Chereads / MARI KEMBALI SAYANG / Chapter 2 - bab 4 Masa Lalu

Chapter 2 - bab 4 Masa Lalu

Patton Aurora adalah seorang pengusaha yang sama suksesnya dengan keluarga Jhonson, tetapi Patton bukan seorang pria yang akan haus akan kekuasaan oleh sebab itu dia tidak terlibat dalam dunia bawah seperti Jhonson.

Patton dan David sebenarnya sahabat, mereka tumbuh bersama dari kecil tetapi sebuah kejadian buruk terjadi sehingga persahabatan itu renggang.

Saat itu David yang notabenenya orang yang dipercaya oleh Patton meminta izin membawa Clarissa jalan-jalan bersama, tetapi na'as kejadian yang terduga membuat mereka harus merasakan sakit yang luar biasa.

Clarissa koma selama sebulan lebih, saat ia bangun ingatannya hilang sebagian, hanya anggota keluarganya yang dia ingat, David yang mengetahui Clarissa hilang ingatan merasakan sakit.

Dia begitu mendambakan anak perempuan sehingga menggap Clarissa seperti putrinya sendiri.

Flashback

"Patton hari ini anak-anak ku akan berkumpul di rumah bolehkah aku mengajak Clarissa bertemu mereka."

"Kau ingin menculik putri kecilku yang manis." Sinis Patton

David mendengus kesal, sahabatnya memang selalu seperti ini jika menyangkut anak gadisnya.

"Buat apa aku minta izinmu kalau mau menculiknya."

"Hehehe." Patton malah terkekeh mendengar jawaban David, ia malah pergi meninggalkan sahabatnya itu

"Dasar pria tua bangka." Gerutu David yang masih bisa didengar Patton

"Kamu juga pria tua bau tanah." Jawabnya ketus

Patton masuk ke kamar Clarissa melihat sang istri tertidur disebelah putrinya, sedangkan sang putri malah asik bermain sendirian.

Ia menghampiri Jessi, mengusap-usap rambutnya dengan penuh kasih sayang, mengecup keningnya, memandang wajahnya

"Kau pasti kelelahan sayang." Sekali lagi ia mengecup kening sang istri

Pandangannya beralih menatap sang putri yang tersenyum-senyum sambil menggerakkan tangan dan kakinya.

'gemasnya putri bapak.'

Jika orang lain mungkin suka dipanggil ayah papih atau Daddy, Patton justru suka kalau anaknya memanggil dia bapak terkesan norak mungkin tapi dia merasa seakan kewibawaannya bertambah. Itu pendapat dirinya sendiri, sebab artinya sama semua

Menggendong Clarissa dengan hati-hati, mengusap wajahnya yang tembem, pipi chubby nya begitu menggemaskan, kdang Patton ingin sekali menggigit pipi itu.

"Sayang tidur yang nyenyak ya, aku mau membawa putri kita kebawah, David si tua bangka itu datang kesini ingin bermain bersama putri kita huh menyebalkan." Ia berbicara sendiri sebab Jessi benar-benar tertidur pulas

Dibawah David memejamkan matanya ia meras sedikit lelah, pekerjannya yang banyak membuat istirahat nya hanya sedikit. Tapi ia memang merindukan putri angkatnya ini

Melihat Patton menggendong Clarissa ia segera berdiri berjalan menghampiri

"Ah sayangnya Daddy, kau tambah manis dan menggemaskan sayang." Mengulurkan tangannya yang disambut ceria oleh bayi mungil itu, ia bahkan bertepuk tangan senang

"Ayo sini sayang, wahh putri Daddy juga merindukan Daddy ya." Ia berceloteh seakan Clarissa mengerti ucapannya

Menimang-nimang Clarissa, sesekali mencium pipi chubby nya.

Patton melotot "hai hai pria tua jangan coba-coba mencium putriku, atau kau ku laporkan pada polisi dan dilarang bertemu dengannya."

"Huh pelit sekali dirimu tua bangka." Matanya kembali menatap Clarissa

"Ayo sayangku biarkan dia sendirian, Daddy membawa hadiah untukmu, pasti kau suka."

Mata Clarissa berbinar melihat sebuah boneka panda kecil yang lucu, sebenarnya David ingin membelikan perhiasan tapi jika dipikir-pikir umur Clarissa baru satu tahun setengah.

