"Ya ampun hujannya tak berhenti malah semakin deras saja. Bagaimana ini?"
Ekhemmm, aku menoleh ternyata dia sudah sadar, tadi memang aku memberikan juga obat agar dia tidak demam dengan sedikit paksaan sebab dia setengah sadar.
"Saya antar kamu pulang." Ia bangkit berjalan tertatih menyeret kakinya sedikit paksa
Aku terdiam bingung harus merespon bagaimana, ia kembali melirik dan menatapku dengan tanda tanya
"Ayo, saya membawa mobil." Dengan terpaksa aku mengikutinya, dan benar saja tidak jauh dari tempat kita berteduh terdapat mobil mewah yang masih menyala
'sungguh ceroboh sekali.' pikirku dalam hati
"Saya gak kuat mengemudi, apakah kamu bisa?" Ia menoleh sedikit, aku pun mengangguk sambil masuk kedalam.
Tak ada percakapan sedikitpun, hanya keheningan yang menemani sepanjang perjalanan, sangat membosankan sekali.
Sesekali aku meliriknya yang memejamkan mata, nafasnya mulai teratur dan tenang.
"Tuan anda tidur?"
"Tidak. Kenapa?"
"Mau saya antar kan kemana?"
Ia membuka matanya sedikit, dan kembali memejamkan mata lagi
"Ke rumah mu saja."
Hah apa katanya 'kerumahmu.'
"Bukankah kamu ingin pulang? Atau mau ikut bersama saya." Ucapnya datar, sangat datar seperti kanebo kering
"Iya, tapi anda bagaimana?"
"Hmmm nama saya Rayhan." Ia menengok ke samping dengan sedikit senyuman
'senyumnya manis sekali.' ucapku dalam hati, segera aku menepis anggapan itu
'ingat dia pria asing yang tidak tahu bagaimana sebenarnya.'
"Sa-ya Clarissaa." Eh kenapa bicaraku jadi sedikit gagap, ini efek senyumannya itu membuat diriku gugup saja sangat memalukan, baru juga senyum dikit sudah terpesona
'nama yang cantik.' gumamnya lirih tapi masih bisa aku dengar, bikin salah tingkah aja nih orang, gak tahu apa anak gadis ini jadi dag Dig dug
"Clarissa, bolehkah saya menginap di rumah mu?"
Aku melotot kaget mendengar pertanyaannya, apa dia tidak salah 'menginap?' baru juga ketemu sudah ingin menginap segala, sepertinya otak dia ada yang tidak beres
Tuk
"Aww.." jarinya tiba-tiba mengetuk kepalaku sedikit
"Jangan berpikir macam-macam." Ia tersenyum geli, memalukan sekali
"Siapa yang berpikir macam-macam, tidak kok. huh.." aku kembali fokus menyetir, mengalihkan pandangan dari mata tajamnya yang berubah sedikit lembut
"Saya gak kuat menyetir sampai rumah Clarissa."
'ish sok akrab sekali dia.'
"Ya, nanti kamu minta izin saja pada orangtua saya." Ucapku enteng, sudah kepalang kesal juga dan malu sekaligus
"Baik, terimakasih." Mengelus rambut ku, hingga membuat tubuh ini sedikit menegang kaku
"Kamu singel kan?"
"Hah apa?" Mataku sampai melotot mendengar pertanyaannya itu, apa-apaan dia
"Kamu wanita singel kan Clarissa?"
'apa dia pikir aku wanita yang tidak laku ya.'
Tuk
"Awww." Kembali dia mengetuk kepalaku, belum apa-apa sudah kdrt saja dia
"Sakit tahu." Sambung ku sembari cemberut kesal
"Makanya jangan berpikir aneh-aneh, saya hanya bertanya saja."
"Iya." Akhirnya hanya kata itu yang bisa aku keluarkan
Satu jam kemudian akhirnya sampai juga di rumah, sungguh sangat melelahkan hari ini. Aku masukkan mobil dan turun dengan gontai, melihat dia juga turun dan berjalan mengikuti ku dari belakang.
'gawat nih, bisa kena amukkan bapak kalau lihat anak gadisnya malam-malam bawa laki-laki tampan kerumah. Eh apa yang aku pikirkan.'
Tok
Tok
Tok
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Clek pintu dibuka oleh bapak, dengan wajah yang penuh ke khawatiran
"Ya Alloh nak, akhirnya kamu pulang. Ayo masuk." Bapak menuntun ku masuk ke dalam, di sana sudah ada mamah yang duduk gelisah
Beliau berdiri dan memeriksa kondisi badan ku "sayang mamah khawatir sekali, barusan kakakmu telpon malah kejebak macet di jalan."
Aku mengelus punggung mamah yang memelukku sedikit erat. Mencoba menyalurkan ketenangan padanya
"Mah Clarissa baik-baik saja."
"Sudah-sudah, mah biarkan anak kita duduk dulu sepertinya dia sangat kelelahan."
