*Olivia*
Oh.
Itulah satu-satunya pikiran yang sempat melintas di kepalaku dalam beberapa detik. Tidak ada yang lain dalam pikiranku selain kebisingan seperti TV yang tidak menangkap sinyal. Keterkejutan dan pusing menguasai diriku saat aku mencoba memahami apa sialan yang sedang terjadi.
Aku bingung, benar-benar bingung, saat bibir Alessandro mendekat ke arahku, matanya yang gelap benar-benar terkunci pada mataku.
Aku membeku di tempat, jantungku berdetak kencang di telingaku saat dia semakin mendekati dengan setiap milidetik. Rasanya seperti aku terjebak dalam gerakan lambat, tak mampu bergerak.
Namun tepat sebelum bibir kami bersentuhan, aku sadar akan diriku.
Aku menarik diri ke belakang, mataku melebar, dan dia berhenti, menelan sebelum dia pun mundur. Ada keheningan canggung di antara kami sejenak saat kami saling menatap.
