Rayhan bangun dengan begitu semangat tetapi wajahnya tetap datar menyembunyikan emosinya, binar bahagia terpancar dari mata tajamnya.
Dia keluar kamar dengan setelan biasa milik kakaknya Clarissa, meski sedikit ketat tetapi justru terlihat sangat seksi di badannya yang kekar.
Dari kejauhan Rayhan melihat Clarissa yang acak-acakan dengan balutan gaun tidur panjang
'manis sekali calon istriku.'
Ia menatap dalam Clarissa, jantungnya berdegup kencang, dan wajahnya bersemu merah seperti seorang gadis yang jatuh cinta.
Mereka berpapasan saling sapa lalu berjalan ke ruang makan.
William menajamkan mata melihat sang adik bersama seorang pria, dia melirik bapaknya yang diam.
'sepertinya aku ketinggalan berita.' ia tanpa sadar berdiri. Patton tersenyum menyadari reaksi anak laki-laki nya yang posesif pada adik perempuan satu-satunya
"Duduk William." Akhirnya ia pun berbicara, William mendengar suara bapaknya kembali duduk
"Siapa dia?" Tersenyum masam
"Orang yang membantu Clarissa semalam."
"Ish kenapa bapak biarkan dia menginap sih?"
"Sttt diam lah William."
Saat tiba clarissa memeluk William dengan manja, Rayhan menajamkan matanya perasaan kesal menyelimuti hati, amarahnya berusaha ia tahan, jangan sampai mengacaukan rencananya untuk dekat dengan Clarissa
"Kakak kapan pulang?"
William menyipitkan matanya memandang lekat wajah sang adik, ia tersenyum bahagia
'lihatlah walaupun ada pria tampan disampingnya, aku tetap lah pria nomor dua setelah bapak kan.' ia terkekeh geli dengan pikirannya sendiri
"Semalam dek, maaf kakkak langsung tidur saat sampai rumah. Mau menyapamu pasti sudah tidur juga kan. Ngomong-ngomong." Ia melirik sinis Rayhan
"Siapa dia?" Tunjuk nya tak sopan
"Dia yang membantu aku semalam kak."
Clarissa duduk di meja makan, mengambil gorengan kesukaannya
'lezat sekali.' gumamnya lirih
"Ayo Rayhan duduk." Sang ayah akhirnya angkat bicara
'aku dari tadi berdiri tak dianggap sama sekali, memangnya Segede gini kagak kelihatan apa.' gerutu dalam hatinya
"Terimakasih om."
***
Seminggu setelah pertemuan itu Rayhan sering mengirimkan hadiah-hadiah kecil untuk kekasih hatinya. Ah sungguh gila dia, terobsesi sampai begitu
Kadang saat rindu ia akan menyadap cctv kamar Clarissa, dan itu tanpa sepengetahuannya, jika ia tahu sudah pasti sekarang ketakutan akibat ulah Rayhan.
Rayhan senyum-senyum sendiri seperti orang yang sedang jatuh cinta, hatinya berdebar kencang memandang Clarissa yang tertidur pulas di atas kasur.
'andaikan kita sudah menikah pasti sekarang aku sedang memelukmu sayang.'
Ia terus memandang wajahnya hingga begadang semalaman, walaupun begitu mengantuk tetap memaksa untuk terjaga.
Siang harinya sesuai dengan rencana yang asistennya susun Rayhan pergi ke restoran tempat Clarissa makan siang, ia akan berpura-pura bertemu secara kebetulan. Cerdik bukan?
'tunggu aku sayangku.' seringai muncul di wajah tampannya
Clarissa celingukan mencari sahabatnya Piona yang baru pulang dari luar negeri
'ah mungkin dia belum sampai.'
Ia berjalan ke tempat yang sudah di pesan oleh sahabatnya itu
Dari kejauhan Clarissa melihat Piona berjalan dengan anggun ke arahnya, ia tersenyum manis melihat sahabatnya.
"CLARISSA."
'wahh sangat jauh berbeda, seperti bukan Piona saja.'
Mereka berpelukan melepas rindu
"Kangen." Ucap Piona manja, ia bahkan meneteskan air mata
"Sama Pi, aku juga kangen. Hiks hiks kamu sih nyebelin, katanya cuman mau sekolah disana tahunya malah tinggal menetap."