"astagfirulloh mamah lupa, ayo duduk dulu sayang. Biar mamah ambilkan minum ya." Beliau bergegas menuju ke dapur, aku tersenyum bahagia dengan perhatian mereka
'Ya Alloh semoga mereka selalu sehat dan bahagia.' do'aku dalam hati
Saat duduk aku baru teringat dengan Rayhan, dengan tergesa-gesa aku berjalan keluar melihatnya duduk di teras. Bapak dari belakang berjalan mengikuti
"Mau kemana kamu nak?"
"Keluar pak, ada temanku yang ikut, dia meminjamkan mobilnya padaku."
"Dia?" Tunjuk bapak dengan mata yang berubah datar
"Iya pak, beliau yang membantu ku."
"Ayo masuk." Liriknya sinis
Rayhan bangkit berdiri dan berjalan pelan
"Terimakasih pak." Ucapnya sopan
Saat tiba di dalam rumah mamah sudah membuatkan minuman hangat, beliau sedikit kaget melihatku berjalan dengan pria asing, memang aku belum pernah membawa seorang pria ke rumah.
"Loh nak, siapa ini?"
"Hallo Tante saya Rayhan Jhonson." Ia memperkenalkan dirinya dengan sopan pada orangtuaku yang sedikit kaku
"Oh iya, saya ibunya Clarissa panggil saja Tante Jessi." Tersenyum ramah, menjabat tangan Rayhan yang dingin
Sedangkan bapak sepertinya sedikit kesal dengan sikap ramah mamah, beliau malah terdiam
"Om, maaf kalau saya menganggu, sebenarnya memang tadi saat Clarissa menunggu di halte saya habis kecelakaan pas turun dari mobil." Ucapnya menjelaskan
'sepertinya dia berbohong, saat aku menunggu di sana tidak ada kendaraan yang lewat satupun.' pikirku dalam hati
"Jadi saya ikut berteduh di sana, tapi karena tidak kuat bawa mobil akhirnya meminta Clarissa yang menyetir. Dia juga membantu saya mengobati luka-luka ini." Tunjuk ya pada kaki dan tangan yang di perban
'dia bisa bicara panjang lebar juga ternyata.'
"Terimakasih sudah membantu anak saya." Akhirnya bapak bicara juga
"Sama-sama pak, seharusnya saya yang berterimakasih pada Clarissa."
"Kalau begitu kamu menginap saja disini ya, hujannya semakin deras." Mamah ikut bicara, beliau memang wanita yang berhati lembut, melihat orang terluka langsung saja menawarkan bantuan
Aku diam tidak bicara apa-apa takut bapak marah, bisa berabe entar. Bapak melihat interaksi kami dan ikut bicara
"Iya kamu menginap saja. Sekarang lebih baik kita istirahat." Ia beranjak masuk ke kamar
"Maaf ya tuan Rayhan bapak memang begitu kalau sama orang asing." setengah berbisik aku berbicara padanya, mengangguk dan tersenyum
'jangan tersenyum terus donk bisa-bisa aku gak kuat.'
Ibu mengantarkan Rayhan ke kamar tamu sedangkan aku ke kamar.
"Lelah sekali, rasanya begitu rindu padamu wahai kasurku sayang."
***
Sesampainya dikamar Rayhan langsung duduk di ranjang, menatap sekeliling dan tersenyum aneh
"Akhirnya aku bisa dekat denganmu Clarissa, siap-siap saja kau akan segera menjadi istriku. Sayang."
Rayhan sebenarnya sudah menyukai Clarissa sejak lama, mereka satu fakultas yang sama hanya berbeda jurusan saja.
Dia diam-diam selalu mengawasi sang gadis, sehingga pria lain tak ada yang berani mendekatinya, dan Clarissa tak menyadari itu.
"Sayang." Ia merebahkan diri dan memejamkan mata
"Sedikit lagi kita akan bersama. Aku sungguh tidak sabar ingin memelukmu, memiliki mu seutuhnya."
Membayangkan Clarissa didekatnya memeluk erat, memberikan rasa bahagia yang tidak bisa dilukiskan.
Rayhan dulu jatuh cinta saat melihat gadis manis yang membantu seorang pengemis di jalan, dia begitu penasaran dengan gadis itu, sehingga mengikutinya saat itu.
Dan selalu mengawasinya dengan hati-hati, ia sering diam-diam membantu sang pujaan hati, meski begitu ia tetap menjaga jarak.
Hingga kemarin ia melihat ada seorang pria mendekati Clarissa betapa kesalnya dia, ingin rasanya menyeret laki-laki itu tapi takut Clarissa mengetahui bagaimana dia, dan membencinya.
"Sayanggg." Ia mendesah lirih, menikmati suasana malam yang sedikit berisik oleh tetesan air hujan
"Aku... Pasti akan memiliki mu." Seringai kecil muncul di wajah tampannya ia sungguh gila. Andai Clarissa tahu bagaimana Rayhan pasti ia akan menjauhinya.