Saat bel sekolah berbunyi, Haruto langsung membereskan barang-barangnya dan pergi keluar kelas. Ia terus berjalan hingga sampai di depan pintu gedung sekolah. Haruto langsung meletakkan sepatu putihnya dan menggantinya dengan sepatu hitam miliknya. Mengingat janjinya dengan Yuki dan Ren, Haruto langsung bergegas pergi ke depan gerbang sekolah. Disana, Haruto melihat Yuki yang sedang menunggunya.
"Sudah lama menunggu?" tanya Haeuto seraya menghampiri Yuki yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.
Yuki menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, aku baru sampai." Ucapnya singkat.
"Syukurlah."
"Baiklah, mari kita pergi," ucap Yuki seraya berjalan meninggalkan Haruto. Tetapi Haruto menahan lengan tangan gadis tersebut.
"Tunggu dulu."
"Ada apa?" tanya Yuki kebingungan.
"Bisakah kita menunggu temanku sebentar?"
"Ah, baiklah," balas Yuki singkat sembari lanjut menunggu.
"Apa temanmu itu juga tau kalau kau adalah seorang mangaka?" tanya Yuki pelan.
"Sebaiknya simpan dulu pertanyaanmu untuk nanti," balas Haruto hampir berbisik.
"Ah, baiklah kalau begitu."
Tidak lama kemudian, terlihat seorang pemuda yang sedang berlari ke arah gerbang sekolah. Pemuda tersebut menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya pemuda tersebut menoleh ke arah Haruto dan Yuki sembari tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Itu dia," ucap Haruto singkat.
"Hei!" seru Ren seraya berlari menghampiri mereka berdua.
"Mengapa kau kelihatan capek begitu?" ucap Haruto keheranan.
"HEI! Apa kau tidak melihatnya!" ucap Ren kesal melihat Haruto. Padahal ia sudah berusaha bergerak secepat mungkin agar mereka tidak terlalu lama menunggu, tetapi inikah balasan mereka? 'Benar-benar tidak bisa dipercaya' batin Ren.
"Baik-baik, aku minta maaf," ucap Haruto setengah hati.
"Baiklah, apa kita akan pergi sekarang?" tanya Yuki untuk yang kedua kalinya.
"Iya, mari kita pergi," seru Ren seraya pergi menarik lengan Yuki.
"HEI! Jangan tinggalkan aku!" seru Haruto seraya bergegas menyusul mereka berdua.
Terkadang Haruto merasa heran akan sikap Ren yang begitu ramah dan juga hangat sehingga sikapnya itu dapat membuat orang di dekatnya nyaman. Mungkin hal itulah yang membuat Haruto dan Ren menjadi dua teman baik yang tidak mudah terpisahkan.
***
Akhirnya mereka pergi ke sebuah cafe yang terletak tak jauh dari sekolah mereka. Mereka langsung memesan beberapa makanan dan minuman.
"Hei Nakajima-san, dia adalah Ren Suzuki, dia adalah temn baikku sekaligus novelis 'Cinta Antar Waktu'."
"Hai, senang bertemu denganmu." Ucap Ren ramah.
"Aku Nakajima Yuki, senang bertemu denganmu," ucap Yuki pelan.
"Tenang saja, aku nggak gigit kok," ucap Ren santai sambil menyeruput minumannya.
"Mungkin yang harus kau kurangi itu adalah sikap sok akrab-mu dengan orang baru deh," gumam Haruto melihat tingkah temannya yang satu ini.
"Hahaha," tawa Ren. "Baiklah, maafkan aku."
"Duh, mungkinkah ini adalah suatu tanda malapetaka?" keluh Haruto pasrah melihat tingkah temannya yang satu ini.
"Hei, kau begitu jahat padaku," seru Ren seraya menepuk nepuk punggung Haruto.
Saat sedang bersenang senang, tiba tiba saja seorang wanita datang ke arah tempat duduk mereka bertiga. Haruto dan Ren pun memgalihkan pandangannya ke arah wanita tersebut. Seorang wanita yang memiliki tinggi sekitar 165 sampai 170 cm dengan pakaian jas dan riasan yang terlihat natural menambah kesan dewasa wanita tersebut.
"Hei, Takahashi-san," sambut Ren senang. "Bagaimana kabarmu?"
"Ara, kalian pergi makan malam tanpa mengajakku," goda Aiko.
"Mengapa kau bisa ada disini?" keluh Haruto ketika melihat Aiko yang menghampiri mereka.
"Tentu saja karena aku tidak muncul di bab dua," ucap Aiko dengan percaya diri.