"Hehehe sorry, disana banyak cogan soalnya haha."
Clarissa mendelik tajam "dasar genit."
Piona malah tertawa terbahak-bahak "hehe namanya juga hobby sayang, kan lumayan cuci mata tiap hari, lihat." Ia memutar badannya
"Aku terlihat lebih fresh dan cantik kan." Lanjutnya dengan pede
"Iya, terserah kau sajalah. Ayo duduk, aku lapar."
Mereka duduk dengan saling bergandengan tangan, berbicara panjang lebar, sambil menunggu pesanan makanan datang
Dari kejauhan Rayhan melihat interaksi yang sedikit intim menurut dirinya, padahal itu biasa saja, jiwa posesif nya datang, tangannya mengepal erat dengan sedikit senyum jahat muncul.
'ah sayangku ternyata suka sekali dengan sahabatnya itu, aku cemburu meski dia perempuan sekalipun hanya diriku yang pantas mendapatkan perhatian juga kasih sayang mu.'
Ia pura-pura berjalan menunduk memandang handphone yang ditangannya. Mendengar tawa renyah Clarissa Rayhan mendongak
"Eh hai nona Clarissa."
Deg deg deg 'suara itu.' ia alihkan pandangan menatap sosok laki-laki tampan mendekat
"Hai tuan Rayhan."
"Kebetulan sekali ya kita bertemu disini nona." Ia sedikit berbasa-basi
"Iya, tuan sedang apa disini?"
"Hehe tuntu saja untuk makan siang nona." Clarissa tersenyum kaku mengingat pertanyaan konyolnya
'bodoh, kenapa malah bertanya begitu.' gerutunya lirih
"Ngomong-ngomong nona Clarissa sepertinya saya mengganggu anda ya." Melirik Piona sekilas dan itu disadari oleh Clarissa
"Tidak Sama sekali tuan, benar kan Pi?" Sambil menyenggol lengan Piona
"Hehe iya tuan." Piona Tersenyum canggung
"Oh begitu."
"Perkenalkan ini sahabat saya Piona."
"Piona."
"Rayhan Jhonson."
Deg
Entah kenapa Piona merasakan firasat buruk setelah mendengar nama Rayhan Jhonson.
'kenapa dengan hati ku ini.'
"Nona Clarissa bolehkah saya ikut bergabung dengan kalian?"
"Ehh." Clarissa memberikan kode pada Piona, seakan paham maksud sahabatnya ia mengangguk tanda setuju
"Iya silahkan duduk tuan Rayhan."
Satu jam berlalu Rayhan melihat jam tangannya
"Nona Clarissa sepertinya saya harus kembali, terimakasih atas makan siangnya ya."
Ia berdiri merapihkan jasnya, Clarissa juga Piona pun ikut berdiri
"Sampai jumpa kembali." Menjabat tangan mereka, dan pergi dari sana
Setelah Rayhan pergi Piona duduk dengan lesu "Clarissa kau kenal dia dimana? Auranya Sangat mengerikan sekali, kau tahu aku sampai harus menahan nafas takut berbuat salah."
"Masa kau lupa dia yang waktu itu aku ceritakan."
"Kapan? Aku lupa." Piona berusaha mengingat kapan sahabatnya bercerita tentang pria mengerikan itu
"Beberapa hari yang lalu ish." Ia mendelik kesal
"Dia yang menolongku saat terjebak hujan ditengah malam itu, apa kau ingat?" Lanjutnya manyun
"Iya aku ingat sekarang. Ngomongin soal dia aku merasa sesuatu yang tidak baik RIS."
"RIS RIS terus kamu mah, namaku Clarissa. Kaya manggil ke cowok aja ih. Entar orang nyangka aku namanya Riski."
Hahahaha Piona tertawa terbahak-bahak mendengar gerutuan sahabatnya itu, Clarissa semakin memanyunkan bibirnya tanda kesal
"Piiii stopppp orang-orang pada lihatin tuh."
"Hehe iya iya maaf, habisnya aku gak kepikiran kesana sih beb." Ia menghentikan tawanya, mengambil air meneguknya perlahan-lahan sampai habis
"Ahhh leganya. Kamu harus hati-hati dengannya Beb. Soalnya aku tetap merasakan firasat gak baik." Piona mulai berbicara serius
"Iya terimakasih atas perhatian mu Pi. Aku juga gak tertarik dengannya kok."
