Chereads / Kamen Rider Decade: Bloodline / Chapter 3 - Chapter 3: Perasaan Hana

Chapter 3 - Chapter 3: Perasaan Hana

Di sebuah ruang rahasia bawah tanah...

"Akhirnyaaa!!! Mahkaryaku jadi juga!!!" teriak seorang pria paruh berkumis tebal dengan jaket cokelat menutupi tubuhnya sambil mengangkat sebuah sabuk berkepala emas yang di sebelah kiri talinya tergantung sepucuk pistol.

"Tidak sia-sia, Kaizoku" timpal seorang gadis berambut kuning dengan senyum jahat.

"Iya. Ini keberhasilan keduaku setelah menciptakan Neo Vistamps," balas pria yang diketahui bernama Kaizoku itu. "Pokoknya, setiap dunia menyatu, aku akan melakukan eksperimen seperti kenapa kesadaran kita tidak terpengaruh dengan perubahan sejarah, Kazuki. Sekarang, tinggal kita cari pengguna Descadriver buatanku dan dunia pun sebentar lagi berada dalam genggaman kita!"

Gadis bernama Kazuki tersenyum jahat lagi. "Neo Vistamp sudah kusebar. Kita sungguh beruntung karena setiap manusia punya sisi gelap."

"Bagus!" timpal Kaizoku. "Sebentar lagi, Kamen Rider pasti akan hancur, terutama Decade! Akhahahahaha... Akhahahahaha..."

Kembali ke Tsujiro dan Hana yang kini ada di dalam mobil Lamborgini berwarna magenta-hitam milik Tsuichirou... Daritadi Hana hanya diam dan sesekali melirik Tsujiro yang cuma fokus menyetir. Ternyata Tsujiro yang dingin di luar dugaan Hana. Awal mereka saling tahu identitas masing-masing pun Tsujiro menanggapi Hana dengan dingin. Hana sempat berpikir kalau ia tidak bisa bahagia dengan Tsujiro. Namun, pikiran tersebut akhirnya tertepis karena Tsujiro yang begitu kuat merupakan tipe pria yang sangat diidam-idamkan Hana.

Beberapa menit kemudian akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai di tempat tujuan, 'Cossieur Cafe'. Begitu Tsujiro keluar dari mobil, para paparazzi Tsujiro selaku 'Chef' terkenal langsung berteriak-teriak kagum. Apalagi, ketika mereka melihat Hana sang Goddes Singer, makin histeris lah mereka. Karena dari kabar yang mereka dengar, Hana dan Tsujiro telah dijodohkan. Bagi mereka, Tsujiro dan Hana adalah pasangan yang sempurna. Tak sedikit dari mereka yang memfoto Tsujiro dan Hana, bahkan merekam momen itu, dan adapula yang mencoba mewawancara mereka berdua. Hana yang baru pertamakali mengalami hal ini merasa sangat senang walau ia juga bingung, bahkan beberapa kali ia menanggapi paparazzi itu. Namun, beberapa penjaga cafe segera mengatasi tingkah para paparazzi itu dan mendampingi Tsujiro serta Hana masuk ke cafe. Tak cukup sampai disitu, di dalam kedua sejoli ini juga disambut oleh paparazzi yang sayangnya ditahan ulahnya oleh para penjaga cafe yang mendampingi mereka berdua. Hana langsung diantar ke atas panggung oleh salah satu penjaga cafe. Setelah duduk di bangku yang ada di panggung, Hana pun bersuara.

"Selamat malam semuanya!!"

"Selamat malam, sang Dewi!!!" teriak para pengunjung cafe.

"Hari ini, aku ingin menyanyikan sebuah lagu yang diciptakan oleh sahabat karibku. Judulnya 'Riot In Bloom'. Semoga kalian suka!"

"Tunggu tunggu!" tahan seorang pemain gitar. "Nadanya bagaimana, Nona Hana??"

