*Olivia*
Sialan! pikirku, bersandar di pintu kamar tidurku ketika aku sudah aman di dalam. Jika aku pikir Giovani itu panas saat kita pertama bertemu, itu tidak ada bandingannya dengan bagaimana aku memandangnya sekarang. Dia tidak sekadar sangat menarik. Dia cerdas dan baik, dan tawanya yang dalam dan kaya membuatku tak bisa bernafas.
Selama kami berbicara, yang bisa kupikirkan adalah memanjat ke pangkuannya dan membuatnya mengeluarkan suara lain. Mungkin saja aku salah membaca tanda-tandanya, tapi aku tidak bisa membayangkan dia akan keberatan. Mungkin itu hanya sifat Italia-nya, tapi sepertinya ia benar-benar sedang merayuku.
Aku menyeret diriku ke tempat tidur yang besar, terjatuh di atasnya bak kumpulan barang tak beraturan. Meskipun aku merasa lelah secara fisik, pikiranku kembali terang dengan pemikiran tentang laki-laki seksi itu di sisi lain vila. Sebenarnya, aku sadar aku tidak tahu di mana dia tidur. Aku tidak bisa menahan harapan untuk segera mengetahuinya.