"Daddy Daddy cuka cuka." Ia mulai berceloteh

David takjub mendengar Clarissa memanggil nya Daddy, matanya berkaca-kaca

"Cengeng sekali dirimu wahai pria tua."

"Diam kau, bilang saja cemburu." Melempar bantal ke arah Patton

"Heii jangan ajarkan anakku hal yang tidak sopan."

"Yaya aku lupa."

"Huhh terserah kau sajalah."

David mengabaikan Patton, ia malah asyik menatap bayi cantik yang sedang berada di pangkuannya

"Sayangku kau sudah bisa bicara sekarang ya, ah betapa bahagianya Daddy nak."

Seakam mengerti dengan ucapan David Clarissa mengangguk.

"Patton sepertinya anak-anak ku sudah menunggu, bolehkah aku membawa Clarissa? Mereka pasti bahagia melihat adik perempuannya."

"Iya, asalkan jangan sampai ada luka sedikitpun, ingat kau harus menjaganya dengan baik."

"Pasti, Clarissa putriku juga."

Tidak jauh dari kediaman Aurora seseorang sedang duduk di kegelapan, sepertinya ia mengintai kediaman tersebut.

Melihat David keluar membawa Clarissa ia menyeringai 'target datang.' mengikuti dengan pelan dari jarak yang lumayan jauh

David yang sangat lelah malah tertidur di dalam mobil bersama Clarissa yang juga malah ikut terlelap dipangkuan Daddy angkatnya.

Mereka berangkat tidak dengan bodyguard, sebab David merasa akan baik-baik saja, padahal bahaya sedang menuju pada mereka.

Mobil melaju dengan perlahan, meninggalkan kediaman Aurora. Patton melihat mobil David perlahan-lahan pergi meninggalkan kediamannya, ia melihat dikaca lantai dua rumahnya.

'semoga semua baik-baik saja, entah kenapa perasaan ku tidak enak. Tuhan jaga selalu keluargaku.'

Ia dan David memang sudah seperti saudara kandung, dan bahkan tidak ada rahasia diantara mereka berdua.

Brukk brukkk brukk suara hantaman keras terdengar dibelakang mobil yang ditumpangi David, Clarissa yang kaget langsung menangis kencang membangunkan David

"Sayang tenang nak, tidak apa-apa tidak apa-apa." Berusaha menenangkan Clarissa yang ketakutan

'sialan ada yang berani bermain-main denganku.' ia geram, melihat kebelakang mobil hitam terus menabrak

Tidak jauh dari sana terdapat mobil yang mengahalngi jalan sang sopir sangat gugup

"Tuan bagaimana ini? Ada nona Clarissa saya tidak bisa menambah kecepatan mobil."

"Lakukanlah dengan hati-hati."

David menelpon stave orang kepercayaannya.

"Steve kirim bantuan ke dekat kediaman Patton, ada seseorang yang menyerang. Cepat."

Ia juga menelpon Patton karena menurutnya kediamannya lebih dekat

"Tuaaa.." sebelum Patton berbicara David segera menyela

"Segera kirim bantuan kesini Patton, ada yang menyerang." Tut

"Sialan, siapa yang berani bermain-main dengan keluarga kita."

Tanpa menunggu lama ia bergegas mengemudikan mobilnya menuju lokasi amg dikirim David bersama dengan anak buahnya.

David terus memeluk Clarissa ia memenangkan bayi kecil itu yang sesenggukan, matanya merah akibat menangis tanpa henti dan menguap terus menerus.

'tenang sayang, Daddy tak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu.'

Melihat di depan banyak mobil yang berhenti David terdiam 'Tuhan tolong selamatkan kami terutama Clarissa, jaga selalu putri kecilku.' menutup mata sejenak

"Tuan." Sang sopir ingin berbicara tapi segera berhenti melihat kode lirikan mata David

'apapun yang terjadi Clarissa harus selamat."

"Baik, saya paham." Ia terus melaju kan mobil

David semakin mengeratkan pelukannya

BRAKK BRUKk

Tabrakan keras tak terelakan lagi mobil itu terguling dan Clarissa terlempar keluar, sedangkan David terjebak di dalam mobil bersama sopir. Di sela-sela kesadaran yang hampir hilang David memandang Clarissa

'Putriku.'

Patton melihat semuanya ia berlari menghampiri sang putri dan pengawalnya dengan cepat menyelamatkan David dan sopir. Sementara yang lain melawan penjahat-penjahat yang tertawa melihat targetnya sekarat.