"Untuk itu, terserah kalian saja. Sesuaikan saja dengan nada yang kuucapkan nanti," jawab Hana.

"Oh, baiklah." sang gitaris mengangguk.

Setelah checksound, musik pun dimainkan dan Hana mulai bernyanyi.

"Saite ageru Riot In Bloom

[Tie it tight aishitai You and I Familiy ties]

[Tie it tight sonzai kachi-girai Lie I give it later]

Dare-tomo tsuriawanai toge-darake mujakina lonely girl.

[Tie it tight aishitai You and I Familiy ties]

Tsukame-sōde tsukamenai kotae no nai Mainichi let me down

[Tie it tight sonzai kachi-girai Lie I give it later]

Uwabe dake bibiddodatta kowaretasekai de

Hitome mite wasure rarenakatta no hikaru blossom

Miageta sora no sakura

[You gave me love, I give it later.]

Dakara watashi wa watashi no mama de

Mada shinjirukoto o yamenai

Anata ni tsuyoku hika reta daichi ni nezashite tatsu sono sugata

Watashi wa watashi o ikiru tsubasa nado nai to shittakedo

Mebuita chīsana hana o daiji ni sodateru koto o kimeta no

Maiorita hanabira ga nukumori o oshiete kureta

Atarashī watashi

Saite ageru Riot in Bloom."

Usai bernyanyi dengan penuh semangat, Hana keluar diiringi senyuman Tsujiro yang kagum dengan bakat Hana. Ini pertamakalinya Hana melihat senyum Tsujiro. Baginya, sangat manis! Ia yang tadinya hanya kagum sedikit demi sedikit mulai mencintai Tsujiro, terlebih perlakuan Tsujiro kali ini berbeda. Tsujiro jadi lebih perhatian. Meski dikawal penjaga cafe, tapi Tsujiro tetap bisa memberi perhatian dengan caranya. Akan tetapi, mereka tidak sadar kalau mereka tengah ditatap dengan penuh kebencian oleh seorang gadis berambut twintail dari dalam mobil Ferrari hitam.

"Awas kau, Hana! Kau akan tahu akibatnya jika merebut Tsujiro dari seorang Ayame!" ucap gadis itu, sebelum kemudian menutup kaca mobilnya dan pergi.

Gadis bernama Ayame tersebut melewati jalan yang sangat sepi agar cepat sampai ke rumahnya. Akan tetapi, di saat seperti itu, tiba-tiba

"Butuh bantuan?"

Terdengar suara seperti suara mesin komputer di sekitar Ayame.

"Si-siapa??" Ayame kebingungan.

"Apa dengan membalas dendam kau merasa senang?" Suara itu kembali terdengar.

"Ke-kenapa kau bisa tahu??" Ayame bertanya-tanya.

"Aku bisa membantumu membalas dendam pada Hana...," ucap suara itu lagi yang tiba-tiba menampakkan dirinya yang berupa stampel putih berukiran gadis yang diatas kepalanya ada lingkaran.

Ayame terkejut bukan main. Tapi ia merasa senang ada yang mau membantunya membalas dendam pada Hana.

"Jangan takut... Aku bisa membantumu. Aku Angelic Vistamps. Aku bisa memberi kekuatan padamu untuk membalas dendam," kata Vistamps tersebut.

"Baiklah, aku mau!" ujar Ayame dengan wajah yang begitu senang.

"Bagus!" Angelic Vistamps langsung menempel di leher Ayame yang membuat Ayame berteriak kesakitan.

Tak lama kemudian, Angelic Vistamps berhenti menempel di leher Ayame. Ia berhasil membuat cap stempel berukiran sama seperti ukiran yang ada di badannya. Sesaat kemudian, mata Ayame berkedip merah. Ia tersenyum sinis dan langsung mengambil Angelic Vistamps dan ia masukkan ke dalam tasnya. Kini, Ayame bukanlah Ayame. Tapi, Angelic Vistamps yang sudah memakan jiwa Ayame yang masih memiliki ingatan masa lalu yang bisa Vistamps itu manipulasi sesukanya. Itu bukan Vistamps biasa dari dunia Kamen Rider Revice, tapi Neo Vistamps buatan 'Kaizoku'.

