Xiao Yi mengangguk dengan senyuman di wajahnya, dan setelah berpikir sejenak, ia berbicara lagi.
Hari ini, An Lili telah mentraktirnya makan, dan ia masih merasa agak malu, tidak ingin berhutang budi padanya.
"Benarkah? Ingat apa yang kamu katakan, tidak boleh mengingkari janji!"
Mata An Lili tiba-tiba berbinar.
"Hehe, tentu saja tidak, lalu... Saya pamit dulu ya."
Xiao Yi dengan santai memanggil taksi, kemudian melambaikan tangan pada An Lili dan berjalan menuju arah taksi tersebut.
"Selamat tinggal!"
An Lili melambaikan tangannya, menyaksikan saat Xiao Yi masuk ke mobil lalu kendaraan itu cepat berangkat. Baru kemudian ia perlahan menurunkan tangannya, wajahnya tak mampu menyembunyikan kegembiraannya saat ia menggenggam tangannya erat dan bergumam, "Jadi dia adalah Xiao Yi, dia benar-benar Xiao Yi!"
Setelah sebentar, ia tampak teringat sesuatu dan segera mengeluarkan ponselnya, mendial nomor.
"Kakek, bagaimana dengan salep itu dari dulu, apakah masih ada?"
