Mobil berhenti, membuatku terdorong ke depan di kursiku. Mataku memindai kegelapan hutan lebat di sekitarku sambil mencoba memikirkan di mana aku berada. Ini adalah medan yang tidak aku kenal. Selimut kegelapan yang tidak menenangkan menyelimuti hutan, tempat yang belum pernah kukunjungi sebelumnya.
Namun, di sinilah Caleb membawaku.
Dia mengemudi selama berjam-jam dan menolak berhenti dalam keadaan apa pun. Kegusaran terhadap perilakunya dan situasiku meningkat setiap detiknya.
Tepat ketika aku pikir aku tidak tahan lagi, mobil berhenti dan aku harus menghadapi ide ke mana tujuan kami.
Dengan cepat keluar dari mobil, dia membuka pintuku, menggenggam tanganku, dan menarikku kasar hingga berdiri. Udara segar dingin yang menyegarkan menghantam wajahku, saat aku tersandung di tanah yang berakar. Tidak ada sentuhan lembut dari Caleb, sebaliknya, cengkeramannya yang kuat menarikku semakin jauh ke atas jalan menuju sebuah pondok kayu kecil yang menghadap ke tebing.