Sementara itu, di dalam mobil Lamborghini milik Tsujiro...

"Ng ... Tuan Tsujiro, aku ingin bertanya sesuatu, boleh?" ucap Hana.

"Silahkan," balas Tsujiro.

"Kau ... Mendapatkan kekuatan Kamen Rider darimana?"

Tsujiro diam sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Maaf, aku tidak bisa memberitahunya."

"Begitu ya," ucap Hana pelan.

"Hana, siapa yang menciptakan lagu yang kau bawakan? Jujur, aku tersentuh! Lagu itu memiliki arti yang sangat dalam. Terlebih, suara orang yang membawakannya merdu sekali."

Mendengar kata-kata Tsujiro, wajah Hana langsung memerah. "Terimakasih, Tuan Tsujiro. Aku jadi malu."

"Yang menciptakan? Kau atau orang lain?"

Hana terdiam... Ia kebingungan. Kalau ia jujur, ia takut Tsujiro kecewa. Akhirnya...

"Aku yang menciptakannya, tuan."

Tsujiro kembali tersenyum. Kali ini, ia nampak sangat senang. "Hebat sekali! Aku tak menyangka! Suara merdu, otak pintar. Kau ini ... Idamanku!"

Hana tercekat dan wajahnya memerah lagi. "B-bukan apa-apa, kok. Sekali lagi, terimakasih, tuan."

"Jangan panggil aku 'tuan'. Panggil Tsujiro saja. Bagaimanapun, kau kan tunanganku."

Hana tersenyum dengan wajah yang kembali memerah. "Baiklah, Tsujiro..."

"Sebentar lagi sampai di rumahmu," ucap Tsujiro sambil memperhatikan GPS pada Worldphone yang ia tempel dekat stir mobil. Ya, Worldphone memiliki fitur pelacak tempat tinggal siapapun itu.

Dahi Hana mengernyit. "Rumahku??"

"Memangnya kenapa??" selidik Tsujiro.

Hana langsung menggeleng. "Tidak! Bukan apa-apa!"

Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah rumah besar bak istana dengan pagar berwarna hitam. Tsujiro pun menghentikan mobilnya persis di depan rumah itu. Kemudian, Tsujiro turun, begitupun Hana. Setelah itu mereka berjalan kecil menuju pagar lalu Tsujiro berhenti persis di depan pagar, Hana yang melihatnya juga ikut berhenti.

"Natsuki Hana... Hari ini adalah hari terbaik bagiku. Terimakasih," ucap Tsujiro yang kemudian tersenyum.

Hana menggeleng. "Bukan apa-apa, kok."

"Hana, aku ..."

Hana mengangkat alisnya.

"Aku mencintaimu."

Deg!

Hana terkejut. Lalu jantungnya berdetak tak karuan. Ia berkeringat dingin dan menggigit bibir bawahnya.

"Hana...." Tsujiro kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Hana, sebelum akhirnya mencium bibir Hana.

Hana sontak kaget. Ini pertamakali terjadi dalam hidupnya. Namun kemudian, ia menikmati ciuman itu dan membalasnya dengan lembut.

