*Olivia*
Aku menunggu, gemetar di koridor yang dingin, untuk Giovani datang ke pintu. Efek sisa dari mimpi buruk masih dirasakan seluruh tubuhku menggigil.
Keringat masih menempel di tubuhku, membeku di kulit, dan aku merasa bisa pingsan kapan saja. Aku melingkarkan tangan di sekeliling tubuhku, mencoba menahan diri saat keheningan semakin lama semakin terasa.
Jika aku masih mampu, mungkin aku sudah menangis, tapi sepertinya mataku sudah kering saat ini.
Aku mengambil nafas yang gemetar ketika tidak ada jawaban yang terasa seperti selamanya. Aku mengangkat tangan untuk mengetuk pintu lebih keras, suara ketukannya bergema di koridor yang sepi.
Saat aku mempertimbangkan untuk mengatakan 'persetan' dan memaksa pintu terbuka sendiri, akhirnya aku mendengar suara seseorang bergerak di balik pintu.
Untuk sesaat, rasa takut mengerikan yang tidak rasional membelenggu aku.