"Tidak muncul di bab dua, alasan macam apa itu," keluh Haruto pasrah. "Tapi maaf saja, tetapi ini hanya makan malam untk anak muda," ucap Haruto dingin.
"Haruto-kun, kau begitu dingin, tidak bisakah kau sedikit berbaik hati kepada editormu yang satu ini?" keluh Aiko melihat sikap Haruto yang begitu dingin. Beberapa saat kemudian, ia menoleh dan melihat seorang gadis yang duduk bersama mereka. Aikom merasa wajah gadis tersebut terasa tidak asing, kemudian Aiko memerhatikan wajah gadis tersebut seraya mengingat ingat dimana dirinya pernah bertemu dengan gadis tersebut.
"Hei gadis manis, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Aiko agak ragu, mungkin saja gadis tersebut mirip saja dengan gadis yang pernah dirinya lihat tempo hari.
"Benar, kenalkan aku adalah Nakajima Yuki, teman sekolah Nakamura-kun," kata Yuki memperkenalkan dirinya. "Kita pernah bertemu tempo hari saat di pantai," sambung Yuki.
"Ah, kau adalah pacarnya Haruto-kun bukan," balas Aiko cepat sehingga membuat Haruto tersedak minuman.
"Hei, apa apaan ini, ternyata dia adalah pacarmu," kata Ren dengan raut wajah yang berpura pura sedih.
"BUKAN GOBLOK!" seru Haruto kesal, ia sudah menduga kedatangan wanita tersebut adalah sebuah malapetaka. Apalagi karena dirinya bersama dengan Yuki, pasti Haruto akan dituduh yang tidak-tidak dengan wanita tersebut.
"Maaf, tetapi aku bukanlah pacarnya Nakamura-kun, aku juga baru mengenalnya tempo hari saat si pantai tersebut," ucap Yuki panjang lebar.
"Ah benarkah, sayang sekali, padahal Haruto bisa saja mendapat pacar yang sangat cantik dan manis sepertimu," balas Aiko sedih.
"Hei, kau pikir aku seterkenal itu?" tanya Haruto dengan volume kecil.
"Benar."
"Oh iya, ada tujuan apa kau datang kemari?" kata Ren menanyakan maksud dari kedatangan Aiko, biasa dia hanya akan menyapa jika bertemu dengan mereka berdua, belum pernah Ren melihat Aiko menghampiri mereka berdua jika tidak ada hal yang terlalu penting.
"Ah, benar juga, aku ada pengumuman," ucap Aiko senang.
"Semoga saja bukan pengumuman pengumuman tidak penting seperti biasanya," keluh Haruto dingin.
"Tenang saja, ini adalah pengumuman yang benar benar penting."
"Baiklah, ada apa?"
"Apa kalian berminat untuk membuat sebuah game?" tanya Aiko girang.
"APA?!" sontak Haruto dan Ren terkejut, bisa bisanya wanita tersebut menanyakan hal yang di luar nalar mereka.
"Ayolah, kita buat game ini sebagai pekerjaan sampingan," ucap Aiko memohon.
"Apa kau udah gila, kau pikir kami bisa membuat game semudah itu?" ucap Haruto kaget.
"Benar, sedangkan kami hanyalah seorang siswa SMA yang menjadi kreator biasa." Sambung Ren
"Ayolah, bukankah ini akan dapat menambah penghasilan kita," mohon Aiko. "Kalian juga bisa mengajak Yuki-chan untuk ikut bersama kita," usul Aiko.
"Tapi, aku tidak bisa apa-apa," ucap Yuki pesimis. "Mungkin akan lebih baik jika aku tidak ik-"
"Tunggu!" seru Haruto, "Mungkin kau bisa menjadi model atau asisten kami," sambungnya.
"Eh, tapi-"
"Tenang saja, mungkin kami bisa mengajarimu sedikit demi sedikit cara menjadi editor," balas Ren cepat.
"Baiklah, kalau begitu, sudah deal ya," ucap Aiko senang.
"Tunggu! Dari mana kita akan mendapatkan programmer untuk gamenya dan juga pengisi musik latar?" tanya Ren.
"Untuk programmernya kalian bisa mengurusnya padaku, tapi untuk pengisi musik latarnya.."
"Serahkan saja pada kami," ucap seorang gadis yang muncul secara tiba-tiba. Haruto dan yang lain menoleh ke asal suara tersebut dan melihat beberapa orang gadis sedang berdiri di hadapan mereka.
BERSAMBUNG!