Puas mencium bibir Hana, Tsujiro pun tersenyum hangat sambil menatap mata Hana beberapa saat, lalu berkata, "Selamat malam, pujaanku. Hana sayang." Sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hana yang mematung dan masuk ke dalam mobil, sebelum kemudian pergi dari rumah yang besar tersebut. Hana pun kemudian menuju pagar untuk membukanya. Tapi, Hana tak melihat satu slot pun pengunci pagar. Sampai akhirnya, Hana melihat sesuatu berbentuk kotak dengan lambang sidik jari yang menyala. Dengan instingnya, Hana menempelkan jempolnya di lambang tersebut. Dan... Pintu pun terbuka perlahan, lalu Hana segera masuk. Setelah itu ia melihat alat yang sama seperti di luar pintu dan langsung menempelkan jempolnya. Pintu pun perlahan tertutup dan Hana segera berjalan ke depan pintu yang ternyata ketika Hana putar knopnya, tidak dikunci.

Sesampainya di dalam, Hana langsung terkesima dengan luasnya rumah tersebut serta begitu rapih dan indahnya dekorasi rumah itu. Setelah mengagumi rumah besarta isinya tersebut, Hana mencari dimana kamarnya. Setelah periksa sana periksa sini, akhirnya Hana menemukan pintu bertuliskan nama dirinya. Ia pun segera masuk ke dalam kamar tersebut yang ternyata sangat luas dengan dekorasi hitam-pink dan dipenuhi barang-barang mewah. Begitu melihat kasur, ia segera merebahkan tubuh disana.

Hana tak menyangka kalau kehidupannya bisa seindah ini. Ia jadi lupa masa-masa suramnya dulu, meski masih banyak tanda tanya di kepalanya seperti bagaimana bisa ia jadi penyanyi terkenal dengan gelar Goddes Singer dan lain sebagainya. Ia senyum-senyum sendiri begitu mengingat cinta satu malamnya bersama Tsujiro.

"Tsujiro ... Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu!" gumam Hana, sebelum akhirnya memejamkan mata dan tidur.

Di tempat yang tidak jauh, Ayame berdiri di atas salah satu gedung, kemudian ia mengangkat kedua tangannya ke atas. Dari kedua tangannya, muncul cahaya gelap yang langsung ia hempaskan ke langit, membuat langit mendung dan seketika turun hujan.

"Hana, rasakanlah mimpi burukmu! Akhahahaha... Akhahahaha..." Tawa Ayame menggema di seluruh penjuru.

Esok paginya... Dengan penuh semangat Hana bangun dan berganti pakaian olahraga, kemudian lari-lari kecil di luar, dengan kata lain 'jogging'. Begitu ia berpapasan dengan ibu-ibu yang juga sedang jogging, Hana menyapa mereka sambil tersenyum. Akan tetapi, Hana malah mendapatkan tatapan jijik dan langsung dijauhi. Tentu saja Hana kaget dan tak menyangka. Dari jauh, Hana bisa mendengar ucapan salah seorang ibu-ibu itu kalau Hana tidak ada bedanya dengan pelacur. Namun, Hana kembali berlari-lari kecil dan tak mau ambil pusing. Tapi sepertinya, hal demikian tidak sampai disitu saja. Setiap melihat orang, orang itu langsung menatap jijik Hana dan menjauhinya. Banyak sekali yang melakukannya tanpa Hana tahu apa sebenarnya kesalahan yang telah ia perbuat. Bahkan ketika hendak beli minuman di pinggir jalan dan juga di warung, penjualnya mengusir Hana. Hal tersebut tak hanya terjadi sekali. Tanpa Hana sadari, air matanya menetes. Apa yang sebenarnya terjadi?

Akhirnya, Hana terpikir untuk pergi ke rumah Sakura. Ia mengusap air matanya dan tersenyum. Sakura pasti tidak melakukan hal yang sama seperti orang-orang yang ia temui pagi ini. Namun, setibanya di rumah Sakura, Hana malah diusir oleh keluarga Sakura. Bahkan, Sakura bilang, ia sudah tidak sudi berteman dengan Hana. Bukan main sedihnya Hana saat itu. Sambil menahan tangis, ia pergi, lalu duduk di bangku taman dan merenungi nasibnya. Tapi, di saat seperti itu.

"Hana!" Suara seorang laki-laki menghentikan renungan Hana.