Clarissa menggenggam tangan Piona lembut mengusap-usap sedikit seakan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja
"Tapi dia tertarik denganmu."
"Tenang saja aku tahu kok keluarga Jhonson itu bagaimana, jadi gak ada niatan untuk berurusan dengan mereka."
"Bagus, sebisa mungkin kita harus menghindari keluarga mereka. Kau tahu mereka itu pengusaha sukses yang misterius, banyak yang ingin berkerja sama dengan mereka tapi jika tidak sesuai dengan perjanjian musshhh." Piona menggerakkan tangannya dileher seperti akan menebas
"Hancur sudah." Ia melanjutkan ucapannya yang membuat Clarissa bergidik ngeri
"Sudah sudah daripada kita membahas Rayhan lebih baik shopping yuk. Sudah lama sekali aku tidak memanjakan diri, sekalian kali aja ketemu jodoh disana."
"Hahaha iya kita cuci mata beb, yuk mari."
Mereka beranjak pergi menuju mall yang tidak jauh dari restaurant itu.
Rayhan mendengar semua percakapan mereka dari alat yang ia simpan di bawah meja.
'sialan.' ia mengumpat kesal
'gadis itu malah menghasut kakasih ku, awas saja dia.' ia geram pada Piona, selangkah lagi ia bisa dekat dengan pujaan hatinya, tapi sahabat Clarissa justru malah membuat keraguan dihatinya.
'ini tidak bisa dibiarkan, bisa-bisa aku keduluan pria lain, walaupun aku selalu menjaga agar tidak ada pria yang mendekat, tetap saja ini berbahaya.'
Asistennya melirik tuannya dan menghela nafas sedikit
'tuan Rayhan benar-benar terobsesi pada nona Clarissa, kasihan sekali dia. Semoga tuan tidak melakukan kesalahan yang fatal.' gumamnya dalam hati
"Leo segera percepat rencana kita, aku sudah sangat tidak sabar. Dan untuk Piona sahabatnya Clarissa berikan dia sedikit pelajaran agar tidak bicara sembarangan menghasut kekasihku."
"Baik tuan akan saya laksanakan, ada lagi?"
"Tidak kau bisa pergi, jangan ada yang menggangguku satu jam kedepan."
Leo mengangguk dan menunduk
"Saya permisi." Ia keluar, menutup pintu perlahan, terdiam sebentar 'semoga nona Clarissa baik-baik saja.' do'a nya tulus.
***
"Bagaimana kabar kedua anak kembarku Steve? Mereka tidak membuat ulahkan?" Ucap tuan David Jhonson
"Tuan Reyhan masih tetap keluar masuk club tuan, sedangkan tuan Rayhan saat ini sepertinya beliau sedang tertarik dengan seorang perempuan."
Suhu ruangan tiba-tiba berubah dingin, aura ketegangan terjadi, Steve menelan ludahnya kasar, berusaha bersikap tenang melihat tuannya terdiam.
Tuan David menaikan alisnya sebelah ia mengetuk-ngetukan jarinya di meja
"Apa kau tidak salah Steve?"
"Tidak tuan." Ia menunduk
"Sepertinya akan ada agedan menarik." Memutar-mutar pensil dan tersenyum samar
"Apakah dia wanita baik-baik?"
"Iya tuan, dia wanita baik-baik namanya Clarissa Aurora."
Seringai kecil muncul 'oh keluarga Aurora ternyata, pilihan yang bagus.' gumam tuan david
"Awasi terus mereka Steve jangan sampai membuat ulah, dan berikan penjagaan untuk gadis itu aku takut Rayhan nekat."
"Baik tuan." Steve ngangguk patuh
"Pergilah." Usirnya
Setelah Steve pergi tuan David berdiri memencet tombol didekat rak buku, ia melangkah masuk melihat lukisan indah seorang anak perempuan yang tersenyum
"Apakah itu kamu nak? Jika iya aku bersyukur kamu baik-baik saja."
Siapakah anak kecil itu? Ada hubungan apa antara tuan David dan lukisan tersebut