Flashback off

Patton memandang langit malam, dadanya sesak mengingat bagaimana ia hampir kehilangan Clarissa juga sahabatnya itu.

'aku harap kamu baik-baik saja, bukan inginku menjauhi dirimu. Tapi aku tak ingin anakku terluka lagi.'

***

Clarissa terbangun karena haus, akhir-akhir ini entah kenapa ia sering bermimpi buruk. Membuat dirinya kesulitan tidur. Dadanya sesak merasakan sakit yang entah kenapa

Berjalan menuruni tangga menuju dapur, sebelum sampai ke dapur ia melihat pintu ruang kerja ayahnya terbuka sedikit. Disana sang ayah berdiam diri memandang kegelapan malam

Tok tok tok

Tak ada sahutan dari dalam akhirnya ia membuka pintu 'bapak kenapa? Sampai tidak mendengar aku mengetuk pintu.'

"Pak." Mendengar suara yang selalu membuat ia khawatir Patton menoleh tersenyum hangat penuh kasih sayang

"Kenapa belum tidur nak? Ini sudah malam. Tidak baik untuk kesehatan mu."

"Clarissa haus jadi terbangun." Bohongnya

"Benarkah? Kalau begitu ayo kita ambil air minum, sepertinya para pelayan sudah tertidur pulas."

Berjalan bersama menuju dapur sambil menggandeng tangan, Clarissa sesekali melihat wajah ayahnya yang tampak begitu lelah

"Pak kapan kakak akan pulang?"

"Kenapa hm? Kau merindukan kakakmu?"

"Iya pak, kak William kemarin pulang sebentar, sedangkan kak Yolan tak ingat pulang dan kak Andreas asyik sendiri menikmati liburannya terus."

"Nanti bapak telpon mereka ya."

"Benarkah?" Binar bahagia terpancar indah dari mata Clarissa

"Iya sayang."

Waktu terus berjalan tanpa hambatan

Memberikan banyak kisah yang terus akan dikenang

Entah itu seperti malam yang gelap

Atau mungkin pagi yang cerah

Waktu terus berjalan tanpa bisa dihentikan

Mengikis banyak rasa atau juga asa

Meresapi perjalanan yang entah sampai kapan

Bergerak tanpa batas

Melaju dengan bebas.

Waktu...

***

William saat ini sedang berkutat memeriksa laporan dari mata-mata yang menyelidiki kasus kecelakaan adiknya dulu. Meski sudah beberapa tahun berlalu tapi ia masih ingat saat dulu adiknya harus berjuang antara hidup dan mati.

"Siapa sebenarnya yang melakukan penyerangan itu? Kenapa sampai saat ini susah sekali ditemukan." Bergumam lirih sambil terus melihat kertas-kertas di meja

Tok tok tok

"Masuk."

"Dek."

William menoleh melihat kakaknya ada disini

'kenapa mereka ada disini?'

"Tumben."

Tanpa dipersilahkan Yolan dan Andreas masuk

"Clarissa dekat dengan Rayhan Jhonson?" Tanya Andreas tegas

"Hmmm." Jawab William singkat

"Dia yang mengantar Clarissa kan? Aku mau menjemputnya tapi malah kejebak macet." Sela Yolan

Andreas melirik "tidak sesederhana itu." Yolan dan William langsung menatap Andreas penuh pertanyaan

"Dia bukan orang santai yang berjalan-jalan di kegelapan malam, apalagi sendirian."

"Jadi maksud kakak?" Kompak William dan Yolan

"Dia sudah merencanakan semuanya."

"Bagaimana bisa? Memang apa hubungan dia dan Clarissa."

"Dia anak David Jhonson sahabat bapak kalau kalian lupa."

"Brengsek." Yolan menggebrak meja

"Diam." Andreas melotot

"Maaf. Aku kesal sekali kalau ingat nama dia."

"Dia tidak salah. Yang salah adalah kita yang kurang waspada dalam menjaga Clarissa." Andreas menepuk bahu adik-adiknya

"Kita harus menjaga Clarissa lebih ketat lagi. Sepertinya bukan hanya Rayhan Jhonson yang menginginkan adik kita itu."

"Aku mendapatkan laporan bahwa ada beberapa orang yang sering mengikuti adik kita selain bodyguard bapak." Lanjutnya