahnya. Ketika meluncur, Decade menembus kartu-kartu emas tersebut satu persatu, hingga akhirnya tapak kaki kanannya menghantam dada Motaro yang membuat Motaro terlempar jauh sekali lagi, sebelum akhirnya meledak hancur persis ketika Decade mendarat dengan posisi berlutut.
Hana pun terkesima dibuatnya. "Hebaattt..."